Chapter 2
Chapter 2 – Bunny Project 5th
Graduation
Matsuno Chifuyu x Tachibana Haruna
Tokyo Revengers belongs to Ken Wakui
***
.
.
.
Bagaimanapun, seekor kucing tak akan mampu menangkap kupu-kupu yang merentangkan sayapnya untuk terbang jauh lebih tinggi.
Derap langkah kaki terdengar mendekatiku. Dari kejauhan, aku sudah dapat mengenali sosoknya. Aku menghela napas, memalingkan wajah agar ia tidak menemukan diriku yang tengah duduk di atas ayunan taman. Namun, bukannya malah terhindar, ia hanya berlari ke arahku seraya memasang senyuman penuh girang. Gagal sudah usaha kecilku untuk menjauhinya.
"Haruna-san! Apa kabar? Ah, apa yang kau lakukan di sini?" tanyanya seraya mengambil tempat di sampingku. Lalu, ia ikut mengayun-ayunkan ringan, tertawa kecil dan memperhatikanku dari balik iris hijau kebiruannya itu. Tak kunjung mendapati balasan dariku, ia mengembungkan pipinya dan kembali melanjutkan, "ah, apa kamu masih marah padaku dan Baji-san karena terlibat dalam perkelahian kemarin?"
"Kalau kau tahu, kenapa mengajakku untuk berbicara?" sindirku ketus.
Ia mengerjap, lalu tertawa terbahak-bahak, berdiri dan mengacak helaian rambut hitamku. Bagaimana bisa ia sekuat ini? Ingin kutepis tangannya, namun tangannya yang menyentuh kepalaku terasa nyaman. Membuatku diam bergeming di tempat, tak mungkin aku mengakuinya begitu saja. Tidak, bahkan dunia kiamat sekali pun. Aku pun mendelik padanya, "Sudah selesai menghancurkan model rambut orang lain?"
"Hei, aku tidak mengacaukannya, kok! Tenang saja, kau masih cantik walau seperti ini."
Ia terkekeh penuh kemenangan ketika melihat wajahku yang merah merona. Aku memalingkan wajah, bangkit dari duduk dan berjalan meninggalkannya. Kebingungan akan tingkahku, lekas saja ia mengikuti dari belakang, masih setia untuk menghabiskan waktunya bersamaku.
Dasar, lelaki bodoh ini. Apa ia memang seluang ini?
Terkadang, ada kalanya aku ingin sendirian. Tetapi, saat bersamanya, entah mengapa perasaan itu menjadi nomor dua. Aku tidak masalah jika ia bersamaku, meskipun sesekali menyebalkan karena tingkah jahilnya tersebut. Padahal, ketika bersama yang lain, ia tidak seperti ini. Lalu, mengapa? Apakah aku nampak seperti gadis yang mudah untuk dimangsa oleh kucing liar sepertinya?
"Apa kau mengkhawatirkan sesuatu, Haruna-san?"
Ia memecah keheningan yang mengalir di antara kami berdua.
"Tidak. Hanya saja, kau terus-terusan menggangguku. Bagaimana bisa, aku tidak terganggu oleh hal itu? Kalau kau ingin menyebarkan informasi mengenai Touman padaku, maka sasaranmu salah besar. Aku tidak berminat untuk mengetahui mengenai mereka atau bahkan dirimu."
"Oh ... bahkan soal Baji-san?"
Dengan cepat, aku menoleh padanya, mendapati pemuda pirang itu yang tengah mengulas seringai lebar. Ia mendekatkan diri, mengetahui dengan benar kelemahanku dan menggunakannya. Baji salah besar saat menyatakan bahwa Chifuyu adalah sosok yang naïf. Bukankah sifat naïf itu hanyalah kamuflasenya padanya dan bukan padaku?
Wajah kami berdua hanya tinggal berjarak beberapa cm lagi, mampu untuk menyentuhkan bibir kapan saja. Sontak, aku mencengkram kuat hidungnya, membuat ia mengaduh kesakitan. Aku kesal.
"Kalau kau mendekatiku seperti itu lagi, akan kulaporkan pada Baji-san di makam supaya tidak usah berbagi makanan lagi denganmu, hmph," ujarku marah sembari menyilangkan kedua tanganku di depan dada. Lalu, berjalan pergi meninggalkannya. Tetapi, belum genap langkahku, ia telah menggenggam lenganku secara tiba-tiba, membuatku terkejut.
"Chifuyu ...?"
"Aduh, maaf, maaf. Aku tidak akan mengulanginya lagi, oke? Jadi, jangan marah, Haruna-san."
Ia memohon padaku, memasang ekspresi memelas. Aku mendesah pelan, tak ingin memperumit masalah. Bukannya aku luluh padanya, tetapi ia cukup merepotkan. Aku pun kembali mengangkat suara, "Bagaimana dengan keadaan Takemichi? Apa kalian sudah menemukan jalan keluarnya?"
"Ah ... soal itu, ya."
"Asal kau tahu saja, aku tidak akan membantu kalian jika kalian masih terus berada di Touman, tahu!"
Ekspresi yang sebelumnya penuh akan permainan, tiba-tiba saja menjadi serius. Ia menggenggam tanganku dengan erat. Tetapi, aku tidak bisa protes akan tingkahnya yang seperti ini. Kami telah kehilangan satu orang berharga pada kejadian lalu karena ulah Kisaki Tetta. Yang mengetahui mengenai time loop hanyalah kami bertiga, Takemichi, Chifuyu, dan diriku.
Kebetulan, yang akan menjadi korban selanjutnya jika tidak berhasil mengatasi masa kini adalah kedua sepupuku dan ... sosok di hadapanku saat ini. Oh, tapi, informasi terakhir itu hanya diriku dan Takemichi saja yang tahu, oke?
"Haruna-san?"
"Oh, maaf. Apa kau bilang sesuatu?"
"Tidak ada. Hanya ... wajahmu terlihat pucat. Apa kau baik-baik saja? Maaf, karena mengangkat soal Baji-san tadi. Aku hanya ingin sedikit menghiburmu. Lagipula, sepertinya kita tidak banyak berbicara kecuali ketika ada Baji-san."
"Tak apa. Aku hanya kepikiran hal apa yang bagus untuk menghilangkan kebosanan untuk sebentar," ujarku, berbohong sembari memalingkan wajah. Ia menatapku lekat, mencoba menelisik dari atas dan bawah, lalu mengulas senyum ceria. Aku ikut menatapnya, iris kami berdua bertemu, "a-ada apa?"
"Ah, tidak apa-apa, kok! Bagaimana kalau kita pergi ke Arcade Game? Kau menyukai nuigurumi, bukan? Aku akan mencoba mendapatkannya untukmu, Haruna-san! Aku sudah banyak berlatih soalnya."
Ia sungguh baik dan kebaikan itu pula yang membuatku kesal dengannya. Bagaimana jika orang lain memanfaatkannya? Aku kesal, ingin sekali aku berdiri menjadi pelindung sosok di hadapan ini. Tetapi, aku takut, jika aku terlalu dekat dengan Chifuyu, bukankah perpisahan akan terasa sangat menyakitkan bagiku?
Aku tidak ingin perasaan warna warni yang berada di dadaku saat ini berubah menjadi abu-abu, menghilang begitu saja. Ia yang begitu baik ini, akan segera menghilang di hadapanku di masa depan nanti. Aku akan jadi bagaimana jika kehadirannya pergi dariku?
Kupu-kupu tidak bisa terbang bebas jika terikat sesuatu.
"Haruna-san ..."
"Haruna-san?"
"Haruna-san! Fokus!"
"Oh, Chifuyu ..."
"Jadi, bagaimana? Apa kau ingin pergi bersamaku?"
Nampaknya, ia berkali-kali memanggilku yang tengah melamun. Cukup buruk untuk selalu tenggelam dalam pikiran negatif saat sedang bersama orang lain. Aku menghela napas, kesal akan diri sendiri karena tidak bisa mengabaikannya, "Baiklah, terserahmu saja. Tapi, hanya dalam tiga kali percobaan, ya! Aku tidak ingin kau membuang-buang uang."
"Haha, Haruna-san bilang begitu karena peduli padaku, ya? Tenang saja, aku tidak seperti Haruna-san yang mencoba crane game lebih dari sepuluh kali."
Ia mengulas seringai jahil, mengalungkan lengannya di bahuku dengan ringan lalu terkekeh. Langit terlihat mendung, menandakan bahwa hujan akan segera turun. Meskipun begitu, suasana saat ini terasa sangat hidup, memenuhi relung dadaku yang kosong. Setidaknya, aku tidak akan melupakan salah satu kenangan ini jika ia berhasil mendapatkan nuigurumi untukku.
Ini tidak ada hubungannya dengan diriku yang melunak pada Chifuyu. Karena ia masih hidup saat ini, setidaknya aku akan menemani dia. Ia masih berdiri dan berjalan di sampingku, bertindak jujur dan baik. Akan sangat menyedihkan bila suatu saat dia pergi dan tak mempunyai kenangan menyenangkan. Ya, ini hanya akan menjadi salah satu kenangan buruk bila di masa depan nanti ia ... tak berhasil diselamatkan.
"Terima kasih sudah mau bermain bersamaku, Haruna-san! Semenjak Baji-san pergi, aku hanya mempunyai dirimu. Karena itu ... aku sangat senang," gumamnya, mengulas senyum tipis.
Aku terdiam, tak ingin membalas ataupun menghibur ekspresi menyakitkan yang ia pasang itu.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro