Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Page 64

    Kihyun berjalan dengan langkah yang tampak terburu-buru memasuki bangunan Rumah Sakit pagi itu, dan secara kebetulan saat itu Daehyun hendak kembali ke ruangannya setelah membeli satu cup kopi panas.

    "Hyeong." satu teguran yang menarik perhatian Daehyun di saat ia tengah menunggu lift di depannya terbuka.

    "Baru datang?" Daehyun menyapa balik ketika juniornya tersebut sampai di tempatnya, dan pintu lift yang terbuka mengharuskan mereka untuk melanjutkan pembicaraan di dalam lift.

    "Bagaimana keadaan Taehyung?"

    Daehyun menekan angka tujuh sebagai tempat tujuannya sembari berucap, "kita bicarakan di ruanganmu saja."

    "Kapan dia di bawa kemari?" Kihyun kembali melontarkan sebuah pertanyaan.

    "Tengah malam tadi. Sepulang dari sini, aku mampir ke rumahnya."

    "Kenapa Hyeong tidak menghubungiku?"

    "Hanya masalah kecil, aku bisa menanganinya sendiri. Yang ku khawatirkan adalah kondisi anak itu setelah masalah kecil ini."

    "Maksudmu?"

    Keduanya keluar dari lift, berjalan beriringan menuju ruangan Kihyun. Daehyun menghampiri Yena ketika langkah mereka menjangkau ruangan Kihyun.

    "Yena."

    "Ye?"

    "Tolong berikan berkas yang ku titipkan padamu sebelumnya."

    "Ye." Yena sekilas membungkuk untuk mengambil berkas yang di maksud oleh Daehyun dan segera memberikan berkas tersebut.

    "Terima kasih."

    Keduanya pun kembali melanjutkan langkah mereka. Berjalan di depan, Kihyun membuka pintu ruangannya dan membiarkan Daehyun masuk terlebih dulu sebelum ia yang kembali menutup pintu dari dalam.

    Kihyun segera menuju meja kerjanya dan duduk di balik meja, sedangkan Daehyun memutuskan untuk berdiri di sampingnya dan menyodorkan berkas di tangannya ke hadapan Kihyun.

    "Ini adalah Reka Medis terbaru dari anak itu."

    Kihyun membuka berkas di tangannya, namun saat itu perhatian Daehyun teralihkan oleh ponselnya yang bergetar. Dia pun merogoh ponselnya dan guratan frustasi itu kembali terlihat di wajahnya sebelum ia menerima panggilan yang tidak lain berasal dari Direktur Rumah Sakit tempatnya bekerja.

    "Yeoboseyo."

    "Eoh, Daehyun... Kau sudah pergi ke Sekolah?" suara Direktur yang memenuhi pendengaran Daehyun di saat Kihyun tengah memeriksa hasil pemeriksaan milik Taehyung.

    "Tidak, aku masih berada di Rumah Sakit."

    "Ah... Kalau begitu, kau tidak perlu datang ke Sekolah."

    Dahi Daehyun mengernyit heran. "Kenapa Direktur melarangku pergi ke sana?"

    "Aku akan segera mengirimkan sopirku ke tempatmu."

    "Tunggu sebentar... Apa maksud Direktur?"

    Kihyun sejenak mengalihkan perhatiannya pada Daehyun, merasa bahwa Direktur mereka sepertinya kembali mempersulit seniornya tersebut.

    "Direktur Ma tidak bisa mengunjungi Rumah Sakit, oleh sebab itu dia memintaku mengirimkan Dokter ke rumahnya... Kau bisa bukan melakukannya?"

    Daehyun sejenak menggaruk keningnya, merasa keberatan namun tak bisa menolak. Sebenarnya dia sedang di tugaskan di mana? Kenapa Direktur bersikap seenaknya terhadapnya.

    "Baiklah, aku mengerti."

    Sambungan terputus, Daehyun segera menaruh ponselnya di atas meja Kihyun tanpa minat dan menarik simpati dari Kihyun.

    "Ada apa lagi dengan Direktur?"

    "Dia menyuruhku melakukan kunjungan pribadi."

    "Pada siapa?"

    "Direktur Ma."

    "Pasien Transplantasi Jantung?"

    Daehyun bergumam sembari mengangguk ringan sebelum menumpukan satu tangan pada meja untuk kembali menaruh perhatian pada kondisi Taehyung saat ini.

    "Bagaimana langkah selanjutnya?"

    Kihyun kembali menatap berkas di hadapannya. "Kita harus memeriksa kondisi Ginjalnya, aku khawatir hal ini berimbas pada kinerja Ginjalnya... Untuk beberapa waktu ke depan, tranfusi darah harus tetap di lakukan sampai tekanan darahnya normal."

    "Bagaimana dengan hasil Lab nya?"

    "Semalam aku menghubungi bagian Lab, jika bukan hari maka besok kita akan mengetahui hasilnya."

    "Leukimia akut." dua kata yang menarik perhatian Kihyun dan mempertemukan pandangan keduanya.

    "Terlalu cepat untuk menyimpulkan."

    "Tapi jika dugaanku benar, maka kitalah yang tidak memiliki banyak waktu."

    Suasana tiba-tiba menjadi serius. Sebenarnya Kihyun sendiripun sempat berpikir ke sana ketika melihat laporan medis Taehyung pagi ini, namun seperti yang ia katakan sebelumnya bahwa terlalu cepat untuk menentukan sejak hari di mana Taehyung di vonis menderita Leukimia.

    "Jika memang benar, bagaimana dengan kombinasi Imunoterapi."

    "Aku tidak berpikir bahwa itu keputusan yang baik, mengingat dia masih remaja. Aku pikir Kemoterapi sudah cukup membantu tanpa harus di lakukan Imunoterapi dalam waktu bersamaan."

    "Ini hanya dugaan awal. Anak itu memiliki daya tahan tubuh yang lemah, kita harus lebih berhati-hati dan bertindak dengan cepat... Mengulur waktu hanya akan berimbas buruk padanya."

    "Aku mengerti... Aku akan melakukan sebaik mungkin, Hyeong tidak perlu meragukanku."

    Kihyun memberikan seulas senyum tipis, memahami bagaimana perasaan Daehyun saat ini. Bagaimanapun juga Taehyung terlihat sangat dekat dengan Daehyun, dan dia sendiripun juga tahu bahwa Ibu Daehyun menghembuskan napas terakhirnya saat melawan penyakit yang sama dengan Taehyung.

    "Aku akan kembali setelah urusanku selesai, sampaikan salamku pada anak itu."

    Kihyun mengangguk. Daehyun pun bergegas meninggalkan ruangan Kihyun untuk bergegas mengambil peralatan medis yang ia butuhkan sebelum melakukan kunjungan pribadi terhadap pasien istimewa Direktur, namun sepertinya dia lupa membawa ponselnya yang masih tergeletak di meja Kihyun. Begitupun dengan Kihyun yang tampaknya tak terlalu memperhatikan keberadaan ponsel Daehyun. Pintu ruangannya terbuka dan menampakkan sosok Yena yang berdiri di ambang pintu.

    "Ada apa?"

    "Pasien Kim Taehyung sudah siuman."

    Mendengar hal itu, Kihyun pun segera beranjak dari duduknya dan bergegas meninggalkan ruangannya. Bersama dengan Yena yang membawa papan kecil di tangannya, Kihyun bergegas menuju Ruang Rawat Taehyung yang juga berada di lantai tujuh.

    Tak butuh waktu lama hingga keduanya sampai di tempat tujuan, Kihyun segera membuka pintu di hadapannya yang sontak menarik perhatian dari kedua orang yang berdiri saling berseberangan di sisi ranjang.

    Kihyun sekilas menundukkan kepalanya, begitupun dengan Seokjin dan juga Boyoung. Boyoung kemudian menyingkir untuk memberikan ruang bagi Kihyun untuk memeriksa keadaan putra bungsunya.

    "Kita bertemu lagi, Taehyung. Kau masih mengingatku, bukan?"

    Taehyung mengangguk pelan, merasa tubuhnya terlalu lemas untuk berucap.

    "Bagaimana perasaanmu pagi ini?"

    "Rasanya berat." suara lirih yang terdengar begitu pelan.

    "Tidak apa-apa. Kau beristirahat saja di sini sampai tubuhmu tidak berat lagi... Apa kau merasa ada bagian tertentu yang sakit?"

    "Punggungku."

    Kihyun sedikit mencondongkan tubuhnya dan meraih telapak tangan kurus Taehyung, mengenggamnya dengan lembut.

    "Bersabar sedikit lagi, sakitnya pasti akan hilang."

    "Aku haus."

    Kihyun lantas mempertemukan pandangannya dengan Seokjin. "Kalian memiliki air mineral?"

    "Aku akan pergi untuk mencarinya." cetus Seokjin yang hendak bergegas meninggalkan ruangan sebelum suara sang Ibu menghentikan pergerakannya.

    "Biar Ibu saja."

    "Tidak, Ibu di sini saja. Biar aku yang pergi."

    "Tidak... Semalam kau sudah menjaga adikmu, kau pasti lelah. Biar Ibu yang pergi."

    "Eomma yakin tidak apa-apa."

    Boyoung menggeleng dengan seulas senyum tipisnya sebelum bergegas meninggalkan ruang rawat. Kihyun pun kembali menjatuhkan perhatiannya kepada Taehyung.

    "Jika kau merasa ada yang sakit, kau harus segera mengatakannya. Dan satu lagi, aku hampir lupa untuk mengatakannya... Daehyun Hyeong menitipkan salam padamu."

    "Jung Ssaem di sini juga?"

    "Dia yang membawamu ke Rumah Sakit semalam." sahut Seokjin.

    "Apa dia sudah pergi?"

    "Dia pergi untuk melihat keadaan pasiennya. Setelah urusannya selesai, dia akan mengunjungimu... Jadilah anak yang baik dan turuti perkataan Kakakmu."

    Kihyun melepas genggamannya dan menegakkan tubuhnya untuk berhadapan dengan Yena yang berdiri beberapa langkah di sampingnya.

    "Periksa tekanan darahnya dan pantau terus keadaannya selama dua puluh empat jam."

    "Ye."

    "Periksa juga ketersedian kantong darah untuknya."

    "Kita memiliki masalah dengan hal itu."

    Pernyataan kecil yang menarik perhatian Kihyun dan Seokjin sekligus. Kihyun pun lantas berucap, "masalah apa yang kau maksud?"

    "Ini adalah kantong darah terakhir yang di miliki oleh Rumah Sakit ini."

    Raut wajah Kihyun seketika berubah menjadi datar ketika otaknya mulai berpikir sedikit keras. "Kita bicara di luar."

    Kihyun membimbing langkah Yena untuk meninggalkan ruangan, namun Seokjin yang merasa penasaran pun berpamitan pada Taehyung dan segera menyusul Kihyun.

    Kihyun dan Yena terlibat pembicaraan yang sedikit serius di depan Ruang Rawat Taehyung. "Bagaimana mungkin persediaan darahnya sudah kosong?"

    "Ada dua orang di Rumah Sakit ini yang memiliki golongan darah AB Rhesus Negatif. Seonbae tahu sendiri bahwa golongan darah itu sangat sulit di dapat... Pasien yang satunya telah mendapatkan donor dari pihak keluarga."

    "Bagaimana dengan pusat?"

    Yena menggeleng. "Kami sudah menghubungi, dan mereka mengatakan bahwa persediaan di sana juga kosong."

    Wajah Kihyun berubah menjadi sedikit gusar, hingga pintu di sebelahnya yang terbuka dari dalam kemudian mengalihkan perhatian keduanya.

    "Ada masalah apa?" tegur Seokjin setelah ia menutup pintu Ruang Rawat Taehyung.

    "Kita mendapatkan sedikit masalah." ucap Kihyun dengan tak enak hati.

    "Jika boleh tahu, apakah itu?"

    "Persedian darah untuk tranfusi Taehyung sudah habis. Kita membutuhkan donor darah secepatnya... Namun sangat sulit untuk mendapatkan darah yang cocok dengan Taehyung."

    "Kalau begitu ambil saja darahku."

    "Apa golongan darahmu?"

    "Aku tidak yakin dengan hal itu. Tapi jika darahku tidak cocok, masih ada Ayah dan Ibu kami. Aku akan menghubungi mereka secepatnya."

    "Ini akan sangat membantu... Yena."

    "Ye?"

    "Tolong kau antarkan Tuan Kim Seokjin."

    "Ye."

    "Aku permisi." Kihyun sekilas menundukkan kepalanya dan meninggalkan Seokjin yang segera menghubungi sang Ayah, sedangkan Yena kembali ke ruangan Taehyung.

Selesai di tulis : 16.12.2019
Di publikasikan : 30.12.2019

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro