Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Lembar 04

Selesai kelas pertama. Siang itu, Hansung memutuskan untuk meninggalkan Kampus. Melajukan motornya dengan kecepatan standar, dia memelankan laju motornya ketika melihat seseorang yang ia kenal hendak meninggalkan kampus.

Di balik helm yang ia kenakan, sudut bibirnya terangkat menjadi seulas senyum miring, ia kemudian sengaja menjalankan motornya beberapa langkah di belakang Mahasiswi angkatan baru yang tidak lain adalah Sejeong tersebut.

Sejeong yang merasa ada yang aneh pun menoleh dan seketika terlonjak ketika melihat sosok Hansung sudah berada di hadapannya. Senyum Hansung melebar. Ia pun menghentikan motornya di samping Sejeong dan membuka kaca helm yang menutupi area matanya.

"Mau ku antar?"

Sejeong dengan cepat menggeleng.

"Kau tenang saja, aku tidak akan meminta imbalan darimu. Naiklah."

Dengan gugup Sejeong kembali menolak, "t-tidak perlu. Senior bisa pergi lebih dulu ... lagi pula tujuan kita berbeda."

"Begitukah? Aku pikir kau ingin pergi ke Rising Moon."

Sejeong terkejut. Apakah itu berarti Hansung mengetahui bahwa dirinya pernah ke sana. Dan saat itu senyum Hansung melebar meski Sejeong tak mampu melihatnya, namun tatapan mata yang terlihat begitu licik itu membuat Sejeong sadar bahwa seniornya itu tengah mencoba mempermainkannya.

"Apa yang senior bicarakan?"

"Jangan menyangkal. Bukankah Rising Moon itu milik ayahmu? Aku tunggu kedatanganmu minggu depan ... dan jangan lupa bawalah banyak uang ke sana. Aku menunggumu."

Memberikan kedipan sebelah matanya, Hansung menutup kembali kaca helmnya dan segera bergegas meninggalkan Sejeong yang mendengus dengan wajah yang panik.

Gadis itu menghentakkan kakinya dan berucap, "bagaimana bisa dia tahu jika aku pergi ke sana? Ini benar-benar sudah gawat. Jika ibu tahu, habislah aku." Mengusak rambutnya frustasi, gadis muda itu kembali melangkahkan kakinya dengan perasaan yang kesal.

Meninggalkan Kampusnya, Hansung melajukan motornya di tengah keramaian jalanan Seoul siang itu. Hingga beberapa menit berkendara, ia memasuki sebuah gang di daerah Hannamdong yang tidak terlalu ramai dan berhenti di depan sebuah bangunan sederhana.

Membuka helm yang ia kenakan, ia lantas turun dari motornya dan segera berjalan ke pintu masuk bangunan yang ia tuju. Pintu kaca di hadapannya segera terbuka ketika ia menjangkau pintu tersebut, seakan kedatangannya sudah di sambut.

Langkahnya berjalan masuk dan seketika sesuatu yang tampak tak asing menyapa penglihatan. Apa lagi yang bisa di temui di sebuah Studio Tatto jika bukan gambar-gambar aneh yang terpajang di dinding bangunan itu.

Satu-satunya orang yang terlihat berada di ruangan itu segera menghampiri Hansung. "Wassup! Kau mencari sesuatu, Bung?" sapa laki-laki yang mengenakan kaos tanpa lengan, di mana hal itu menunjukkan Tatto yang muncul dari balik bajunya di area sekitar bahu.

"Aku mencari pemilik tempat ini."

"Ada perlu apa?"

"Ingin berkenalan."

Laki-laki di hadapan Hansung itu kemudian mengulurkan tangannya. "Lee Jooheon, aku pemilik tempat ini."

Hansung membalas jabatan pria bertubuh kekar itu. "Choi Hansung."

"Ingin membuat yang seperti apa?" tanya laki-laki bernama Lee Jooheon tersebut sembari mengamati Hansung dari atas hingga bawah.

Sebelah alis Hansung terangkat, menunjukkan rasa herannya. "Apanya?"

"Kau tidak datang untuk membuat Tatto?"

"Aku datang untuk berkonsultasi."

Jooheon memandang tak percaya sebelum kekehan ringan itu keluar dari mulutnya. "Kau salah masuk tempat, Bung. Aku bukan seorang Dokter, untuk apa aku membuat kelas konseling untukmu?"

"Tapi aku yakin kau pasti tahu."

Sebelah alis Jooheon terangkat. "Katakan."

"Aku membutuhkan ruang yang lebih pribadi."

Jooheon bercedih, "cih! Kau harus membayar mahal setelah ini. Ikuti aku!"

Jooheon membimbing tamunya itu untuk berjalan semakin dalam ke Studio Tatto miliknya. Membuka salah satu ruangan di sana, Jooheon masuk terlebih dulu dan di susul oleh Hansung yang kemudian menutup pintu dari dalam.

"Bagaimana dengan tempat ini?"

"Tidak buruk."

Tanpa di sadari oleh Hansung, kedatangannya itu berhasil menarik perhatian dari pemuda yang saat itu berada di sebuah bilik di ruangan itu yang hanya di batasi oleh sebuah tirai hitam. Dari sana, pemuda itu mengintip siapakah yang datang bersama Jooheon.

"Jadi, apa masalahmu?"

Tak menjawab, Hansung justru melepas jaketnya di susul oleh kaos hitamnya dan membuat sebelah alis Jooheon terangkat. Tak mengerti dengan apa yang ingin di lakukan oleh Hansung.

"Kau memiliki tubuh yang bagus."

Hansung tak peduli dan berbalik memunggungi Jooheon dan berucap, "kau tahu siapa yang membuat Tatto seperti ini?"

Merasa tertarik, Jooheon lantas mendekat dan memperhatikan setiap garis dari gambar di punggung Hansung. Sudut bibir Jooheon terangkat, menunjukkan kekaguman akan ukiran di punggung pemuda itu. Terlebih yang paling menarik adalah tulisan di kedua sisi gambar itu.

"Heol! Sederhana tapi mengagumkan, dari mana kau mendapatkan Tatto ini?"

Hansung sedikit menoleh, menatap kesal sang lawan bicara. "Bukankah aku sebelumnya bertanya padamu?"

Jooheon sejenak tertegun, kembali teringat bahwa sebelumnya Hansung lah yang bertanya lebih dulu padanya. "Kau tidak tahu siapa yang membuatnya?"

Hansung berbalik. "Jika aku tahu aku tidak akan menanyakan padamu."

"Relaks," ucap Jooheon sembari sekilas mengangkat tangan kirinya ke udara. "Jadi apa yang bisa ku bantu di sini?"

"Kau pernah melihat seseorang yang membuat Tatto seperti ini?"

Jooheon menarik sebuah kursi menggunakan kakinya dan mengarahkannya pada Hansung. "Duduklah, aku perlu melihat detail desainnya."

Hansung lantas duduk di sebuah kursi tanpa sandaran dan memunggungi Jooheon yang kemudian menarik satu kursi yang memiliki sandaran dan duduk di belakang punggung Hansung.

Mendekatkan wajahnya pada punggung Hansung. Mata sipitnya memicing tajam mengamati setiap garis yang terdapat pada gambar di punggung Taehyung hingga tangan kirinya terangkat untuk menyentuh punggung pemuda itu dan berhenti pada ujung pedang yang tergambar di sana.

Perhatian Jooheon fokus pada sebuah nama yang tertulis di sana. Dia lantas memandang Hansung. "Kim Taehwa? Bukannya kau bilang namamu Choi Hansung? Kenapa yang tertulis di sini justru Kim Taehwa?"

"Ceritanya rumit, itu aib keluarga ... kau pernah mendengar ada seorang seniman Tatto bernama Kim Taehwa?"

Jooheon menegakkan tubuhnya dan sejenak memeprtimbangkan sesuatu sebelum menjawab pertanyaan Hansung. "Sepertinya tidak pernah, dan Tatto yang kau miliki ini sedikit unik ... aku tidak pernah melihat yang seperti ini sebelumnya."

Hansung memutar duduknya menyamping dan memandang Jooheon. "Jadi kau tidak tahu siapa kemungkinan yang membuat Tatto ini?"

Jooheon mengendikkan bahunya. "Kau saja tidak tahu, bagaimana mungkin aku bisa tahu? Ada banyak seniman Tatto di Korea Selatan ini, jika kau tidak tahu."

Terlihat sedikit frustasi, Hansung menghembuskan napas beratnya sebelum kembali memandang Jooheon. "Apa masih memungkinkan untuk di hapus?"

Jooheon sedikit kaget. "Kau ingin menghapusnya?"

Hansung mengangguk. "Kau bisa melakukannya?"

Jooheon tersenyum tak percaya. "Bicara mengada-ngada ... aku hanya membuat, bukannya menghapus. Jika kau ingin menghapus Tatto itu, pergilah ke Dokter Ahli Bedah, itupun jika kau memiliki cukup banyak uang."

Hansung menggaruk keningnya, merasa sedikit putus asa hingga pergerakannya tiba-tiba terhenti ketika ia mengingat sesuatu. Menurunkan tangannya, ia kembali memandang lawan bicaranya.

"Kau melihat tulisan China di punggungku?"

"Kenapa?"

"Kau tahu apa artinya itu?"

Jooheon mendorong bahu Hansung dan membuat pemuda itu kembali memunggunginya. Mata Jooheon kembali memicing sebelum sebuah dengusan keluar dari mulutnya.

"Eih ... aku tidak pernah mempelajari sastra China, bagaimana aku bisa mengetahuinya ... lagi pula untuk apa kau menghapusnya? Tatto ini sangat keren menurutku."

"Keren menurutmu, tapi aib untukku."

Sudut bibir Jooheon tersungging. "Orang aneh."

Perhatian keduanya teralihkan oleh suara ponsel Hansung yang berbunyi. Hansung lantas meraih jaketnya yang tergeletak di lantai dan merogoh ponselnya. Terlihat nama Seungcheol di layar ponselnya yang menyala, dan ia pun segera menjawab panggilan dari saudaranya itu.

"Ada apa?"

"Kau di mana?"

"Di Kampus." Hansung memandang Jooheon yang tersenyum miring. Ia pun sekilas menaruh jari telunjuknya di depan mulutnya sendiri untuk memberi isyarat pada Jooheon agar laki-laki itu tidak bersuara.

"Ada apa?"

"Kau membawa kartu kreditku?"

"Tidak."

"Jangan berbohong! Ingin kau gunakan untuk apa uangku?"

Seulas senyum terlihat di wajah Hansung kala itu, dan itu berarti dia memang membawa kartu kredit milik kakaknya.

"Aku pinjam sebentar."

"Untuk apa?"

"Misi rahasia mana mungkin bisa ku bocorkan pada orang lain."

Seungcheol kemudian terdengar murka. "Ya! Di mana kau sekarang? Cepat yang katakan apa yang sedang kau lakukan sekarang."

"Kau sedang sakit ... lebih baik perbanyak tidurmu sampai akhir pekan nanti. Aku mencintaimu."

Di akhiri oleh senyum lebarnya, Hansung lantas memutuskan sambungan secara sepihak dan sengaja mengabaikan panggilan Seungcheol selanjutnya.

"Saudaramu?"

"Dari mana kau tahu?"

"Tidak mungkin kau berbicara seperti itu pada ibumu ... baiklah, lupakan itu. Sekarang mari kita membahas punggungmu." Jooheon menyandarkan punggungnya dengan tangan yang bersedekap.

"Kapan kau membuat itu di punggungmu?"

"Aku memilikinya sejak kecil."

Mata Jooheon memicing, memperlihat keraguan dalam sorot matanya. "Mustahil! Mengaku saja jika kau sengaja membuatnya dan menyesal lalu ingin menghapusnya tanpa melukai harga dirimu."

"Jangan berpikir macam-macam. Aku anak rumahan dan aku masih polos."

Sudut bibir Jooheon kembali tersungging seakan ingin mencibir ucapan Hansung yang tak sungguh-sungguh ingin mengatakan hal itu, di lihat dari seulas senyum yang kembali terlihat di wajah pemuda itu.

"Tidak ada orang polos yang setiap akhir pekan pergi ke ruang bawah tanah Rising Moon."

Hansung sedikit tertegun ketika suara asing turut bergabung dengan mereka. Dengan cepat pandangan Hansung segera tertuju pada tirai hitam di sudut ruangan lalu beralih pada Jooheon dengan tatapan yang lebih menuntut.

"Dasar bocah! Kau menguping sejak tadi? Tunjukkan wajahmu sekarang!" Bernada seperti orang yang tengah memarahi. Tirai hitam itu di sibakkan dari dalam dan memperlihatkan seorang pemuda berkaca mata tengah duduk di depan meja kerja yang penuh dengan kertas.

"Kau mengenal orang ini?" tegur Jooheon kemudian.

"Siapa yang tidak mengenal orang itu? Choi Hansung, pegulat terbaik Rising Moon."

Jooheon terperangah. "Heol! Jadi kau Choi Hansung yang itu?"

Hansung menggaruk keningnya. Sedikit terlihat frustasi ketika orang luar berhasil mengenali identitasnya di Rising Moon. Namun saat itu seulas senyum miring tak percaya Jooheon berhasil menarik perhatiannya.

"Jadi ini yang selama ini kau sembunyikan di balik penampilanmu itu. Hehh ... mengangumkan."

"Berpura-puralah tidak mengenalku?"

"Kenapa?"

"Aku seorang pria terhormat."

"Pria terhormat yang datang ke ruang bawah tanah Rising Moon untuk merampok uang," celetuk Changkyun dan itu adalah sindirian yang terlalu berlebihan bagi Hansung.

"Dia adikmu?"

Jooheon mengendikkan bahunya. "Mungkin ... aku lupa di mana aku menemukannya."

Changkyun segera memberikan tatapan tajamnya yang terkesan begitu dingin pada Jooheon yang hanya menanggapinya dengan seulas senyum lebar.

"Siapa namanya?"

"Lim Changkyun. Dia Creator Tatto yang paling handal di Hannamdong."

Mendengar sebuah pujian datang padanya, Changkyun lantas kembali pada pekerjaannya yaitu menuangkan isi pikirannya pada setiap garis yang ia sambungkan di atas kertas putih di tangannya tanpa kembali menutup tirai.

Jooheon menepuk bahu Hansung dan menarik perhatian pemuda itu. "Begini ... dari pada menghapusnya, lebih baik terima saran dariku saja."

"Apa?"

"Mau ku percantik punggungmu ini?" Sebelah alis Jooheon sekilas terangkat.

"Apanya yang di percantik? Bahkan ini sangat mengerikan."

"Kau benar-benar tidak mengerti sebuah seni ... biar ku katakan padamu. Setiap Tatto menunjukkan karakter seseorang. Tatto adalah seni ... aku lihat Tatto di punggungmu ini belum benar-benar sempurna. Mungkin seseorang yang membuatnya menunggu waktu yang tepat untuk menyempurnakannya ... bagaimana? Aku jamin kau tidak akan kecewa."

"Apa benar kau tidak bisa menghapusnya?"

Jooheon mengibaskan tangannya ke udara. "Eih ... keras kepala sekali. Tatto di punggungmu ini benar-benar seni yang luar biasa. Ini yang paling keren dari yang pernah ku lihat sebelumnya ... tapi memang kurang sempurna."

Dahi Hansung mengernyit. "Benar tidak bisa?"

Jooheon yang sudah kehilangan kesabarannya pun tidak sadar melayangkan sebuah pukulan yang cukup keras pada bahu Hansung dan membuat pemuda itu sedikit tersentak.

"Kau ini! Bagaimana bisa Choi Hansung dari Rising Moon memiliki otak sepolos dirimu," ucap Jooheon penuh penekanan dan beralih pada Changkyun. "Changkyun ... kemarilah."

Membawa buku tugasnya. Changkyun beranjak dari duduknya dan berjalan menghampiri kedua orang yang memiliki usia lebih tua darinya itu. Menarik satu tempat duduk di samping Jooheon, Hansung kemudian memunggunginya berkat dorongan kecil dari Jooheon.

"Perhatikan baik-baik, di bagian mana kurangnya."

Tak memberi respon terhadap ucapan Jooheon. Changkyun membenahi letak kaca matanya dan segera mengamati punggung Hansung. Namun pandangannya segera fokus pada aksara China yang berada di punggung Hansung.

"Siwang Dai Lai Zhe," gumam Changkyun dan menimbukkan rasa heran dari kedua orang yang mendengarnya.

"Apa yang kau katakan?" tegur Jooheon.

"Tulisan itu."

"Kau bisa membacanya?"

"Aku pernah belajar sastra China selama satu tahun."

"Apa artinya?" sahut Hansung.

"Death Bringer."

Kedua orang di sekitar Changkyun sedikit terkejut. Jooheon kemudian menyahuti, "Death Bringer?"

"Pembawa Kematian," ucap Changkyun.

Hansung terdiam. Berpikir namun tidak tahu apa yang sedang ia pikirkan ketika ia mendengar perkataan Changkyun sebelumnya.

"Pembawa Kematian, Kim Taehwa," celetuk Jooheon. "Woah ... bukankah itu terdengar seperti sesuatu yang besar?"

"Kau yakin namamu bukan Kim Taehwa?" tanya Changkyun yang memperhatikan wajah Hansung dari samping, di mana pemuda itu tampaknya masih terkejut.

"Namaku Choi Hansung, orang itu yang sudah membuat Tatto ini."

"Siapa?"

"Kim Taehwa."

Jooheon dan Changkyun sekilas bertukar pandang. "Jadi bagaimana? Jarang-jarang ada desain yang seperti ini. Mau melanjutkan atau biarkan?"

"Lanjutkan saja."

Jooheon menepuk bahu Changkyun dengan seulas senyum yang melebar di wajahnya. "Carikan desain yang paling bagus untuk tamu istimewa kita."

Jooheon beranjak dari duduknya untuk melakukan persiapan kecilnya. Sedangkan Changkyun tengah mempertimbangkan desain seperti apa yang cocok dengan Tatto di punggung Hansung yang memang terlihat kurang sempurna.

"Pastikan kau tidak mengkonsumsi aspirin sebelum datang kemari," ucap Changkyun yang mulai menggoreskan pena pada kertas putihnya.

Hansung menyahut, "aku bukan orang sakit, kenapa juga aku harus meminum obat?"

"Aku menunggu kau menunjukkan punggungmu di dalam ring."

"Jangan bermimpi," sahut Hansung dengan seulas senyum tak percaya.

"Aku akan bertaruh untukmu pekan ini."

Hansung sedikit menolehkan kepalanya dan menangkap sosok Changkyun menggunakan ekor matanya. Seulas senyum tersungging di wajahnya. "Buatkan aku desain yang paling sempurna."

Changkyun sekilas memandang dan bersikap acuh. Begitupun dengan pandangan Hansung yang segera mengarah pada lantai dengan kedua tangan yang saling bertahutan di antara pahanya yang terbuka sedikit lebar. Tatapan dinginnya membuat wajahnya yang terlihat serius membuat siapapun pasti enggan untuk mendekatinya.

Satu hal yang membuat Hansung seperti kehilangan jati dirinya hari itu, di mana ketika ia mengetahui arti dari kalimat yang tertulis pada punggungnya. Sangat sederhana namun memiliki arti yang besar dan juga mengerikan.

"Death Bringer ... Pembawa Kematian, Kim Taehwa."

Selesai di tulis : 12.04.2020
Di publikasikan : 13.04.2020

Dari sini kalian seharusnya tahu bahwa ada sesuatu yang janggal tentang Rising Moon😌😌😌 Sudahlah, sepertinya itu bukanlah hal yang penting.

Untuk sebagian besar orang mungkin Book ini sedikit tidak masuk akal atau bahkan ambigu. Tapi saya berusaha untuk membuat kisah dalam Book ini tetap masuk akal.

Dukungan dan saran masih saya perlukan untuk memperbaiki Book ini.

Dan inilah bentuk asli dari DEATH BRINGER, Nama yang saya berikan untuk Tatto di punggung Choi Hansung/Kim Taehwa.

Jika desainnya sedikit berbeda dari desain pertama, mohon di maklumi karena saya bukanlah seorang Artworker😂😂😂
Dan sekedar informasi bahwa kelima saudara laki-laki Kim Taehwa juga memiliki Tatto di punggung. Untuk desainnya kalian bayangkan sendiri, saya belum ada waktu buat desainnya😌😌😌

Special Cameo untuk Book ini, Lim Changkyun & Lee Jooheon dari Monsta X


Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro