Page 66
Youngjae berlari memasuki bangunan Rumah Sakit Hankuk Medical Center setelah sebelumnya mendapatkan kabar dari sang Ibu bahwa Hoseok mengalami tabrak lari. Tak perlu bertanya pada bagian Operasi, Youngjae segera bergegas ke Ruang ICU seperti yang telah di katakan oleh Ibunya sebelumnya.
Dan beberapa waktu kemudian, pergerakan kakinya melambat ketika ia mendapati sosok sang Ibu yang menunggu di depan Ruang ICU dengan cemas. Dia pun bergegas menghampiri sang Ibu dengan napas yang sedikit tidak beraturan.
"Eomma..."
Jiyoung segera menoleh ke sumber suara. "Youngjae..."
Youngjae segera memegang kedua lengan sang Ibu. "Bagaimana keadaan Hoseok?"
Jiyoung menggeleng dengan tangis yang tertahan, karna memang dia belum melihat kondisi Hoseok secara langsung. Namun dia sempat mendengar dari Perawat bahwa kondisi Hoseok sedang kritis.
Youngjae melepaskan sang Ibu dan mendekat ke pintu, namun sayangnya dia tak mampu melihat apapun meski terdapat kaca di bagian tengah pintu. Dia lantas kembali pada sang Ibu dengan raut wajah yang menunjukkan kekhawatiran.
"Daehyun belum kemari?"
"Ibu belum sempat memberitahunya, semalam dia juga tidak pulang."
Youngjae berpaling, menyibakkan helaian rambutnya ke belakang dengan frustasi. Dia mengeluarkan ponselnya dan menghubungi Daehyun, namun sayangnya hingga panggilan ketiga yang menjadi batas kesabarannya, Daehyun tak kunjung menerima panggilannya karna pada kenyataannya ponsel saudara tirinya tersebut masih tergeletak di meja ruangan Kihyun.
"Kemana kau pergi sebenarnya?" gumam Youngjae penuh penekanan. Dia pun kembali berbalik menghampiri Ibunya.
"Bagaimana? Apa dia menjawab panggilanmu?"
Youngjae menggeleng. "Aku sudah menghubungi Appa, mungkin sebentar lagi dia akan sampai di sini. Aku akan pergi untuk mencari Daehyun."
Jiyoung mengangguk. "Hati-hati."
Youngjae pun meninggalkan sang Ibu dengan langkah yang terburu-buru, dia bergegas menuju bagian informasi guna memastikan apakah Daehyun berada di sana atau tidak.
"Permisi."
"Ada yang bisa ku bantu, Tuan?"
"Dokter Ahli Bedah Jung Daehyun, apa dia ada di sini?"
"Mohon maaf sebelumnya, tapi Dokter Jung saat ini tengah di pindah tugaskan di Jusang Highschool."
Youngjae bertambah gusar, bukan itu jawaban yang ia inginkan. Jika hal itu, dia pun juga sudah tahu sejak lama.
"Aku tahu tentang hal itu. Tapi apakah dia tidak datang kemari hari ini? Kemarin dia mengatakan bahwa dia akan kemari."
Si petugas wanita itu sedikit kebingungan karna memang dia tidak bertemu dengan Daehyun meski Daehyun sudah berada di sana sejak kemarin.
"Mohon maaf, Tuan. Sepertinya aku tidak bisa membantu, aku sama sekali tidak melihat bahwa beliau ada di sini."
"Baiklah, terima kasih."
Youngjae lantas bergegas keluar, berinisiatif untuk mencari Daehyun di Sekolah. Dan saat berjalan di teras Rumah Sakit, saat itu sang Ayah tiri berjalan dari arah yang berlawanan.
"Youngjae..." tegur Kyungho yang semakin mempercepat langkahnya.
"Bagaimana keadaan Hoseok?" panik sang Ayah.
"Dia masih dalam penangan Dokter di ICU."
"Kau ingin pergi ke mana?"
"Aku akan mencari Daehyun, anak itu menghilang sejak kemarin."
Kyungho yang tak bertemu Daehyun sejak kemarin pagi tentunya terkejut mendengar perkataan Youngjae.
"Ada apa dengan Daehyun?"
"Tidak ada masalah, Appa tidak perlu cemas. Sekarang susullah Ibu dan aku akan mencari Daehyun."
"Baiklah, hati-hati. Jika terjadi sesuatu hubungi kami."
Keduanya kembali berpisah, berjalan ke arah masing-masing. Dalam perjalanannya, Youngjae terus menghubungi Daehyun dan entah berapa kali ia melakukan panggilan yang sia-sia. Sedangkan di sisi lain Daehyun tengah mendonorkan darahnya tanpa mengetahui apa yang tengah terjadi pada adiknya.
Dan di waktu yang bersamaan, Seokjin keluar dari salah satu ruangan dengan wajah yang tampak murung. Bahkan cara berjalannya pun menunjukkan seakan dirinya yang tak memiliki minat untuk melakukan apapun setelah mengetahui hasil pemeriksaan darahnya yang kedua kalinya yang nyatanya tak ada kesalahan, dia memang tidak bisa menjadi pendonor bagi adiknya.
Merasa tak berguna? Pasti! Kakak mana yang bisa berbangga diri setelah tak mampu melakukan apapun untuk kesembuhan adiknya. Meski dia tidak bisa membantu secara medis, ia berharap bahwa setidaknya setetes darahnya akan membantu sang adik. Namun nyatanya semua hanyalah harapan yang sia-sia.
Merasa belum siap untuk kembali menemui keluarganya, dia memutuskan untuk berhenti dan duduk di salah satu bangku yang menempel pada dinding.
"Tenangkan dirimu sebelum berhadapan dengan Taehyung."
Sebuah nasehat dari Kihyun yang kembali berputar dalam ingatannya, mengingatkannya bahwa dia memang tidak bisa menemui adiknya dalam keadaan putus-asa. Dia tidak boleh menjadi lemah, namun dia juga tidak mungkin tertawa di saat seperti ini. Jadi, adakah hal yang bisa ia lakukan saat ini?
"Seokjin-ssi." sebuah teguran dari suara ringan.
Seokjin mengangkat wajahnya, sangat mengenali suara si Dokter bertubuh mungil tersebut yang kini datang menghampirinya. Tak berniat untuk menyambut Kihyun, dia tetap pada posisi duduknya.
"Kita sudah mendapatkan pendonor untuk Taehyung."
Mendengar hal itu, Seokjin pun segera berdiri dengan raut wajah yang tampak antusias. "Siapa?"
"Daehyun Hyeong, dia memiliki darah yang sama dengan Taehyung."
"Daehyun?" sebuah gumaman yang menyembunyikan perasaan senang sekaligus tak percaya. Kenapa lagi-lagi Daehyun lah yang menyelamatkan adiknya.
"Kau harus mengurangi rasa cemasmu sebelum berhadapan dengan Taehyung... Aku permisi."
Membawa senyum ramahnya, Kihyun kembali meninggalkan Seokjin yang mengalami perubahan pada raut wajahnya. Sebelumnya hanya ada keputus-asaan di wajahnya, namun dengan cepat tersirat sedikit kemarahan di sana dan sepertinya dia tidak menyadari hal itu hingga ia yang kembali melanjutkan langkahnya. Memutuskan untuk segera menemui adiknya yang cukup lama ia tinggalkan.
Youngjae sampai di Jusang Highschool. Dia menghentikan mobilnya di depan gerbang yang sudah tertutup dan bergegas mendekati gerbang untuk memanggil si penjaga Sekolah.
"Permisi." lantang Youngjae yang tentunya menarik perhatian si penjaga Sekolah yang lekas membuka gerbang.
"Maaf, anda ini siapa?" ramah si penjaga Sekolah.
"Namaku Yoo Youngjae, aku adalah adik dari Dokter Jung Daehyun yang di tugaskan di sini beberapa waktu yang lalu."
"Ah... Anda ini adiknya Dokter Jung."
"Benar."
"Adakah yang bisa ku bantu?"
"Aku ada sedikit keperluan dengannya, mungkinkah dia berada di dalam."
"Ah... Sayang sekali, sepertinya Dokter Jung tidak masuk hari ini."
"Tidak masuk?"
"Sejak kemarin dia tidak datang, mungkinkah dia tidak mengabari keluarganya?"
"Ah... Bukan begitu, tadi pagi dia pergi pagi-pagi sekali dan kami belum sempat bertemu."
"Begitu rupanya, tapi sejak tadi pagi aku sama sekali tidak melihat Dokter Jung. Mobilnya pun juga tidak ada, sepertinya dia memiliki urusan lain."
"Baiklah kalau begitu, terima kasih atas bantuannya. Sampai jumpa." Youngjae sekilas membungkukkan badannya dan kembali ke mobil.
Menahan kemarahannya, dia kembali melajukan mobilnya menuju Rumah Sakit. Merasa tak ada tempat yang bisa ia kunjungi lagi dan kedatangannya ke Sekolah merupakan hal yang sangat sia-sia.
Kembali ke Rumah Sakit, Youngjae segera bergegas menuju Ruang ICU. Menghampiri kedua orang tuanya yang sudah berkumpul di depan Ruang ICU.
"Youngjae, kau sudah kembali?" tegur Jiyoung, namun tak ada jawaban dari putranya. Youngjae menempatkan diri duduk di sebelah Ibunya.
"Di mana Kakakmu? Kau tidak menemukannya?" kali ini Kyungho yang bersuara.
"Dia tidak ada di Sekolah, dia juga tidak menjawab panggilanku."
Satu fakta yang semakin membuat Kyungho khawatir, sebenarnya kemana perginya putra sulungnya saat ini.
"Appa tidak perlu mencemaskannya, dia sudah terlalu tua untuk di cemaskan. Lebih baik sekarang, kita menfokuskan diri pada keadaan Hoseok saja."
"Kemana anak itu sebenarnya?" gumam Kyungho dengan perasaan yang gusar.
Tiga jam berlalu dan saat itu pula Youngjae menyerah untuk menghubungi Daehyun. Helaan napas beratnya yang pelan kemudian membimbingnya untuk menyimpan kembali ponselnya, memilih untuk berdoa demi keselamatan si bungsu. Hingga pintu ruangan yang terbuka dari dalam dan sontak menarik perhatian mereka.
Ketiganya lekas berdiri dan menghampiri Jooheon yang kebetulan menangani Hoseok.
"Dokter, bagaimana keadaan putra kami?" Kyungho bertanya dengan terburu-buru. Namun perhatian Jooheon teralihkan ketika Youngjae turut mendekat.
"Eoh, Youngjae-ssi? Kau di sini?"
"Bagaimana keadaan adikku?"
"Adik?" tampak keheranan di wajah Jooheon, karna memang dia belum pernah bertemu dengan Hoseok sebelumnya.
"Korban kecelakaan yang baru saja kau tangani adalah adikku, bagaimana keadaannya?"
"Sungguh? Anak tadi? Adik Daehyun Hyeong?"
"Jawab saja apa susahnya!" suara Youngjae tiba-tiba meninggi, merasa kesabarannya telah habis hanya untuk menemukan keberadaan Daehyun.
"Youngjae... Jangan seperti itu." ucap Jiyoung mencoba menenangkan putranya.
"Dia kehilangan banyak darah, tapi kalian tidak perlu khawatir. Dia tidak mengalami luka yang serius dan sudah melewati masa kritisnya."
"Apa kami boleh melihatnya sekarang?"
"Untuk itu, sebaiknya kalian menunggu sampai pasien di pindahkan ke Ruang Rawat biasa. Tidak akan lama, pasien akan segera di pindahkan... Kalau begitu aku permisi."
Jooheon undur diri, meninggalkan keluarga kecil yang akhirnya bisa bernapas dengan lega. Namun saat itu tanpa ia ketahui, Youngjae menyusulnya.
Setelah di rasa cukup jauh dari tempat sebelumnya, Youngjae pun menegur Jooheon, "Jooheon-ssi."
Jooheon lantas menghentikan langkahnya dan berbalik. "Ada apa?"
"Kau tahu di mana Daehyun sekarang?"
"Kau belum bertemu dengannya? Jadi, apa dia belum tahu tentang keadaan adik kalian?"
"Kau tahu dia di mana?"
"Tadi pagi aku bertemu dengannya di sini, dia mengatakan ada sedikit urusan dengan Kihyun Hyeong."
Youngjae sekilas memalingkan wajahnya, mendengus kesal dan membuatnya terlihat semakin menakutkan hingga pandangannya yang kembali di pertemukan dengan si Dokter bermata sipit di hadapannya.
"Di mana ruangan Kihyun?"
"Lantai tujuh, bagian Hematologi."
Tanpa mengucapkan kata terima kasih atau apapun, Youngjae meninggalkan Jooheon begitu saja dan langkah kaki yang terlihat penuh kemarahan tersebut setidaknya sedikit membuat Jooheon bergidik ngeri.
"Sudah sampai seperti ini, kenapa bisa tidak tahu?" gumam si Dokter bermata sipit itu yang kemudian kembali melanjutkan langkahnya yang sempat tertunda.
Selesai di tulis : 16.12.2019
Di publikasikan : 30.12.2019
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro