Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Page 83.

Sedikit kebisingan yang terjadi di luar jendela mengusik alam bawah sadar Seokjin. Perlahan kelopak matanya terbuka dan dengan cepat melebar ketika tak mendapati Taehyung di hadapannya. Dengan cepat Seokjin bangkit dan terduduk di ranjang. Mencoba mengumpulkan kesadarannya sebelum turun dari ranjang untuk mencari keberadaan adiknya itu.

Berjalan menuju pintu. Langkah Seokjin terhenti sebelum ia berhasil melewati ranjang ketika ia mendapati bahwa Taehyung bergelung dengan selimut tebalnya tepat di bawah ranjang. Sama seperti saat ia mendatangi kamar itu semalam.

Waktu Seokjin datang ke sana. Saat itu Taehyung juga tidur di lantai, namun dengan satu kaki yang masih berada di atas ranjang. Seokjin pikir adiknya itu tidak sengaja terjatuh dari ranjang. Namun kenapa lagi-lagi ia menemukan adiknya itu tidur di lantai.

Seokjin menggeleng-gelengkan kepalanya dan menghampiri Taehyung. Sedikit membungkukkan badannya, Seokjin lantas mengangkat tubuh si bungsu yang terbungkus selimut tebal dan menaruhnya dengan hati-hati di atas ranjang. Pantas saja saat ia terbangun, ia tidak mengenakan selimut.

Ketika Seokjin hendak menaruh kepala Taehyung ke atas bantal. Saat itu Taehyung mengeliat dan menggerakkan tangannya seperti memukul ke arah samping dan sukses mengenai dagu Seokjin.

Seokjin hampir saja memekik, namun ia hanya memegangi dagunya ketika kelopak mata Taehyung terbuka akibat ulah dari pemuda itu sendiri yang tak sengaja memukul dagu kakaknya.

"Hyeong sedang apa?"

"Minta maaf pada Hyeong!" ucap Seokjin masih dengan satu tangan memegangi dagunya dan satu tangan lainnya masih berada di bawah kepala Taehyung.

"Memangnya aku salah apa?" Taehyung sedikit mengeliat, merasa malas untuk bangun.

"Kau sudah memukul Hyeong, minta maaf sekarang."

"Kapan aku melakukannya?"

"Barusan. Minta maaf sekarang."

Taehyung menggeleng.

"Kenapa?"

Taehyung kembali menggeleng dan seketika kekhawatiran terlihat di garis wajah Seokjin.

"Kau merasa ada yang sakit?" Seokjin menggunakan tangannya yang terbebas untuk memeriksa suhu badan Taehyung yang normal-normal saja. "Katakan di bagian mana yang sakit."

Sekali lagi Taehyung menggeleng. Namun setelahnya ia mendekat dan memeluk leher Seokjin. Membuat sang kakak sedikit terkejut.

"Ada apa?"

"Sepertinya, aku mimpi buruk," gumam Taehyung yang telah memejamkan matanya. Mencari kehangatan pada bahu lebar sang kakak.

Seokjin lantas naik ke atas ranjang dan berbaring di samping Taehyung. "Mimpi buruk seperti apa?"

"Aku bermimpi tentang Jung Ssaem."

"Jung Ssaem?"

Taehyung mengangguk.

"Memangnya seperti apa mimpimu itu?"

"Hyeong memukuli Jung Ssaem."

Mendengar hal itu, Seokjin terkekeh geli. "Kau ini ada-ada saja. Untuk apa aku memukuli Jung Ssaem?" Seokjin membalas pelukan adiknya. "Sudah pagi, bersiap-siaplah ke sekolah."

"Hari ini bolos tidak apa-apa, kan?"

"Kenapa? Kau merasa kurang enak badan?"

Taehyung sedikit menjauh namun tak menarik tangannya. "Aku ingin bertemu dengan Kihyun Hyeong."

Dahi Seokjin mengernyit. "Untuk apa? Jadwal terapimu masih satu minggu lagi."

"Tidak apa-apa, hanya ingin saja."

"Tidak boleh. Dokter Kihyun pasti sangat sibuk ... jika tidak ada keperluan mendesak, tidak usah mengunjunginya."

Taehyung menarik tangannya dan menaruhnya di depan wajah. Pemuda itu menghela napasnya.

"Ada apa? Apa Jung Ssaem mengatakan sesuatu padamu?"

Taehyung dengan cepat kembali memandang Seokjin. "Tidak, kenapa Hyeong bertanya seperti itu?" sangkalnya.

"Tidak apa-apa ... hampir seharian kalian pergi bersama, tidak mungkin jika Jung Ssaem tidak mengatakan apapun padamu."

"Itu rahasia, Hyeong tidak boleh tahu."

"Kenapa?"

"Ya, tidak boleh saja ... aku, kan juga memiliki privasi."

Seokjin terkekeh mendengar jawaban Taehyung. Dia kemudian menyibakkan rambut yang menutupi kening Taehyung beberapa kali lalu tangannya berhenti pada bahu pemuda itu.

"Kenapa dari semalam kau malah tidur di lantai?"

Taehyung terlihat bingung. "Tidak, aku tidak tidur di lantai."

"Tidak tidur di lantai apanya? Jelas-jelas semalam kau tidur di lantai dan Hyeong memindahkanmu ke atas ranjang. Pagi ini kau juga tiba-tiba sudah ada di lantai ... apa kau berjalan dalam keadaan tidur?"

Taehyung menggeleng. "Kapan Hyeong kemari?"

"Sekitar jam dua, kenapa?"

Taehyung menggeleng. Seokjin kemudian bangkit dan segera menyibakkan selimut yang menutupi tubuh Taehyung. "Waktunya pergi ke sekolah, sekarang bersiap-siaplah."

"Hari ini bolos saja, ya?" ucap Taehyung dengan nada memohon. Entah kenapa rasanya ia sangat malas untuk pergi ke sekolah hari ini.

"Kau tidak memiliki alasan untuk membolos. Jika kau membolos, kau akan membuat teman-temanmu khawatir ... kau mau melihat Jimin menangis lagi?"

Dengan malas Taehyung bangkit dan segera turun dari ranjang, namun kakinya justru tersangkut oleh selimut. Beruntung Seokjin dengan sigap menangkapnya hingga ia tidak sampai tersungkur ke lantai.

"Kau ini ... kenapa ceroboh sekali? Jika kepalamu terbentur lantai bagaimana?" ucap Seokjin dengan khawatir, namun Taehyung justru tersenyum lebar.

"Maaf ... ini masih terlalu pagi." Taehyung lantas bangkit dan berjalan menuju kamar mandi meninggalkan sang kakak yang menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Jangan lupakan handukmu."

Pintu kamar mandi tertutup dan itu menunjukkan bahwa Taehyung mengabaikan teguran sang kakak.

"Kim ..."

Di kediaman keluarga Jung sendiri, sedikit kecerian perlahan kembali melengkapi acara sarapan pagi itu ketika si sulung dalam keluarga yang kembali ke meja makan.

"Kau ada acara?" tegur Youngjae ketika ia melihat Daehyun yang sudah berpakaian rapi, lengkap dengan tas kerjanya. Namun jawaban itu justru datang dari Hoseok yang duduk di samping Daehyun.

"Daehyun Hyeong akan kembali ke sekolah hari ini."

"Benarkah?" sahut Jiyoung yang terlihat antusias mendengar kabar baik itu, namun berbeda dengan Youngjae yang justru menunjukkan penolaknnya terhadap keputusan Daehyun melalui sorot matanya. Tapi tampaknya Daehyun pun tak ingin mempermasalahkan hal itu.

"Aku sudah terlalu lama mengambil cuti. Aku bisa kehilangan pekerjaanku jika aku berdiam diri di rumah lebih lama lagi."

Youngjae menyahut, "akan lebih baik jika kau kehilangan pekerjaanmu. Kau bisa bekerja di kantor."

Daehyun tersenyum tipis. "Kau saja yang mengurus, aku tidak biasa dengan urusan kantor."

"Aku juga ingin pergi ke sekolah lagi," celetuk Hoseok.

Jiyoung berucap, "kakimu belum sembuh. Tunggulah sampai kakimu sembuh dan kau baru boleh pergi ke sekolah."

"Itu benar," sahut Youngjae dengan nada bicara yang terdengar ketus seperti biasa. "Memangnya siapa yang ingin kau repotkan di sekolah nanti? Kecuali kau memiliki pacar, kau baru boleh pergi ke sekolah hari ini juga."

Hoseok menatap jengah, rupanya sikap hangat Youngjae semalam benar-benar edisi terbatas.

"Kenapa melihatku seperti itu? Kau ingin berkelahi?"

Hoseok mengambil garpu yang ada di piring dan mengangkatnya ke udara, menahannya di samping wajah seakan ia yang ingin melemparkan garpu itu ke arah Youngjae yang justru tersenyum sinis.

"Lemparkan saja ... jika kulitku sampai lecet, akan ku pastikan membawa kasus ini ke Pengadilan."

"Sudah, sudah. Jangan bertengkar lagi ... habiskan makananmu," lerai Daehyun yang merebut garpu di tangan Hoseok.

"Kalian pulang jam berapa?" tanya Jiyoung kepada kedua putra tertuanya.

"Setelah jam sekolah berakhir, aku akan langsung pulang."

"Youngjae, bagaimana denganmu?"

"Aku akan pulang seperti biasa."

Setelah acara sarapan selesai. Kedua putra tertua berpamitan pergi. Meninggalkan si bungsu bersama ibu mereka. Sebelum pergi, Daehyun dan Youngjae terlibat pembicaraan di depan rumah.

"Kau sudah mengambil keputusan?"

Daehyun menggeleng.

"Apa yang akan kau lakukan sekarang?"

"Aku akan memikirkanya."

"Jangan gegabah, aku tidak ingin kau menyesali keputusanmu nantinya."

"Aku perlu waktu untuk memikirkannya. Sebelum pulang, aku akan menemui Kihyun terlebih dulu."

"Jangan malam-malam, jika terjadi sesuatu segera hubungi aku."

Daehyun memberikan anggukan ringan. Keduanya pun bergegas meninggalkan rumah mereka menggunakan mobil masing-masing. Youngjae yang pergi ke Perusahaan dan Daehyun yang pergi ke Jusang Highschool. Memulai aktivitasnya seperti biasa meski hatinya benar-benar bimbang saat ini, memikirkan tentang langkah apa yang akan ia ambil selanjutnya.





Selesai di tulis : 29.03.2020
Di publikasikan : 29.03.2020




Saya tahu, bahwa Book ini benar-benar menguji kesabaran kalian.
Saya tahu, bahwa kalian sering di kecewakan oleh alur dari Book ini.
Saya tahu, bahwa sebenarnya kalian ingin menghujat saya😂😂😂😂
Dan saya tahu, bahwa Book ini sangat jauh dari harapan kalian.

Oleh sebab itu, saya buatkan kolom khusus untuk kalian semua mengeluarkan keluh kesah kalian.

Silahkan tulis di sini dan saya akan merenungkan semuanya➡➡➡

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro