Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Page 79

    Taehyung memandang ke sekitar, merasa heran sekaligus penasaran setelah sebelumnya Daehyun membuatnya membolos dan justru mengajaknya pergi ke Pemakaman. Berjalan di belakang pria dewasa itu, sikap Taehyung yang kurang berhati-hati membuat pemuda itu tersungkur di belakang kaki Daehyun ketika kakinya tak sengaja tersandung kakinya sendiri.

    Daehyun yang menyadari pergerakan di belakangnya pun menoleh dan segera berjongkok, membantu Taehyung untuk bangun dengan wajah yang tampak begitu khawatir.

    "Kau baik-baik saja? Apa ada terluka? Katakan jika ada sakit!"

    Taehyung tersenyum lebar, tampak begitu canggung ketika mendapatkan perhatian yang berlebihan dari Dokter muda itu.

    "Aku baik-baik saja, Ssaem tidak perlu berlebihan seperti itu."

    "Kau yakin tidak ada yang terluka? Berdirilah, biar Ssaem lihat kakimu."

    "Ah... Aku baik-baik saja, aku jatuh di rumput, jadi tidak ada yang terluka."

    Daehyun menghembuskan nafas beratnya dengan pelan sebelum bangkit sembari menarik lembut lengan Taehyung agar bangkit bersamanya.

    "Kau harus lebih berhati-hati lagi."

    Taehyung tersenyum lebar sembari menggaruk bagian belakang kepalanya. "Aku tadi hanya tidak fokus pada jalanan di depanku, aku tidak akan mengulanginya lagi."

    "Ya sudah, ayo."

    Kembali melanjutkan langkah mereka, keduanya berjalan di antara batu nisan yang tampak sangat terawat hingga langkah keduanya terhenti di depan sebuah makam dengan tanah yang terlihat masih basah dan juga batu nisan di mana telah tertulis nama Jung Kyungho di sana.

    "Ssaem, ini... Makam siapa?"

    Daehyun menjatuhkan pandangannya pada pemuda yang saat itu berdiri di sampingnya. "Makam ayah."

    "Ayah? Ayahnya Jung Ssaem?

    Tak berusaha untuk menjawab, Daehyun hanya mengulas senyum tipisnya sebelum beralih ke samping makam dan menjatuhkan satu lututnya di sana. Taehyung kemudian menyusul Daehyun dan ikut berjongkok di samping pria dewasa itu lalu menaruh kedua telapak tangannya di atas lutut yang saling menyatu.

    Daehyun memandang nisan sang ayah hingga batinnya yang kemudian berucap, "Ayah, aku datang lagi. Tapi tidak sendiri... Aku datang bersama anak Ayah yang lain, Kim Taehyung."

    Dari samping Taehyung diam-diam memperhatikan Daehyun dan menyadari airmata yang saat itu tertampung di pelupuk mata Daehyun. Taehyung sejenak mengalihkan pandangannya dan menghembuskan nafas beratnya dengan sangat pelan. Entah mengapa dadanya terasa begitu sesak ketika melihat keadaan Daehyun yang seperti ini. Dia ingin menghibur, namun dia tidak tahu bagaimana caranya hingga pergerakan kecil Daehyun yang berhasil menarik perhatiannya kembali.

    Daehyun duduk bersila dan memandang Taehyung yang saat itu juga tengah melihatnya. "Kau tidak ingin menanyakan sesuatu?"

    Taehyung menggeleng, pemuda itu lantas turut duduk bersila. Dan meski sebelumnya menggeleng, pada akhirnya pemuda itu justru melontarkan pertanyaan. "Kenapa Ssaem membawaku kemari?"

    "Karena aku ingin ayah melihatmu datang kemari."

    Taehyung sejenak menggaruk area di sekitar mulutnya, sebuah refleks yang ia lakukan ketika ia merasa bingung. "Sebenarnya... Aku pernah bertemu dengan ayah Jung Ssaem sebelumnya."

    Daehyun tentu terkejut dengan pengakuan Taehyung barusan. "Di mana?"

    "Waktu di Rumah Sakit."

    "Kapan?" Lebih menuntut dan hal itu membuat Taehyung sedikit gugup hingga Daehyun mendapatkan punggung tangannya. "Katakan, kapan kau bertemu dengan ayah?"

    "Waktu Seokjin Hyeong, ayah dan juga ibu bertemu Kihyun Hyeongnim... Waktu itu aku sedang tidur, tapi ada paman yang menangis di sampingku, jadi aku bangun."

    "Dan paman itu..."

    "Ayah Jung Ssaem."

    Daehyun memalingkan wajahnya, merasa bingung harus memberi respon seperti apa. Sangat sulit untuk mempercayai semua ini, karena malam itu adalah malam terakhir ia bertemu dengan ayahnya sebelum kabar kecelakaan pagi harinya.

    "Ssaem."

    "Apa ayah mengatakan sesuatu padamu?"

    Taehyung menggeleng. "Paman itu pergi, dia bilang dia salah mengenali orang. Apa jangan-jangan, ayah Ssaem mengira jika aku ini adalah Hoseok."

    Wajah Daehyun sedikit mengernyit. Tentu bukan itu alasan ayahnya menangisi pemuda itu. Namun apa bedanya ia yang kini hanya berdiam diri setelah mengetahui bahwa pemuda di hadapannya itu adalah adik kandungnya. Adik kandung yang di besarkan oleh orang lain dan kini tengah mengalami penderitaan yang dulu di rasakan oleh ibu mereka.

    Air mata itu dengan cepat meluncur ke pipi Daehyun dan membuat Taehyung terkesiap, namun Daehyun dengan cepat menundukkan kepalanya dan mengusap kasar wajahnya.

    "S-Ssaem, Ssaem baik-baik saja?" tanya Taehyung dengan hati-hati.

    Berusaha menahan air matanya, Daehyun lantas kembali memandang Taehyung yang menatapnya khawatir. "Bolehkah, Ssaem memelukmu?"

    "Ye?" Taehyung tampak kebingungan, namun melihat keadaan Daehyun saat ini membuat hatinya sedikit tidak tenang.

    Pemuda itu lantas mengangguk dan membiarkan tubuhnya jatuh dalam rengkuhan pria yang ia kenal sebagai Gurunya tersebut. Pelukan Daehyun berbalas meski Taehyung terlihat ragu-ragu, dan saat itu pula bisa di rasakan oleh pemuda itu bahwa bahu Dokter muda yang saat ini memeluknya itu perlahan mulai berguncang, menegaskan bahwa ia tengah menangis tanpa suara.

    "Maaf, maafkan kami." ujar Daehyun bercampur dengan isakan yang sempat keluar dengan begitu mudahnya dari mulutnya, menempatkan kebingungan di pihak Taehyung.

    "Ssaem..." batin Taehyung. Merasa perasaannya tak bisa lagi ia kendalikan ketika untuk kali pertama ia menyaksikan orang yang selalu ia banggakan di depan sang kakak menangis di hadapannya. Sudut hati Taehyung terasa sedikit sakit seakan ia yang terkena imbas dari kehancuran yang kini di rasakan oleh Daehyun.

    "Maafkan kami." Kata itu lagi, kali ini sukses membuat Taehyung bertanya-tanya. Untuk siapakah permintaan maaf itu di tujukan. Dia tidak tahu, tapi entah kenapa rasanya begitu sakit melihat Daehyun seperti itu. Dia ingin melakukan sesuatu untuk mengurangi rasa sakit yang kini di derita oleh Daehyun, namun sayangnya dia tidak tahu harus berbuat apa. Dia tidak tahu, dan bahkan setelah tangis itu terhenti, pemuda itu tetap berdiam diri dalam pelukan Daehyun.

    Menatap lurus ke depan dengan tatapan kosong, Daehyun membuat Taehyung kehilangan pijakan dan benar-benar bersandar padanya seutuhnya. Masih sama seperti beberapa menit yang lalu, meski keadaan sudah kembali tenang, ia masih enggan untuk melepaskan Taehyung dan bahkan pemuda itu sama sekali tak menunjukkan penolakannya.

    Setelah semua benar-benar menjadi hening, Daehyun lantas kembali membuka mulutnya. "Taehyung... Kim Taehyung..." Suara yang terdengar sedikit lirih namun sangat tenang.

    "Aku ingin membuat sebuah pengakuan di sini, dengarkanlah baik-baik..." Berhenti sejenak ketika matanya yang terasa begitu kering kembali memproduksi air mata yang justru semakin membuat bibirnya bertambah kering, "jangan marah setelah aku mengatakannya padamu. Jangan menjauh dariku, sebenarnya... Kau, adalah adikku."

    Mulut itu bungkam, namun air matanya tak ingin menghianati perasaannya saat ini dan kembali membasahi wajah yang sudah tampak lelah untuk menangis itu.

    "Kau adikku, adik Jung Daehyun. Bukan Kim Seokjin, akulah kakakmu yang sebenarnya... Maafkan kami..."

Selesai di tulis : 09.03.2020
Di publikasikan : 11.03.2020

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro