Page 91
Pagi itu Daehyun meninggalkan rumah pantai untuk membeli persediaan makanan yang sudah habis. Sedangkan Taehyung memilih untuk tinggal. Duduk di ruang tamu dengan layar televisi yang menyala, namun ekor matanya sedari tadi mengawasi pergerakan Daehyun. Dan setelah terdengar deru suara mobil yang menjauh. Pemuda itu dengan cepat beranjak dari duduknya, berjalan menuju jendela untuk memastikan bahwa Daehyun benar-benar sudah pergi.
Setelah memastikan bahwa Daehyun sudah jauh. Taehyung keluar dari rumah dan segera menuruni tangga kayu. Berlari mengejar mobil Daehyun dengan terburu-buru. Bukannya untuk menghentikan Daehyun, melainkan memiliki tujuan lain.
Setelah berlari cukup jauh dari rumah pantai. Taehyung berhasil menjangkau jalan raya. Pandangannya tertuju pada telepon umum yang berada di seberang jalan, dan itu adalah tujuan utamanya berlari dari rumah pantai.
Berjalan menyeberang. Taehyung segera masuk ke dalam kotak kaca itu. Memasukkan koin, mengambil telepon dan menekan beberapa angka yang sudah ia hafal di luar kepala. Bukan apa-apa, Taehyung melakukan hal itu agar bisa memberikan kabar kepada keluarganya. Selama ini ia sudah sering meminjam ponsel Daehyun. Namun pria itu tidak memberikannya dengan alasan yang berbeda-beda setiap waktunya, hingga ia yang kemudian tak berani lagi memintanya.
Percobaan pertamanya menghubungi ayahnya tidak berhasil. Taehyung kembali memasukkan koin dan itu adalah koin terakhirnya. Kembali menekan beberapa tombol dan menunggu seseorang di seberang menjawab panggilannya.
Seokjin yang saat itu tengah berada di kantornya di buat heran dengan panggilan dari nomor asing. Tanpa pikir panjang, dia pun menerima panggilan itu.
"Hyeong ..." suara lantang Taehyung berhasil mengejutkan Seokjin hingga sang ia yang langsung beranjak berdiri.
"Taehyung? Di mana kau sekarang? Cepat katakan di mana kau sekarang?"
Kebingungan terlihat di wajah Taehyung ketika ia menangkap kepanikan dari ucapan Seokjin yang terkesan begitu terburu-buru.
"Kau masih di sana? Jawab Hyeong! Cepat katakan di mana kau sekarang."
"Hyeong ... kenapa Hyeong terdengar panik? Apa terjadi sesuatu?"
"Katakan di mana kau sekarang, katakan kemana si berengsek itu membawamu!"
Seokjin lepas kendali dan membuat batin Taehyung tersentak. Terlebih ketika ia mendengar bagaimana cara Seokjin memanggil Daehyun.
"Kim ... kau masih di sana?"
Taehyung bergumam sebagai respon awal. "Kenapa Hyeong marah? Bukankah Jung Saem sudah meminta izin pada Hyeong?"
Mendengar hal itu semakin membuat amarah Seokjin hampir tak bisa ia tahan lagi. Namun ia mencoba untuk tetap tenang.
"Tidak apa-apa. Sekarang, katakan pada Hyeong kau berada di mana?"
"Aku tidak tahu ... tempatnya sangat asing."
"Tanyakan pada orang yang ada di sekitarmu."
"Tidak ada siapapun di sini, tempatnya sangat sepi."
"Kalau begitu. Katakan pada Hyeong tempat seperti apa itu."
"Jung Saem membawaku ke rumah pantai. Jung Saem mengatakan bahwa itu adalah pantai keluarga ... tempatnya sangat bagus."
"Di mana orang itu sekarang?"
"Jung Saem pergi ke swalayan. Aku pergi diam-diam ke telepon umum untuk mengabari Hyeong bahwa aku baik-baik saja. Sebenarnya aku ingin menghubungi Hyeong sejak lama ... tapi ponselku hilang."
"Kalau begitu ... sekarang kau kembali ke rumah itu dan jangan mengatakan pada orang itu bahwa kau menghubungi Hyeong."
"Hyeong ... akan datang ke sini?"
"Ya ... Hyeong akan pergi ke sana. Tapi jangan sampai Jung Saem tahu. Kau mengerti?"
Taehyung mengangguk sembari bergumam. "Kalau begitu, aku tutup teleponnya."
"Jaga dirimu baik-baik, Hyeong akan segera ke sana."
Taehyung kembali menaruh telepon umum itu pada tempatnya dan segera berlari kembali ke rumah pantai sebelum Daehyun memergokinya. Namun ketika hendak menaiki anak tangga yang terbilang cukup tinggi untuk menjangkau rumah pantai itu. Napas pendek yang sempat mengiringi langkahnya itu semakin terdengar tak karuan.
Taehyung merasa kakinya tiba-tiba lemas dan tak bertenaga. Mungkin karena ia memaksakan diri untuk berlari sejauh itu dalam kondisi fisiknya yang tak sekuat dulu.
"Kenapa aku lemah sekali? Aku hanya berlari dari sana kemari ..." sebuah protes yang keluar bersamaan dengan napas pendek nan berat itu.
Berpegangan pada pembatas tangga. Taehyung berusaha kembali melangkahkan kakinya yang seperti tak mampu lagi untuk bergerak. Melangkah pelan dengan sedikit bersusah payah, satu persatu anak tangga ia lalui. Hingga tepat di jarak satu meter dari ujung tangga. Kepalanya tiba-tiba pusing dan hal itu membuat tubuhnya limbung. Pegangan itu terlepas dan menjatuhkan tubuhnya berguling menuruni anak tangga hingga berhenti di ujung bawah tangga dalam keadaan tak sadarkan diri.
Di sisi lain. Seokjin yang sudah mendapatkan informasi tentang adiknya pun, segera pergi ke kantor Youngjae dan berhadapan dengan saudara tiri dari Daehyun tersebut.
"Aku mendapatkan tempatnya."
"Di mana?"
"Rumah pantai ..."
Youngjae yang mendengar hal itupun segera bereaksi. Merasa sangat akrab dengan tempat yang baru saja di sebutkan oleh Seokjin.
"Taehyung mengatakan bahwa itu adalah pantai keluarga --"
"Aku tahu tempatnya," sahut Youngjae dengan cepat.
"Di mana?"
"Aku yang akan pergi ke sana."
"Kenapa? Apa yang sedang kau rencanakan?"
"Aku sudah mengatakan kebenaran. Tapi kenapa kau masih ingin mempertahankan Taehyung?"
"Jangan macam-macam denganku. Aku masih memegang janjimu hari itu."
"Bagaimana dengan Hoseok?"
Seokjin terdiam ketika ia tak memiliki jawaban itu. Bahkan yang ada dalam pikirannya saat ini hanyalah Taehyung, bukan orang lain.
"Kenapa kau diam?"
"Lalu bagaimana denganmu? Kau tahu Daehyun sangat terobsesi pada adikku. Tapi kenapa kau justru membantuku."
"Aku tidak pernah berniat untuk membantumu."
Rahang Seokjin mengeras. Dengan cepat ia menarik kerah baju Youngjae. "Kuperingatkan padamu. Aku tidak peduli meski perusahaan kita terlibat kerja sama ... jika kalian berani mengambil Taehyung dariku, kupastikan kalian akan menyesal seumur hidup kalian."
"Aku melakukan hal ini semata-mata hanya untuk saudaraku. Kalian orang-orang egois, tidak akan pernah mengerti bagaimana rasanya berada dalam posisi Hoseok ..."
Batin Seokjin tersentak. Mendapatkan satu pukulan telak dari perkataan Youngjae.
"Pernahkah kalian memikirkan bagaimana perasaan anak itu? Tidak, karena kalian hanya memikirkan Taehyung yang sakit ... fisik Hoseok memang sehat. Tapi bagaimana dengan batinnya setelah mengetahui fakta ini? Tidakkah kalian para orang munafik bersedia meluangkan waktu untuk memikirkan hal itu? Tentu saja tidak."
"Jangan mengalihkan pembicaraan. Sekarang juga katakan padaku, di mana tempat itu?"
Youngjae meraih tangan Seokjin dan menurunkannya dengan kasar. Menegaskan bahwa ia bukanlah orang yang bisa di tindas.
"Kau tidak perlu khawatir. Akan kukembalikan adikmu ... sekarang pulanglah dan tunggu sampai aku membawa adikmu kembali padamu."
"Kau pikir aku bisa mempercayai perkataanmu?"
"Aku tidak pernah menginginkan Kim Taehyung menjadi bagian dari keluarga kami, asal kau tahu itu."
Pernyataan mengejutkan yang membuat Seokjin tak lagi bisa menyangkal ketika justru kebingungan itu mengambil alih kewarasannya detik itu juga.
"Aku bersumpah akan mengembalikan Kim Taehyung pada kalian. Peganglah sumpahku ini, Kim Seokjin."
Selesai di tulis : 04.05.2020
Di publikasikan : 05.05.2020
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro