Page 98
Dini hari. Ketika kediaman dua keluarga itu sudah mulai sepi, Daehyun terlihat berbaring dalam posisi tengkurap di sofa panjang yang berada di ruang kerja mendiang ayahnya. Hingga detik ini pria itu masih terjaga dengan sisa rasa sakit di punggungnya yang akan kembali ketika ia melakukan sedikit pergerakan saja.
Pintu ruangan terbuka dengan kasar dan tertutup kembali dengan lebih keras. Youngjae pulang membawa kemarahannya. Mengunci pintu guna menghalangi siapapun mencampuri urusannya malam itu, meski yang berada di rumah itu hanyalah ibu mereka.
Daehyun mengangkat kepalanya dan bangkit dengan sedikit hati-hati namun tak ingin menunjukkan bahwa ia tengah terluka.
Langkah Youngjae terhenti pada jarak satu meter. Suara lembut milikknya lantas terdengar mengeras, "kau kemanakan Hoseok?"
"Kukembalikan pada keluarganya," jawaban yang terkesan begitu mudah untuk di ucapkan, tanpa sadar telah membuat kepalan tangan Youngjae menguat.
Masih berusaha untuk bersikap baik. Youngjae kembali berucap dengan tenang, "anak yang kau besarkan sejak bayi, semudah itukah kau membuangnya? Kau tidak menyesal setelah membuang anak itu dari hidupmu? Apakah kau manusia? Masih pantaskah kau disebut sebagai seorang kakak?"
"Urusi urusanmu sendiri dan jangan melibatkan diri dengan masalahku."
Daehyun lantas berjalan dengan langkah yang sedikit tertatih dan hendak melewati tempat Youngjae.
"Ya! Jung Daehyun," masih terdengar seperti sebelumnya. Youngjae menahan kerah kemeja Daehyun dari samping dan menghentikan langkah pria itu tepat di sampingnya.
Keduanya saling bertemu pandang, dan kalimat itu keluar lebih dulu dari mulut Daehyun. "Ayahku sudah tidak ada, kita terbebas dari hubungan saudara. Bawa semua aset perusahaan dan tinggalkan rumahku."
Youngjae tersenyum tak percaya. Namun ketika Daehyun menepis tangannya, ia justru menguatkan cengkeramannya dengan netra yang semakin menahan dan rahang yang semakin mengeras.
"Jangan main-main denganku. Aku sudah memberimu peringatan sejak awal."
Tak berniat untuk menjawab, Daehyun langsung menurunkan tangan Youngjae dengan kasar dan hal itulah yang memicu kemarahan Youngjae. Di detik berikutnya kepalan tangan Youngjae menghantam rahang Daehyun. Membuat pria itu terhuyung ke samping dan langsung berlutut dengan tubuh yang terantuk meja.
Tangan Daehyun mengepal. Bukan karena marah, melainkan punggungnya yang kembali terasa sakit. Menyembunyikan rasa sakitnya, ia perlahan berdiri dan di hadapkan dengan kemarahan Youngjae yang mulai meneriakinya.
"Apa yang sebenarnya ada di kepalamu, Jung Daehyun! Tidak bisakah sekali saja kau berpikir tentang perasaan Hoseok? Anak itu adikmu ... bisa-bisanya kau membuang anak itu dengan begitu mudahnya."
"Jaga ucapanmu. Kau tidak mengerti apapun, dan sebaiknya segera tinggalkan rumahku."
"Dan membiarkanmu mati dengan cara yang menyedihkan," ralat Youngjae sarat akan kemarahan yang tertahan. "Apa? Apa yang ingin kau lakukan sekarang? Bahkan ketika kau menyerahkan Hoseok pada mereka, apakah mereka memberikan Taehyung padamu? Sudah saatnya kau menyadari kesalahanmu dan merenunginya. Bukannya menjadi pecundang seperti ini."
"Diamlah, aku tidak membutuhkan saran darimu."
Suara Youngjae merendah, "kau sudah salah jalan. Sekarang perbaiki semuanya dan bawa Hoseok kembali ke rumah ini."
"Bukan Hoseok yang akan pulang, tapi Taehyung. Aku tidak peduli denganmu ... apapun yang terjadi aku akan tetap membawa adikku pulang ke rumah."
Bujukan yang sia-sia dan pada akhirnya kembali membuat Youngjae tak mampu mengendalikan amarahnya dan berucap dengan suara yang meninggi, "untuk apa kau membawa anak yang sebentar lagi akan mati ke dalam rumah kita? Biarkan saja keluarga Kim yang mengurusnya ... lagi pula, sejak awal dia adalah tanggung jawab mereka!"
"Yoo Youngjae!" bentak Daehyun. Ia menghampiri Youngjae dan segera memberikan satu pukulan pada wajah saudara tirinya itu yang hanya memalingkan wajahnya.
"Bicaramu sudah keterlaluan."
Sudut bibir Youngjae tersungging. Dia lantas berucap, "satu-satunya penyesalan dalam hidupku adalah ketika aku pernah menghormatimu sebagai seorang kakak." Youngjae kembali memandang. "Besok, aku akan membawamu ke Rumah Sakit Jiwa, Hyeong."
Netra Daehyun melebar. Ia kehilangan akal sehatnya setelah mendengar perkataan Youngjae hingga tangannya kembali memukul wajah Youngjae.
Youngjae tak bisa menghindar di pukulan pertama. Namun ia segera membalas dan menjegal kaki Daehyun hingga membuat Daehyun terjatuh dengan punggung yang membentur lantai cukup keras dan membuatnya tak mampu lagi memberikan perlawanan bahkan di saat Youngjae menarik kerah bajunya dan kembali memukuli wajahnya.
"Sadarlah, bodoh!"
Pukulan terakhir Youngjae berhenti di udara ketika pandangannya sempat menangkap wajah Daehyun yang mengernyit, namun ia yakin bahwa kerutan di dahi kakak tirinya itu bukanlah karena pukulannya. Tiba-tiba terdengar suara pintu yang diketuk dengan panik.
"Daehyun, cepat buka pintunya ... Youngjae, kau di dalam? Apa yang kalian lakukan? Cepat buka pintunya," pekik Jiyoung dari luar. Terdengar begitu panik setelah wanita itu mendengar keributan dari ruang kerja mendiang suaminya.
Mata Youngjae mengerjap. Ia baru sadar bahwa terdapat luka di wajah Daehyun sebelum ia menghajar kakak tirinya itu. Tak bisa mengakhiri semuanya begitu saja, Youngjae lantas mencengkram kerah kemeja Daehyun dengan sedikit mengangkatnya.
Youngjae lantas berucap dengan nada bicara yang terdengar putusasa, "mengertilah, kami sedang berusaha melindungimu ... berhenti menyakiti dirimu sendiri karena kau terlihat sangat menyedihkan."
Youngjae mendorong Daehyun dan membuat kepala Daehyun menyentuh lantai dengan pasrah. Dia kemudian berjalan keluar dengan langkah lebarnya. Membuka pintu dari dalam, ia segera menghalangi sang ibu yang hendak menerobos masuk.
"Apa yang terjadi?"
"Kita bicara di luar saja."
Netra Jiyoung melebar setelah netranya menangkap sosok Daehyun yang terbaring di lantai. Wanita itu lantas memandang sang putra dengan tatapan menuntut.
"Apa yang kau lakukan pada kakakmu?"
Jiyoung hendak menghampiri Daehyun, namun Youngjae segera menahan lengannya dan membawanya meninggalkan ruangan itu.
Berhenti di dekat tangga. Youngjae di hadapkan dengan tuntutan sang ibu. "Apa yang kau lakukan? Kau memukuli kakakmu?"
"Untuk sekarang, biarkan dia sendiri."
"Kakakmu sedang terluka, bagaimana bisa kau malah memukulinya?"
"Apa maksud Eomma?"
"Saat dia pulang, dia berjalan sembari memegangi pinggangnya. Kakakmu tidak mau bicara pada ibu, tapi sepertinya punggungnya terluka."
Youngjae sejenak menggaruk keningnya sebelum berucap, "Eomma pergilah tidur."
"Bagaimana dengan kakakmu?"
"Aku yang akan mengurusnya. Sebaiknya biarkan dia sendiri dulu ... nanti pagi aku akan menjemput Hoseok."
"Jangan terlalu keras pada kakakmu. Kau harus mengerti bagaimana kondisinya saat ini."
"Eomma tenang saja. Sekarang, kembalilah ke kamar dan tidur."
Dengan hati yang berat, Jiyoung pun meninggalkan putranya. Sedangkan di ruang kerja, Daehyun perlahan bangkit dengan rasa sakit yang semakin bertambah.
Berjalan dengan lebih tertatih dan juga bahu yang merosot. Daehyun meninggalkan ruang kerja, berinisiatif untuk pergi ke lantai atas. Tanpa mempedulikan kehadiran Youngjae, Daehyun menaiki anak tangga dengan sedikit kesulitan.
Memegang pembatas tangga untuk mempermudah langkahnya, langkah itu sempat terhenti di tengah-tengah tangga ketika lututnya berhasil menyentuh anak tangga. Punggungnya benar-benar sakit, namun si Pengacara muda itu hanya memperhatikannya dalam diam.
Beberapa detik berlutut di sana. Daehyun kembali bangkit dan melanjutkan langkahnya dengan tubuh yang terlihat semakin menunduk. Bukannya pergi ke kamarnya sendiri, ia justru pergi ke kamar Hoseok dan berbaring dalam posisi tengkurap di ranjang yang selalu di tempati oleh adik kecilnya yang kini telah tinggal bersama orang asing dan sekaligus menjadi orang asing pula baginya.
Tak memiliki daya untuk sekedar melepas sepatunya. Daehyun membenamkan wajahnya pada bantal. Menghirup aroma tubuh Hoseok yang masih tertinggal di sana, salah satu dari kenangan yang di tinggalkan Hoseok di ruangan tersebut.
Dalam diam, seorang kakak menangis kala itu, tanpa memahami apa yang ia tangisi saat ini. Mungkinkah karena ia tak bisa membawa Taehyung pulang, atau karena ia dengan mudahnya melepaskan Hoseok tanpa memberikan waktu bagi pemuda itu untuk mengerti keadaan yang tengah mereka hadapi.
Saat itu, Daehyun merasa bahwa ia tak mampu memenuhi janjinya kepada sang ibu yang mengatakan bahwa ia akan menjadi kakak yang baik untuk adiknya. Malam itu, Daehyun menyadari bahwa ia memang tak layak untuk di sebut sebagai seorang kakak.
Malam itu, Dokter muda itu—kehilangan segalanya.
Selesai di tulis : 26.05.2020
Di publikasikan : 27.05.2020
Para pemain pendukung.
Kim Taewoo & Lee Boyoung
Orangtua Kim bersaudara.
Pemeran suami istri di Kdrama 14 Days [God Gift]
Baek Jiyoung
Ibu Yoo Youngjae.
Penyanyi
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro