Page 76
Daehyun, ini Ayah. Sebelumnya Ayah ingin menyampaikan permintaan maaf kepadamu. Ayah tahu, ini bukanlah cara terbaik untuk menyelesaikan masalah. Tapi ayah terlalu takut untuk berbicara langsung padamu.
Hari ini ayah pergi ke Ilsan. Dan ayah ingin memberitahukan kebenaran padamu melalui surat ini.
Ayah tahu ayah pengecut, ayah sadar bahwa ayah bukanlah ayah yang bertanggung jawab untukmu dan juga adikmu. Tapi, ayah benar-benar menyesal, ayah harap kau mau memaafkan ayahmu ini.
Melalui surat ini, ayah ingin memberikan kebenaran tentang apa yang terjadi tujuh belas tahun yang lalu. Hari di mana adikmu di lahirkan.
Kau boleh mengutuk ayahmu setelah ini, tapi sungguh ayah tidak memiliki pilihan lain saat itu.
Kau ingat bukan, bagaimana kondisi perekonomian kita saat itu. Ibumu sakit keras ketika mengandung adikmu. Kita sudah berusaha melakukan berbagai macam cara untuk menyelamatkan ibumu, tapi semua berakhir begitu saja.
Di malam tujuh belas tahun yang lalu. Ayah telah menukar adikmu dengan bayi orang lain. Ya, ayah melakukannya. Meski Dokter mengatakan bahwa kecil kemungkinan bahwa adikmu akan mengalami hal yang sama seperti ibumu, tapi ayah tidak ingin mengambil resiko saat itu. Ayah tahu, ayah adalah orang kejam, kau boleh membeci ayah sekarang.
Kemarin, ayah melihat adikmu, dan dia mengalami penderitaan yang sama seperti ibumu. Ayah menyesal, ayah sangat menyesal. Ayah berharap kau bersedia memaafkan ayahmu ini.
Setelah kembali dari Ilsan, mari kita bicara setelah kau tenang.
Dan anak itu, adikmu. Adalah putra bungsu dari Presedir Kim Taewoo pemilik Global Nation Group.
Kim Taehyung, dialah adikmu yang sebenarnya.
"Ada apa? Apa yang tertulis di sana?"
"Kim Taehyung." gumaman yang keluar bersamaan dengan napas beratnya, menimbulkan pertanyaan di wajah tegas milik si Pengacara.
"Ada apa? Kenapa dengan anak itu?"
"Anak itu... Dia... Dia adikku."
Mata Daehyun mengerjap tak percaya dan satu tetes airmata tak sengaja meloloskan diri dari kelopak matanya. Saat itu Youngjae langsung merampas surat dari Kyungho. Membaca surat tersebut dengan sorot mata tajam yang sarat akan kemarahan di saat Daehyun merasa kesadarannya sedikit mengambang setelah mendapati fakta dari masa lalu yang cukup membuatnya terguncang.
Setelah selesai membaca surat tersebut, Youngjae menurunkan tangannya dan menjatuhkan tatapan menuntutnya pada Daehyun yang masih tampak terguncang.
"Sekarang, keputusan apa yang akan kau ambil?"
"Tinggalkan aku." terdengar gemetar, si Dokter muda telah di landa kebimbangan yang besar, namun tampaknya si Pengacara tak akan mundur sebelum mendapatkan kepastian.
"Pegang kata-katamu, aku-"
"Tinggalkan aku sendiri."
"Aku sudah memperingatkanmu sejak awal."
"Pergi!" Daehyun membentak. Dia lantas berdiri dan menyeret Youngjae ke pintu. Di ambilnya surat di tangan Youngjae sebelum ia mendorong saudara tirinya tersebut hingga keluar dari ruang kerja ayahnya sebelum ia menutup pintu dengan kasar.
Napasnya memberat seiring dengan airmata yang begitu mudah terjatuh. Kedua lututnya kemudian tertarik ke bawah hingga menyentuh lantai dengan tangis tertahan yang kembali.
"Kenapa kau melakukan hal ini? Ayah!!" suara lirih yang berubah menjadi teriakan frustasi.
Si sulung dalam keluarga kembali jatuh dalam keterpurukan. Menangis tanpa pertolongan di saat ia tak mengizinkan siapapun untuk melihat betapa parah luka hati yang ia dapatkan hari ini.
Perlahan isak tangis yang terus berlanjut tak mampu ia tahan lagi. Sebuah tangis yang terdengar lebih pilu dengan sebuah teriakan frustasi yang kerap keluar dari mulutnya. Dan hal itu cukup menarik perhatian dari Jiyoung yang segera berlari ke arah mereka dengan panik.
"Youngjae... Ada apa? Ada apa dengan Daehyun?"
Dengan panik, Jiyoung menggetuk pintu ruang kerja mendiang suaminya. "Daehyun... Tolong buka pintunya, ada apa denganmu? Daehyun... Ini ibu, tolong bukakan pintunya."
Pergerakan Jiyoung terhenti ketika Youngjae menahan pergelangan tangannya. Wanita itu lantas mempertemukan tatapan khawatirnya dengan tatapan dingin milik putranya.
"Biarkan saja."
"Ada apa? Apa yang terjadi dengan kakakmu?"
"Dia akan baik-baik saja setelah ini. Eomma tidak perlu khawatir dan kembalilah ke kamar."
"Tapi apa yang terjadi pada kakakmu? Kenapa dia seperti ini?"
"Aku akan memberitahu Eomma setelah semuanya jelas. Untuk saat ini, biarkan dia seperti ini."
Tak mampu meredam kekhawatirannya pada putra tirinya. Jiyoung harus merelakan saat Youngjae membawanya menjauhi ruangan itu. Meninggalkan Daehyun yang masih melampiaskan sakit hati akan kepergian sang ayah serta sebuah fakta menyakitkan yang di tinggalkan oleh sang ayah.
Setelah memastikan Jiyoung kembali ke kamarnya. Youngjae beralih ke kamar Hoseok. Berdiri di tepi ranjang dan memperhatikan pemuda yang kini telah bernaung dalam mimpinya. Beruntung karna ruang kerja mendiang ayah mereka berada di lantai dasar hingga suara tangis si sulung tak bisa terdengar dari sana.
Youngjae mendekat dan mendudukkan dirinya di tepi ranjang dengan pandangan yang terjatuh pada lantai. Helaan napas yang sarat akan rasa sesal sekilas memenuhi pendengarannya. Membawa perasaan sesak yang menghimpit dadanya, si Pengacara lantas menjatuhkan pandangannya pada pemuda yang kini menangis dalam tidurnya sehingga bisa ia lihat area sudut mata pemuda itu yang sedikit basah.
Youngjae mencondongkan tubuhnya untuk sekedar mengusap area di sekitar mata Hoseok yang basah. Mengusapnya dengan begitu lembut dan sangat kontras dengan tatapan dingin yang sarat akan kemarahannya.
Tangannya kemudian beralih menyibakkan rambut yang menutupi kening pemuda itu. Dia lantas bergumam, "tidak peduli dari rahim siapa kau di lahirkan. Kau akan tetap menjadi adikku."
Satu kecupan dalam kemudian terjatuh pada puncak kepala Hoseok, menyatakan kasih sayang serta penyesalan yang mendalam. Tercurah permintaan maaf yang tak mampu tersampaikan oleh kata-kata ketika kenyataan jauh lebih menyakitkan dari pada sekedar sebuah dugaan semata.
Hampir tengah malam, Daehyun keluar dari ruang kerja mendiang ayahnya dengan penampilan yang tampak berantakan. Meski sudah kembali tenang, namun batinnya belum berhasil merengkuh ketenangan tersebut.
Berjalan tanpa minat. Langkah kakinya yang mudah tergoyahkan itu membimbingnya untuk menaiki satu persatu anak tangga dan mengantarkannya ke hadapan kamar si bungsu yang nyatanya bukanlah adiknya.
Raut wajah datar yang hanya di penuhi oleh kesedihan. Menyingkirkan sosok ramah yang selalu menjadi kebanggaannya, dia datang sebagai sosok yang lebih dingin dan begitu asing.
Pintu di hadapannya berhasil terbuka oleh pergerakan kecil tangannya, dan pintu yang terbuka semakin lebar membuat padangannya menangkap sosok si Pengacara yang saat itu duduk di depan meja belajar Hoseok, namun dengan tubuh yang menghadap ke arah pemuda yang saat itu terlelap di balik selimut tebalnya.
Tak mencoba untuk menganggap tatapan dingin si Pengacara. Daehyun berjalan masuk dan kembali menutup pintu sebelum kembali melangkahkan kakinya menuju tempat si bungsu.
Tatapan yang masih sedingin sebelumnya meski ia telah menghadap si bungsu kesayangannya. Sebuah perasaan asing yang di rasakan oleh si Pengacara yang tak pernah terlepas dari sosok kakak yang kini berdiri memunggunginya.
Daehyun menyibakkan selimut yang menutupi tubuh Hoseok sebelum naik ke atas ranjang. Menyusup ke balik selimut dan berbaring di samping si bungsu. Dengan hati-hati ia mengangkat kepala Hoseok dan menyusupkan lengannya di bawah kepala Hoseok sebelum kembali menaruh kepala Hoseok.
Lantas di rengkuhnya tubuh si bungsu dengan lembut. Namun entah kenapa semua semakin terasa menyakitkan ketika otaknya terus memberontak dan mengatakan bahwa pemuda yang ia rawat selama ini bukanlah adiknya. Semakin terasa sakit dan lebih menyakitkan ketika pemuda bernama Kim Taehyung lah yang harus menjadi adiknya.
Kelopak mata itu lantas menutup secara perlahan, mengiringi airmata yang kembali terjatuh. Memutus takdir hari ini dengan perasaan menyakitkan yang masih akan berlanjut dan mungkin semakin parah di esok hari.
Menolak untuk menangis. Daehyun lebih memilih terlelap dalam kesakitan yang terus membawa ribuan pisau menghujam jiwanya. Menarik perhatian dari si Pengacara yang lantas berdiri dari duduknya dan mendekati kedua saudaranya. Sejenak membenahi selimut keduanya lalu berjalan menuju pintu keluar. Namun sebelum meninggalkan ruangan itu, ia mematikan lampu utama terlebih dulu. Membiarkan si sulung mendapatkan waktu untuk mencari ketenangan bagi dirinya sendiri sebelum menghadapi masalah yang akan semakin rumit pada hari-hari yang akan datang.
Selesai di tulis : 22.02.2020
Di publikasikan : 22.02.2020
Ada yang kaget kenapa saya up sekarang😁😁😁
Ada sedikit misi untuk update-an hari ini.
Kalian mencari pernak-pernik tentang BTS, baik Official maupun Unofficial?
Yuk kunjugi IG Taeliyan_Shop yang di kelola langsung oleh kkValita08763135
Ada diskon besar-besaran loh😏😏😏 Bagi yang tertarik, yuk kepoin IG kk Valita08763135 Di jamin sampai di rumah dengan selamat😉😉😉
Selamat mencoba😉😉😉
Terus-terus, satu lagi😁😁😁
Untuk kalian yang suka Ff nya BTS, genre Mistery, Familly, Brothership. Sci-fi juga mungkin😂 Yuk baca Ff karya fadyous07
Pemain utama Jeon Jungkook & Kim Taehyung, ada juga Min Yoongi loh😉😉😉 Yuk ketemuan di sana.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro