Page 86.
Kelas berakhir. Membimbing semua pelajar untuk mengemasi barang mereka dan bersiap kembali ke rumah. Jimin berjalan beriringan dengan Taehyung dan terlibat sedikit obrolan, hingga obrolan ringan mereka terhenti ketika keduanya menemukan Daehyun berdiri di luar kelas.
"Jung Saem," tegur Taehyung.
"Kau ingin pulang?"
Taehyung mengangguk.
"Biar Saem antar."
"Ah ... tidak perlu. Aku ..."
"Tidak apa-apa, ada beberapa hal yang ingin Saem tanyakan padamu."
Taehyung tak lagi bisa menolak, dan setelahnya Jimin meninggalkannya yang kemudian berjalan beriringan dengan Daehyun. Ada perasaan canggung yang terlihat di wajah Taehyung meski tak ada hal yang istimewa dari pembicaraan mereka sebelumnya.
"Aku mengatakan hal itu karena kau memiliki usia yang sama dengan Hoseok. Setiap kali aku melihatmu, aku teringat dengan Hoseok ... tidak apa-apa, kan jika Ssaem menganggapmu sebagai adik?"
Taehyung masih ingat betul dengan percakapan keduanya siang tadi, di mana ia hanya memberikan anggukan atas pertanyaan Daehyun, meski ia masih merasa ragu dengan jawaban Daehyun. Namun dengan keadaan Daehyun sekarang, tak ada alasan bagi Taehyung untuk menuntut lebih seperti saat ia menuntut jawaban dari Seokjin.
Keduanya berjalan keluar gedung. Namun saat itu sebuah teguran datang dari gerbang sekolah. Pandangan keduanya menemukan Seokjin yang lantas menghampiri keduanya, memutuskan harapan Daehyun untuk berada di samping Taehyung sedikit lebih lama.
"Apa kabar?" Seokjin mengulurkan tangannya yang langsung di jabat oleh Daehyun.
"Baik ... lama tidak bertemu."
"Aku tidak tahu jika kau sudah kembali kesini."
"Aku baru kembali hari ini."
"Kau ... sedang sibuk?"
"Mungkin tidak ... ada apa?"
"Jika kau tidak keberatan, mari kita makan bersama. Anak ini kemarin memarahiku karena aku tidak tahu berterima kasih padamu," ucap Seokjin yang kemudian di akhiri oleh senyuman lebar yang langsung di sambut pukulan ringan dari Taehyung.
Daehyun sekilas memandang Taehyung dan beralih pada jam tangannya. Menimbang-nimbang jam kerja Kihyun hari itu karena mereka belum membuat janji untuk bertemu sebelumnya.
"Jika kau sibuk, mari lakukan lain kali saja."
"Tidak, aku tidak sedang sibuk. Jika itu tidak merepotkan, mari kita pergi sekarang."
Senyum Seokjin mengembang. "Ya sudah, ayo."
"Aku akan mengambil mobilku terlebih dulu."
"Ah ... ya. Kalau begitu, biarkan Taehyung ikut bersamamu agar kau tidak kehilangan jejak nantinya."
"Memangnya Hyeong ingin makan di mana?"
"Di restoran biasa, jangan sampai kau tersesat."
Seokjin lantas meninggalkan keduanya dan kembali ke mobilnya, sedangkan Taehyung mengikuti Daehyun berjalan menuju parkiran. Taehyung merasa tidak enak ketika Daehyun membukakan pintu mobil untuknya.
"Aku bisa melakukannya sendiri, Saem tidak perlu repot-repot."
"Tidak apa-apa, masuklah."
Taehyung masuk ke dalam mobil dan setelah menutup pintu itu kembali, Daehyun segera bergegas menuju bagian kemudi. Keduanya kemudian bergegas meninggalkan area sekolah dan menyusul mobil Seokjin yang berjalan tepat di hadapan mereka.
Taehyung sesekali mencuri pandang pada Daehyun yang sangat berbeda dengan sebelumnya. Di mana wajah itu terlihat begitu tertekan, sangat berbeda dengan Jung Saem yang ia kenal selama ini. Namun meski begitu, perlakuan Daehyun padanya sama sekali tak berubah.
Beberapa menit berbaur dengan pengendara lain di jalan utama. Taehyung sedikit melongokkan kepalanya untuk melihat seberapa panjang kemacetan malam itu, dan bahkan ia tak bisa lagi menemukan keberadaan mobil kakaknya.
"Kenapa panjang sekali?" gumamnya.
"Jika kau lelah, istirahatlah dulu. Saem akan membangunkanmu jika sudah sampai."
"Aku tidak mengantuk, aku sudah tidur siang tadi." Taehyung kembali mengamati jalanan padat kendaraan di sekitar tempatnya.
"Boleh Saem bertanya padamu?"
Taehyung kembali memandang Daehyun. "Saem ingin bertanya apa?"
"Apa selama ini kau bahagia menjadi adik Kim Seokjin?"
Taehyung terlihat bingung atas pertanyaan yang di lontarkan oleh Daehyun. "Kenapa ... kenapa Ssaem menanyakan hal itu?"
"Saem hanya ingin tahu, jawab saja dengan jujur."
Meski ragu, pada akhirnya Taehyung pun menjawab. "Seokjin Hyeong sangat baik, tentu saja aku bahagia."
"Bagaimana dengan Saem?"
"Apa yang Saem maksud?"
"Menurutmu ... orang seperti apa, Saem ini?"
"Saem adalah orang yang baik dan perhatian."
"Apa kau bahagia ketika berada di dekat Saem?"
Mata Taehyung mengerjap, merasa pertanyaan Daehyun semakin aneh. "Saat berada di samping Saem, aku merasa aman."
"Jika waktu bisa di ulang. Kau akan memilih yang mana? Kim Seokjin atau Jung Daehyun yang menjadi kakakmu?"
Kali ini Taehyung benar-benar tak mampu menjawab pertanyaan yang menurutnya sangat tidak masuk akal itu. Kenapa Daehyun tiba-tiba bersikap seperti itu?
Namun nyatanya Taehyung tak di berikan waktu untuk berpikir ketika ponsel di dalam saku jas sekolahnya berbunyi. Pemuda itu merogoh ponselnya dan dengan cepat menerima panggilan yang datang dari kakaknya itu.
"Hyeong."
"Kau di mana?"
"Kami sedang terjebak macet. Apa Hyeong sudah sampai?"
"Ah ... Hyeong tunggu di sini, hati-hati di jalan."
Sambungan dengan cepat terputus dan percakapan keduanya tak berlanjut ketika Daehyun kembali melajukan mobilnya dengan kecepatan rendah. Dan nyatanya keterdiaman Daehyun saat itu berhasil mengusik hati Taehyung.
"Saem," panggilan yang terdengar begitu ragu dan berhasil mengalihkan perhatian Daehyun.
"Bagaimana keadaan Hoseok?"
"Dia baik-baik saja, tapi butuh beberapa hari lagi sampai dia bisa berjalan kembali ... kau ingin bertemu dengannya?"
Taehyung menggeleng. "Aku tidak mengenalnya, nanti pasti sangat canggung."
"Antriannya masih sangat panjang, jika kau lelah istirahatlah dulu."
"Aku tidak apa-apa," perkataan yang sungguh berbanding terbalik dengan kenyataan.
Pada akhirnya Taehyung tertidur setelah mobil Daehyun terlepas dari kemacetan. Cukup lama dan itu membuat Seokjin sempat menghubungi Daehyun beberapa menit yang lalu untuk sekedar memastikan keberadaan keduanya.
Setelah mendapatkan alamat yang di berikan oleh Seokjin. Daehyun mengendara tanpa bantuan dari Taehyung yang sudah tertidur dengan pulas. Sekitar lima belas menit berlalu dan keduanya hampir sampai di restoran yang di maksud oleh Seokjin.
Namun saat itu Daehyun justru menepikan mobilnya. Hatinya tiba-tiba menjadi serakah, sangat serakah dan bahkan ia sendiri seperti lupa akan daratan.
"Aku tidak bisa," gumam pria itu terdengar begitu putus asa. Meski ribuan kali ia menolak untuk bersikap egois, pada akhirnya pendirian goyah.
Beringsut ke arah Taehyung. Daehyun merogoh saku Taehyung dan mengambil ponsel pemuda itu. Tanpa izin, Daehyun mematikan ponsel pemuda itu dan menaruhnya di dashboard sebelum kembali melajukan mobilnya. Bukannya memasuki halaman restoran, Daehyun justru melewati restoran itu begitu saja. Mengabaikan Seokjin yang tengah menunggu di dalam bangunan itu dengan perasaan khawatir yang mulai menyeruak.
Seokjin lantas kembali menghubungi Taehyung. Namun ketika ponsel adiknya itu tidak aktif, dia beralih menghubungi Daehyun. Beberapa saat menunggu. Seokjin di buat heran ketika panggilannya di tolak dan ketika ia kembali mencoba menghubungi, ponsel Daehyun tiba-tiba tidak aktif.
"Ada apa dengan mereka? Apa mereka sedang mempermainkanku?" monolog Seokjin yang kemudian memutuskan untuk tetap menunggu.
Sampai restoran itu akan tutup, Seokjin masih tetap di sana dengan hati yang gelisah dan memutuskan untuk pulang membawa kekesalannya setelah merasa di permainkan oleh Daehyun dan juga adiknya.
Saat sampai di rumah, Seokjin segera menuju kamar Taehyung. Bersiap memarahi adiknya itu. Pintu kamar Taehyung terbuka, di susul oleh suaranya yang terdengar menggema penuh kekesalan.
"Kim ..."
Seokjin masuk ke dalam ketika tak mendapati adiknya itu berada di dalam kamar. "Kim ... cepat keluar! Hyeong tahu kau ada di sini."
Seokjin bergegas memeriksa kamar mandi. Dan setelah tak mendapati siapapun, ia pun bergegas kembali ke lantai bawah.
"Kim ... keluar sekarang! Jangan berpikir bahwa Hyeong akan memaafkanmu kali ini. Kim ..."
"Seokjin ... kenapa kau berteriak malam-malam seperti ini?" tegur Boyoung yang langsung menghampiri putranya yang baru saja mencapai ujung tangga.
"Di mana Taehyung?"
"Taehyung? Bukankah dia pulang bersamamu?"
"Tidak, dia pulang bersama Daehyun. Di mana dia sekarang?"
Boyoung terlihat bingung. "Adikmu belum pulang ... ibu pikir dia pergi bersamamu."
Kali ini Seokjin yang terlihat bingung. Dengan cepat ia menghubungi Daehyun, namun ponsel pria itu tidak aktif seperti sebelumnya.
"Apa yang mereka lakukan sebenarnya?" gumamnya.
"Coba kau hubungi adikmu atau Daehyun."
"Ponsel keduanya sama-sama tidak aktif," ucap Seokjin dengan raut wajah yang mulai gelisah.
"Bagaimana bisa? Apa mereka tidak memberitahumu kemana mereka akan pergi?"
"Kami berniat makan malam di restoran. Aku menyuruh Taehyung pergi bersama Daehyun agar tahu jalan menuju restoran. Tapi setelah satu jam lebih, mereka tidak juga datang ke sana."
"Mungkinkah terjadi sesuatu yang buruk pada adikmu?"
Batin Seokjin tersentak. Dengan cepat ia menghubungi Kihyun. "Dokter Yoo, ini aku Kim Seokjin."
"Ye, adakah hal yang bisa ku bantu?" sahut Kihyun di seberang.
"Begini, apa Taehyung masuk ke Rumah Sakit malam ini?"
Kihyun sempat terdiam, menegaskan bahwa Dokter muda itu sedang kebingungan atas pertanyaan Seokjin. "Jadwal terapinya masih satu Minggu lagi, apakah terjadi sesuatu pada anak itu?"
"Bukan itu maksudku. Tadi anak itu pergi bersama Daehyun, tapi hingga sekarang belum kembali. Aku pikir sudah terjadi sesuatu pada adikku."
"Kapan terakhir kali kalian bertemu?"
"Hampir dua jam yang lalu."
"Aku masih di Rumah Sakit sekarang, tapi aku tidak menerima laporan jika Taehyung di larikan ke Rumah Sakit. Jangan terlalu panik, hubungi saja Dokter Jung terlebih dulu."
"Ponselnya tidak aktif. Baiklah kalau begitu, jika seandainya dia datang ke sana, tolong segera hubungi aku."
"Ye, itu pasti."
"Maaf sudah mengganggumu." Seokjin memutuskan sambungan.
"Taehyung tidak ada di sana?"
Seokjin menggeleng.
"Ya ampun ... sebenarnya pergi kemana mereka? Ya sudah, kau cepatlah mandi ... siapa tahu setelah ini adikmu datang."
Mengehela napasnya, Seokjin lantas berjalan menuju kamarnya. Membersihkan diri dan memutuskan untuk menunggu di kamar sang adik. Namun hingga ia yang tak sadar telah tertidur, sang adik tak kunjung pulang.
Di sisi lain, sepertinya bukan hanya Seokjin seorang yang tengah menunggu kepulangan adiknya, melainkan juga Youngjae yang masih terduduk di ruang tamu untuk menunggu kepulangan Daehyun yang sama sekali tak memberi kabar. Namun sayangnya dari kedua orang yang tengah menunggu malam itu, tak ada satupun yang mendapatkan kejelasan, ketika baik Daehyun maupun Taehyung tak pernah pulang ke rumah mereka malam itu.
Lalu, kemanakah keduanya pergi malam itu?
Atau lebih tepatnya, kemanakah Daehyun membawa pemuda yang tengah terlelap itu?
Selesai di tulis : 09.04.2020
Di publikasikan : 09.04.2020
Garis bawahi, saya Yeoja bukan Namja. Yang sebelumnya hanyalah foto masa lalu yang saya rindukan🤧🤧🤧
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro