Page 84.
Taehyung berjalan menaiki anak tangga menuju kelasnya berada, namun ketika berjalan di lorong yang cukup ramai oleh para pelajar lainnya. Langkah Taehyung terhenti ketika sebuah teguran datang padanya.
"Taehyung ..."
Taehyung berbalik dan menemukan Jimin berlari ke arahnya. "Kau baru datang?"
Taehyung mengangguk.
"Kemarin kau pergi kemana? Aku hampir saja terkena amukan dari Seokjin Hyeong semalam."
"Saat sampai di rumah, Hyeong baik-baik saja."
"Aku, kan bilang hampir ... kemarin kau pergi kemana? Kenapa tidak kembali ke sekolah?"
"Rahasia," ucap Taehyung dengan mudahnya dan segera meninggalkan Jimin.
"Jawaban macam apa itu?" gumam Jimin. "Ya! Kim Taehyung. Kau mulai bermain rahasia padaku?"
Jimin bergegas menyusul Taehyung dan merangkul bahu rekannya itu. "Bagaimana keadaanmu?"
Taehyung sekilas memandang lalu berucap, "aku baik-baik saja, kenapa kau menanyakan hal itu?"
Jimin menepuk pelan dada Taehyung sembari tersenyum lebar. "Itu tandanya aku mengkhawatirkanmu, teman."
"Jika kau masih melihatku di sekolah, itu artinya aku baik-baik saja."
Senyum Jimin semakin melebar mendengar nada bicara Taehyung yang sedikit ketus. "Aku tahu, aku tahu ... untuk itu jangan pergi tiba-tiba seperti kemarin. Setidaknya kau harus mengabariku terlebih dulu."
Taehyung merasa jengah, ia menurunkan tangan Jimin yang berada di bahunya. "Aku bukan bayi lagi," ucapnya dengan malas dan bergegas memasuki kelasnya di susul oleh Jimin yang menertawakannya.
Taehyung menempati kursinya, begitupun dengan Jimin yang segera menaruh kedua tangannya di atas meja dan merapatkan tubuhnya pada meja. "Kemarin Han Ssaem memberikan tugas untuk minggu depan."
"Sungguh?"
Jimin mengangguk.
"Kau membawa bukumu?"
"Aku sudah membuatkan salinannya untukmu." Jimin segera menegakkan tubuhnya dan menaikkan ranselnya ke atas meja. Mengambilkan Taehyung buku yang ia maksud.
Taehyung menerimanya dengan senyum yang mengembang sempurna di wajahnya. "Terima kasih, seharusnya kau tidak perlu repot-repot seperti ini. Aku, kan bisa menyalinnya sendiri."
"Aku melakukannya karena bosan. Lain kali jika ingin pergi, kabari aku dulu."
"Kemarin itu mendesak."
"Mendesak apanya? Memangnya kau pergi kemana?"
Taehyung mengulum senyumnya. "Rahasia."
Jimin mendengus dengan tatapan jengah. "Kau benar-benar menyebalkan."
Taehyung hanya terkekeh pelan sebagai respon. Jimin kembali menurunkan ranselnya dan memandang sahabatnya yang kini melihat buku catatan yang sebelumnya ia berikan. Namun ia tiba-tiba teringat akan sesuatu.
"Ya! Apa kau sudah tahu?"
Taehyung menolehkan kepalanya ke arah Jimin. "Tahu apa?"
"Tadi pagi aku melihat Jung Saem datang ke sekolah."
Netra Taehyung bereaksi. "Sungguh?"
Jimin mengangguk yakin.
"Apa Jung Saem sudah kembali ke sekolah?"
"Aku pikir juga begitu."
Taehyung menutup buku catatan di tangannya dengan kasar dan menelantarkannya di atas meja begitu saja ketika ia berdiri dan bergegas meninggalkan kelas.
"Ya! Kelas sebentar lagi di mulai ... kau ingin pergi kemana?" pekik Jimin yang nyatanya terabaikan oleh Taehyung.
Berjalan menjauhi kelasnya. Taehyung menyusuri lorong kelas untuk menuju Unit Kesehatan sekolah. Berjalan sekitar lima menit. Langkah Taehyung terhenti di depan pintu Unit Kesehatan. Tampak ragu-ragu, perlahan tangan kiri pemuda itu terangkat untuk mengetuk pintu kayu di hadapannya dan dengan hati-hati ia membuka pintu tersebut meski belum mendapatkan respon dari dalam.
Pandangan Taehyung segera mengarah pada meja kerja Daehyun, namun sedikit heran karena meja tersebut tetap kosong seperti hari-hari sebelumnya. Pemuda itu lantas melangkah masuk dan mengedarkan pandangannya ke sekeliling hingga pandangannya terjatuh pada sosok Daehyun yang saat itu duduk di dekat jendela dengan tatapan sayu yang mengarah ke luar.
"Saem ..." panggil Taehyung dengan suara yang sangat pelan dan begitu berhati-hati setelah melihat raut wajah Daehyun. Namun tak ada respon yang ia dapat ketika pandangan Daehyun hanya fokus pada beberapa pelajar yang ia lihat dari tempatnya kini.
Taehyung menggaruk bagian samping kepalanya dan melangkahkan kakinya mendekat dengan pelan. Berusaha untuk tidak mengagetkan Dokter muda itu. Namun bahkan saat Taehyung sudah sampai di samping Daehyun. Dokter muda itu tetap tak menyadari kehadiran pemuda di sampingnya itu.
Taehyung sejenak memperhatikan wajah Daehyun sebelum mengangkat tangan kanannya ke udara. Memberanikan diri untuk menegur Daehyun.
"Saem."
Teguran beserta sentuhan lembut pada bahunya itulah yang kemudian menyadarkan Daehyun dari lamunannya. Pria itu dengan cepat menoleh dan mematung sesaat setelah ia menemukan Taehyung berada di sisinya, masih dengan tangan pemuda itu yang berada di atas bahunya.
"Kau?"
Taehyung menarik tangannya dari bahu Daehyun. "Saem, melamun?"
Sesaat terdiam, Daehyun kemudian tersenyum canggung. "Kapan kau datang?"
"Baru saja," jawab Taehyung sembari tangannya sekilas menunjuk ke arah pintu yang belum sempat ia tutup.
"Kemarilah, duduklah di sini!" Daehyun meraih pergelangan tangan Taehyung dan membimbing pemuda itu untuk duduk di sampingnya ketika ia yang sedari tadi duduk di bangku panjang.
"Kenapa Saem kembali ke sekolah sekarang?"
"Kenapa?"
"Tidak ada. Hanya saja ... aku pikir mungkin Saem akan kembali sekitar seminggu lagi."
"Ssaem ingin melihatmu. Itulah sebabnya Saem kembali lebih awal."
"Aku?" Sedikit kebingungan terlihat di wajah Taehyung. Namun saat itu senyum Daehyun melebar bersamaan dengan usapan lembut yang ia daratkan pada kepala Taehyung.
"Kau merasa lebih baik?"
"Semalam aku tidak bisa tidur."
Tangan Daehyun kemudian jatuh pada bahu Taehyung. Bergerak menuruni lengan pemuda itu dan mengenggam telapak tangan kurus milik pemuda itu. "Ada apa? Kau merasa ada yang aneh dengan tubuhmu?"
"Tidak ada. Hanya saja ... ada hal yang sedikit mengangguku."
"Apa itu? Kau bisa mengatakannya pada Saem."
Taehyung menatap ragu, haruskah ia meminta penjelasan sekarang tentang perkataan Daehyun di pemakaman kemarin. Karena memang kemarin dia tidak sempat bertanya, melihat kondisi Daehyun yang cukup memprihatinkan. Namun ketika sekarang kesempatan itu kembali ada, keraguan kembali menghampirinya. Bukan hanya keraguan, namun entah kenapa di sudut hatinya dia merasa takut. Perasaan takut yang tidak ia ketahui sebabnya.
"Kenapa diam? Kau tidak ingin mengatakannya pada Saem?"
"Sebenarnya ... Kemarin itu ..."
"Ada apa dengan kemarin?"
"Anu ... aku ingin bertanya ..."
Suara bel sekolah berbunyi nyaring. Pada nyatanya Tuhan tak ingin mempermudah jalan bagi Daehyun untuk menunjukkan kebenaran pada pemuda di hadapannya itu.
"Aku akan menanyakan lain kali saja, aku pergi ke kelas sekarang." Taehyung buru-buru berdiri dan membuat genggaman tangan Daehyun terlepas.
"Senang bisa melihat Saem kembali ke sekolah," ucap pemuda itu. Sekilas membungkukkan badan dan bergegas meninggalkan ruangan itu.
Daehyun berdiam diri menatap punggung sempit yang berjalan meninggalkannya. Namun tepat setelah pintu ruangan itu tertutup dari luar, saat itu ia segera berdiri dan mengejar Taehyung.
"Kim Taehyung."
Langkah Taehyung segera terhenti ketika terdengar teguran dari arah belakang. Dia berbalik dan menatap bingung pada Daehyun yang kini berjalan menghampirinya.
"Saem membutuhkan sesuatu?"
Taehyung terkejut ketika Daehyun tiba-tiba memeluknya. Pemuda itu bingung harus merespon seperti apa, sehingga ia hanya mengerjapkan matanya beberapa kali.
"S-Saem..."
"Jika Saem merasa sedih ... bolehkah Saem memelukmu?" ucap Daehyun dengan napas yang pendek ketika ia berusaha menahan air mata yang kembali menggenang di pelupuk matanya.
Taehyung di buat bingung oleh pria yang saat ini memeluknya. Entah mengapa perlakuan manis Daehyun saat ini terasa berbeda dengan perlakuan yang pernah ia terima sebelumnya. Membuat ketakutan di dalam hatinya semakin besar tanpa sebab.
"Bolehkah, Saem melakukannya?"
Terdesak oleh perasaan aneh di dalam hatinya. Taehyung lantas mengangguk dan balas memeluk Daehyun. Mencoba memberikan sedikit kekuatan pada pria itu yang ia ketahui tengah hancur karena kepergian sang ayah.
"Jika Saem sedih, Saem datang saja padaku. Sekarang ... aku harus ke kelas dulu."
Daehyun melepaskan pelukannya dan tersenyum dengan paksa. "Maaf."
"Saem tidak perlu minta maaf. Jika Saem butuh teman, panggil saja aku ... sekarang aku kembali ke kelas dulu, sampai bertemu nanti."
Taehyung sekilas menundukkan kepalanya dan segera meninggalkan Daehyun. Sesekali menoleh ke belakang, pemuda itu kemudian berlari setelah di rasa bahwa ia akan terlambat masuk kelas.
Setelah Taehyung makin menjauh dari tempatnya. Daehyun beringsut dari tempatnya. Menepi pada tembok dan berjongok dengan tangis yang coba ia tahan. Kedua lengannya mengapit kepala yang menunduk dalam ketika hatinya semakin terasa sakit ketika harus bertatap muka dengan Taehyung.
Bagaimanapun juga dia harus segera mengambil keputusan. Mengambil adiknya, atau merelakan hanya melihat adiknya sebagai orang asing. Dia harus mengambil keputusan, meski keputusannya nanti akan mendapatkan pertentangan dari beberapa pihak sekalipun.
Selesai di tulis : 01.04.2020
Di publikasikan : 01.04.2020
Bagaimana, bagaimana😁😁😁
Omong-omong, saya sedang membuka pelelangan untuk Karya-karya saya. Jika berminat, silahkan cek di bagian terbaru dari Book LULLABY : Remake Version😉😉😉
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro