Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Page 94

    Minggu hampir berganti. Untuk ke sekian kalinya Taehyung memasuki Unit Kesehatan, dan untuk ke sekian kalinya pula orang yang ia nantikan tak kunjung muncul di hadapannya.

    Pagi itu, Taehyung lebih memilih duduk di salah satu ranjang yang berada di dalam Unit Kesehatan. Tampak penyesalan di wajahnya. Penyesalan yang lebih dari hari kemarin.

    Semakin lama Daehyun menghilang, semakin besar pula penyesalan yang di rasakan oleh Taehyung. Dia tidak tahu jika semua menjadi seburuk ini.
    Ingatan akan insiden Youngjae memukuli Daehyun waktu itu membuatnya tidak bisa tidur dengan tenang. Apakah Daehyun sudah pulang ke rumahnya? Apakah Daehyun baik-baik saja? Apakah Daehyun marah padanya?

    Taehyung ingin tahu, namun pada siapa ia akan bertanya jika kakaknya tidak pernah mengizinkannya membicarakan Daehyun. Taehyung tidak lagi kesal kepada Seokjin. Hubungan mereka sudah berangsur normal meski tak semenyenangkan sebelumnya.

    Merasa terlalu buruk untuk mengikuti pelajaran pagi itu. Taehyung lantas memutuskan untuk berbaring di sana. Membiarkan waktu berlalu meninggalkannya yang hanya berdiam diri hingga tanpa sadar tertidur dalam posisi miring menghadap meja kerja Daehyun, dengan satu tangan yang terlipat di bawah kepala.

    Pelajaran berlangsung tanpa Taehyung. Dan setelah satu jam berlalu, pintu Unit Kesehatan terbuka dari luar. Namun sosok yang hendak masuk itu menghentikan langkahnya di ambang pintu setelah mendapati Taehyung yang tidur di sana.

    Wajah yang terlihat lebih kurus dan layu. Langkah pelan itu membimbing Daehyun masuk. Kembali menutup pintu dengan perlahan sebelum berjalan menghampiri pemuda yang hampir satu minggu tidak ia jumpai.

    Dari rumah pantai, Daehyun langsung menuju ke sekolah tanpa mampir ke rumahnya terlebih dulu. Hal itu ia lakukan karena ingin melihat Taehyung. Namun siapa sangka bahwa tak perlu menunggu hingga jam istirahat dan dia bisa melihat pemuda itu.

    Daehyun duduk di tepi ranjang. Sejenak memperhatikan wajah yang kini terlelap dengan damai itu sebelum tangannya yang terangkat dan kemudian menangkup wajah yang bahkan tak lebih besar dari telapak tangannya.

    Sudut bibir yang tampak kering itu perlahan terangkat, membentuk seulas senyum tipis yang terlihat menyedihkan. Mulutnya lantas bergumam, "syukurlah ..."

    Dua mata pelajaran telah selesai, dan para murid sejenak mengambil waktu istirahat mereka sebelum kembali mengikuti bimbingan di kelas masing-masing.

    Taehyung terlonjak dari tidurnya. Kepala yang sempat terangkat itu kembali di letakkan, namun netra sayunya segera membulat ketika ia mendapati sosok Daehyun sudah duduk di balik meja dan tengah melihat ke arahnya.

    "Saem?"

    Dengan cepat Taehyung bangkit, begitupun dengan Daehyun yang kemudian mendekat. Taehyung menurunkan kakinya dari ranjang, dan saat itu Daehyun menempatkan diri duduk di samping pemuda itu.

    "Saem ..." panggil Taehyung, sarat akan rasa khawatir.

    "Bagaimana kabarmu?"

    "Aku baik-baik saja. Bagaimana keadaan Saem? Kenapa baru kembali sekarang?"

    "Aku sedang berpikir."

    "Ye?"

    Sudut bibir Daehyun terangkat dengan lembut dan jauh berbeda dari biasanya. Taehyung tahu bahwa Daehyun tidak benar-benar ingin tersenyum saat itu.

    "Saem ... baik-baik saja, kan?"

    "Aku minta maaf?"

    "Minta maaf untuk apa?"

    "Insiden di rumah pantai. Kau pasti sangat terkejut." Daehyun merogoh sakunya dan mengeluarkan sebuah ponsel yang kemudian ia berikan pada Taehyung.

    "Oh! Di mana Saem menemukannya?"

    "Ponselmu tidak hilang."

    Taehyung dengan cepat memandang Daehyun dengan tatapan bertanya.

    "Saem yang menyembunyikannya."

    "Eh?"

    "Maafkan Saem." Pandangan Daehyun terjatuh. "Saem hanya ingin memiliki waktu bersamamu ... Saem minta maaf jika itu melukaimu."

    "A-apa, apa yang Saem katakan? Saem sama sekali tidak melukaiku." Taehyung menggaruk bagian belakang telinganya dan bergumam, "kenapa akhir-akhir ini semua orang menjadi aneh?"

    Daehyun kembali mengangkat wajahnya. "Apa Seokjin mengatakan sesuatu padamu?"

    "Ah ... Itu ..." Taehyung terlihat ragu. Haruskah ia mengatakan bahwa kakaknya itu melarangnya menemui pria di hadapannya itu?

    "Dia melarangmu bertemu dengan Saem?"

    "Dari mana Saem tahu?"

    "Seokjin tidak bisa menerima kebenaran dan lebih memilih menutupinya. Itulah sebabnya dia tidak mengizinkanmu bertemu dengan Saem."

    "Kebenaran apa yang Saem maksud?"

    Kebenaran bahwa Seokjin sudah mengetahui semuanya dari Youngjae. Daehyun mengetahui hal itu melalui pesan singkat yang di kirimkan oleh Youngjae di malam setelah insiden adik tirinya itu memukulinya.

    Daehyun kembali tersenyum. "Kau ingin mengetahuinya?"

    "Apa ... ini ada hubungannya dengan sikap aneh kalian?" tanya Taehyung dengan hati-hati.

    "Saem tidak ingin membahasnya sekarang."

    "Ah ... tidak apa-apa, aku akan menunggu sampai Saem siap untuk mengatakannya."

    "Kau berjanji akan menunggu Saem?"

    Taehyung mengangguk dan mendapatkannya usakan lembut di kepala sebagai hadiah.

    "Kenapa kau tidur di sini? Apa kau merasa kurang enak badan."

    Taehyung memalingkan wajahnya sembari menggigit bibir bawahnya. Terlihat sedikit gelisah dan berhasil di tangkap oleh penglihatan Daehyun.

    "Kenapa? Apa ada yang sakit?"

    Taehyung menggeleng. "Tidak ... bukan begitu."

    "Lalu?"

    "Sebenarnya ... sebenarnya aku sedang menunggu Saem." Taehyung takut-takut memandang Daehyun.

    Senyum Daehyun tertarik sedikit lebih lebar. "Ada apa? Apa ada hal yang ingin kau tanyakan?"

    "Aku hanya khawatir ... sebelum pergi, Youngjae Hyeong memukuli Saem. Aku khawatir jika terjadi sesuatu pada Saem."

    Daehyun meraih tangan kiri Taehyung dan menggenggamnya dengan lembut. "Jika seandainya, Saem mengajakmu pulang ke rumah Saem. Apa kau mau?"

    Taehyung tampak kebingungan. Tentu saja dia mau jika seandainya Seokjin tidak melarangnya. Siapa tahu jika pada akhirnya dia bisa berteman baik dengan Hoseok.

    "Kau tidak menjawab."

    "Sebenarnya aku mau. Tapi ... Seokjin Hyeong akan memarahiku."

    "Kau takut padanya?"

    "Seokjin Hyeong sangat mengerikan jika sedang marah. Dia mengancam akan membawaku ke Luar Negeri."

    Daehyun tertawa pelan. Tak merasa terkejut dengan berita yang di bawa oleh Taehyung, namun Taehyung merasa heran karena pemuda itu tidak tahu bagian mana yang lucu.

    "Kenapa Saem tertawa?"

    "Tidak, tidak ada apa-apa ... kau sudah tahu bahwa Seokjin akan marah jika dia tahu kau bertemu dengan Saem. Untuk itu jangan pernah mengatakan pertemuan kita hari ini pada Seokjin."

    "Tentu saja aku tidak akan memberitahu Seokjin Hyeong. Lagi pula aku hanya ingin mengetahui keadaan Saem ... Seokjin Hyeong terkadang memang sangat berlebihan."

    "Kau sudah mengunjungi Kihyun?"

    "Jadwalnya masih besok dan besok aku harus bolos sekolah lagi. Padahal aku baru saja masuk."

    "Tidak apa-apa, itu demi kesembuhanmu ... kau tidak akan kembali ke kelas?"

    "Ah ... iya, aku harus segera kembali."

    "Kalau begitu, sampai bertemu besok."

    "Saem akan pergi ke Rumah Sakit?"

    Daehyun kembali tersenyum. "Kita akan bertemu besok."

    Meski bingung, Taehyung mengangguk dan beranjak berdiri. "Aku kembali ke kelas dulu. Senang bisa kembali melihat Saem di sini."

    Taehyung sejenak menundukkan kepalanya sebelum meninggalkan Unit Kesehatan. Dan setelah kepergian Taehyung, pandangan Daehyun jatuh ke luar jendela. Tatapan sayu yang menyimpan keputusasaan ketika sebuah keputusan harus ia ambil, meski harus ada pihak yang terluka.

    Seandainya Seokjin bisa berpikiran lebih terbuka, mungkin semua tidak akan menjadi lebih rumit.

   

    Malam kembali menaungi jiwa yang tersesat. Untuk kali pertama setelah dua Minggu lamanya menghilang, malam itu Daehyun kembali menginjakkan kakinya di rumah. Tak ada siapapun yang menyambutnya, karena memang waktu itu sudah tengah malam.

    Berjalan dengan tenang. Daehyun membawa langkahnya menaiki anak tangga hingga mengantarkannya berdiri di depan pintu kamar Hoseok. Terdiam cukup lama di sana, hingga pada akhirnya tangannya bergerak untuk membuka pintu di hadapannya.

    Pada nyatanya, pintu yang terbuka lebar secara perlahan itulah yang kemudian mempertemukannya dengan tatapan terkejut Hoseok yang memang saat itu belum tidur dan duduk di tepi ranjang.

    "Hyeong?"

    Hoseok segera bangkit dan menghampiri Daehyun yang mematung di ambang pintu. Di peluknya sang kakak. Menyampaikan rasa khawatir yang sudah ia simpan sejak berhari-hari. Namun, kenapa begitu sulit untuk mendapatkan balasan dari sang kakak.

    Setelah beberapa detik. Daehyun membalas pelukan Hoseok. Memberikan usapan singkat pada kepala si bungsu sebelum berucap, "Hyeong ingin bicara denganmu."

    Hoseok menjauh. Sedikit mendongak untuk memandang wajah Daehyun. "Hyeong kemana saja? Kenapa pergi tiba-tiba tanpa memberi kabar?"

    Daehyun tak menjawab. Dia menarik lembut tangan Hoseok. Membawa pemuda itu mendekati ranjang dan duduk berhadapan di tepi ranjang.

    "Hyeong ..."

    "Kenapa kau belum tidur?"

    "Aku tidak bisa tidur? Hyeong kemana saja?"

    "Maaf ..."

    Hoseok bingung. "Kenapa? Untuk apa Hyeong meminta maaf?"

    "Maaf karena Hyeong telah menjadi orang yang pengecut ... harusnya semua bisa menjadi lebih mudah jika saja Hyeong bisa bersikap lebih dewasa."

    "Apa yang sedang Hyeong bicarakan?"

    Daehyun meraih kedua tangan Hoseok dan menggenggamnya. Dia tersenyum lembut dan berucap, "sekarang ... Hyeong ingin semua menjadi jelas."

    "Apa maksud Hyeong?"

    "Besok ... Hyeong akan mengantarkanmu ke keluargamu yang sebenarnya."

    Netra Hoseok membulat. Bingung sekaligus terkejut akan pernyataan Daehyun.

    "A-apa, apa yang sedang Hyeong bicarakan? Keluarga? Keluarga siapa?"

    "Dengarkan Hyeong baik-baik. Kau ... bukanlah adik kandung Hyeong."

    "H-hyeong ..." Hoseok tertegun hingga suara yang ingin ia keluarkan justru tercekat di tenggorokannya.

    "Ayah menukarmu saat bayi."

    "H-hyeong ... apa maksudnya ini? Tolong jangan begini ... apanya yang di tukar? Aku ini adik Hyeong."

    Daehyun menggeleng pelan. Tak peduli dengan mata Hoseok yang sudah berkaca-kaca. Dia sudah bertekad akan membawa Taehyung pulang.

    "Itulah faktanya. Hyeong sudah menemukan adik Hyeong yang sebenarnya ... dia sedang sakit keras dan Hyeong ingin memenuhi tanggung jawab Hyeong pada anak itu."

    Hoseok menggeleng. "Tidak ... ini tidak benar. Kenapa, kenapa jadi seperti ini? Kenapa Youngjae Hyeong tidak memberitahuku?"

    "Maaf ... Hyeong benar-benar minta maaf. Besok, Hyeong akan menukarmu dengan adik Hyeong."

    "H-hyeong ..." Air mata Hoseok dengan cepat menuruni wajahnya. Dia berganti menggenggam tangan Daehyun dan memohon, "aku adik Hyeong ... aku adik Daehyun Hyeong. Aku tidak ingin pergi kemana-mana. Tolong jangan lakukan ini padaku ..."

    Daehyun menjatuhkan pandangannya. Terlalu sulit untuk berpura-pura tidak melihat tangisan pemuda di hadapannya itu.

    "Daehyun Hyeong ..."

    Daehyun melepaskan tangannya dari genggaman Hoseok dan beralih memegang kedua bahu Hoseok. "Hyeong mohon pengertian darimu ... Taehyung sedang sakit. Hyeong hanya ingin merawatnya dengan semestinya ... Hyeong tahu ini sangat melukaimu. Hyeong minta maaf, Hyeong benar-benar minta maaf."

    "Taehyung? Anak yang pergi bersama Hyeong selama ini?"

    Daehyun terkejut, mengetahui fakta bahwa Hoseok tahu dengan siapa ia pergi selama ini.

    "Apa salahku?" lirih Hoseok yang mulai terisak.

    "Tidak, kau tidak bersalah. Akulah yang bersalah ... kau boleh membenciku sekarang. Lakukan itu jika itu bisa membuatmu tenang."

    Hoseok menepis tangan Daehyun dengan kasar dan segera meninggalkan Daehyun. Mengunci diri di kamar mandi sebelum tubuhnya merosot ke bawah dan terisak. Tak peduli meski sudah tengah malam, pemuda itu terlalu rapuh untuk tetap berdiri dengan berpura-pura tidak mengetahui apapun.

    Lalu apa yang bisa di lakukan oleh Daehyun saat ini? Dia hanya bisa duduk tertunduk penuh penyesalan ketika suara tangis pemuda itu sampai ke telinganya. Namun dia sudah mengambil keputusan, dan dia tidak di izinkan untuk mundur setelah melukai satu orang terkasihnya malam ini.



Selesai di tulis : 12.05.2020
Di publikasikan : 12.05.2020

   

Episode Minggu Depan

"Tinggalkan rumahku sekarang juga!"

"Hyeong, jangan membuangku ..."

"Kau kemanakan Hoseok?"

"Untuk apa kau membawa anak yang sebentar lagi akan mati ke dalam rumah kita! ..."

Sudah siap baku hantamnya😌😌😌

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro