Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

(Mencoba) Bertahan

Tak apa aku hanya mendengar suaranya meski setiap kalimatnya melukai, tidak masalah. Itu lebih baik daripada aku harus kehilangan semuanya, dirinya dan suaranya. Rasa ini serasa candu bagiku, selalu mencarinya.

Kilatan merah masih jelas, agak kekuningan, membuat siapa saja betah memandanginya. Aku bersyukur karena bisa menikmatinya semauku. Cukup keluar rumah, mataku akan dimanjakan pemandangan indah. Aku harus bersyukur, bukan?

Kilatan itu mengingatkanku pada percakapan kemarin dengannya. Karena itu pula, aku memutuskan pulang. Iya, karena ... aku rindu. Meskipun harus menikmati rinduku sendiri dan mencari obat dari kilatan sore ini, sudah kukatakan, tak masalah bagiku.

"Dia kekanak-kanakan. Tidak sepertimu." Tentu saja ucapannya selayak belati, merobek pertahanan. Seketika badanku memanas, kepala terasa berat, dan hatiku ... nyerinya menjalar ke jantung. Sungguh, bukan ini yang kumau.

'Kenapa tak kembali padaku kalau begitu?' Jawaban ini hanya kusimpan sendiri. Mana mungkin aku merontokkan harga diri? Aku masih waras meskipun tetap menggilainya.

"Ya, kamu harus bisa dewasalah .... Sekarang, 'kan, beda .... Dulu, aku yang dewasa. Ha ha ha." Sumpah demi apa pun. Sekuat tenaga kucoba menahan getar suaraku meski bulir air mata terus mengalir. Kalian tahu, aku tertawa keras dengan air mata mengalir deras. Miris sekali.

Ini sudah kesekian kalinya. Aku tak mempedulikan setiap sayatan di hatiku. Aku merasa senang ketika dia bercerita. Dia mau berbagi lagi denganku walaupun bagianku sungguh sangat menyakitkan.

Aku masih terus menikmati embusan angin sore ini. Di atas dudukan beton di pinggir kali, aku merasa leluasa menikmati isi hati dan pikiranku. Bisik nama yang sama sejak tujuh tahun lalu terus terngiang seiring alunan detak jantungku. Sempat aku putuskan tidak lagi mempertahankannya. Namun, kalian tahu bukan, terkadang perempuan lebih mengutamakan rasa sedangkan logika di urutan terakhir. Aku salah satunya.

Malam ini kuputuskan untuk mengemasi barang-barangku. Esok aku harus sudah berada di kota tempatku kuliah. Barang-barangku tidak banyak, hanya perlengkapan pribadi. Baru saja menutup tas, kurasakan benda bergetar. Benda persegi panjang itu berkelip-kelip. Kulirik nama yang tertera di layar. Seketika bunga-bunga memenuhi kamar dan hatiku.

Tak perlu berpikir lama. Kuusap icon berwarna hijau dengan sumringah meski aku tahu akan diikuti kesakitan yang sama.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro