Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Page 58.

    Malam yang semakin larut, membawa Daehyun menghentikan mobilnya di depan pagar rumah keluarga Kim yang ternyata Seokjin telah menanti kedatangannya di teras rumah sejak beberapa menit yang lalu.
    Melihat kedatangan tamu yang sebelumnya di katakan oleh adiknya, Seokjin pun bergegas turun ke halaman dan membukakan gerbang untuk si tamu yang turun dari mobil.

    "Kau sudah datang?" tegur Seokjin dan sedikit mengagetkan Daehyun.

    "Ah... Ye. Maaf, sepertinya aku kemalaman untuk bertamu."

    Keduanya sekilas saling berjabat tangan setelah Seokjin membuka gerbang dan keduanya saling berhadapan.

    "Ini tidaklah terlalu malam bagi pria dewasa seperti kita." sedikit candaan yang mengundang senyum tipis keduanya.

    "Silahkan masuk."

    "Ye."

    Seokjin pun membimbing Daehyun untuk berjalan menuju pintu rumahnya dengan sedikit obrolan ringan.

    "Adikku itu sedikit nakal. Maaf, karna kau harus mampir ke sini semalam ini."

    "Bukan masalah... Apa dia belum tidur?"

    "Saat aku tinggalkan dia belum tidur, tapi entah sekarang."

    Seokjin membimbing tamunya untuk menyusuri ruang tamu rumahnya, dan saat itu kebetulan Taewoo baru saja dari lantai atas. Pria paruh baya tersebut sedikit heran melihat tamu yang di bawa oleh putra sulungnya hingga hanya dalam beberapa detik ketiganya sudah saling berhadapan tepat di bawah anak tangga.

    "Appa... Perkenalkan, Dokter Jung Daehyun dari Rumah Sakit Sakit Hankuk Medical Center sekaligus Guru Taehyung."

    "Salam kenal, namaku Jung Daehyun." ucap Daehyun sembari sekilas membungkukkan badannya.

    "Ah... Ye, ye... Bukankah... Kau putra sulung dari Direktur Jung Kyungho?" ucap Taewoo dengan ragu ketika ia tampak tak asing dengan wajah Daehyun.

    "Benar." ucap Daehyun yang juga membuat Seokjin sedikit terkejut.

    "Sungguh? Kau Jung Daehyun yang itu?" ucap Seokjin.

    "Yang itu?" heran Daehyun.

    "Ah... Tidak, tidak. Bukan apa-apa... Sebaiknya kita segera temui Taehyung." Seokjin kemudian membimbing langkah Daehyun untuk menaiki anak tangga.

    "Aku permisi." ucap Daehyun sebelum meninggalkan Taewoo dan mengikuti langkah Seokjin.

    Seokjin membuka pintu dengan pelan dan menarik perhatian dari Boyoung yang duduk di tepi ranjang. Ibu dua anak itu segera berdiri ketika melihat bahwa sang putra membawa orang asing bersamanya.

    "Apa dia sudah tidur?" tegur Seokjin dengan suara yang pelan namun tak berbisik, sedangkan Daehyun sempat menundukkan kepalanya ketika bertemu pandang dengan Boyoung.

    "Dia baru saja tidur."

    "Ah... Ya sudah kalau begitu... Jung Ssaem datang kemari karna dia memanggilnya."

    "Jung Ssaem?" Boyoung segera menjatuhkan pandangannya pada Daehyun yang segera menundukkan kepalanya sekilas.

    "Salam kenal, namaku Jung Daehyun."

    "Jadi kau orang yang sering di ceritakan oleh Taehyung?"

    Daehyun tak bisa menjawab karna ia tak tahu seberapa sering Taehyung menceritakan dirinya kepada keluarganya.

    "Dia juga menjadi Dokter yang menangani Taehyung." cetus Seokjin.

    "Ah... Begitukah? Jika begitu, kami mohon bantuanmu. Tolong bantu Taehyung kami untuk bisa sembuh."

    "Aku akan melakukan semampuku." balas Daehyun.

    "Sudah sangat malam, Eomma sebaiknya segera tidur."

    "Baiklah, Ibu pergi dulu. Dan kau Daehyun-ssi, jangan sungkan-sungkan di sini, anggap saja rumahmu sendiri."

    "Ye, terima kasih."

    Boyoung lantas meninggalkan kamar Taehyung dan setelahnya Seokjin berganti duduk di tepi ranjang tepat di samping kaki Taehyung, begitupun dengan Daehyun yang mendekat dan segera menjatuhkan satu lututnya di lantai tepat di samping kepala Taehyung.

    Dia mengangkat tangannya dan menempelkan punggung tangannya pada kening Taehyung, merasakan suhu badan Taehyung yang berada sedikit di atas suhu normal. Dia pun menarik tangannya dan beranjak berdiri sebelum turut mendudukkan diri di tepi ranjang dan berhadapan dengan Seokjin.

    "Apa dia mengalami keluhan setelah pulang dari rumah sakit?"

    "Dia terlihat lemas dan mengatakan bahwa punggungnya sakit."

    "Apa dia sudah meminum obatnya?"

    Seokjin mengangguk sebelum pandangannya terjatuh pada kedua telapak tangannya yang saling bertahutan, menunjukkan penyesalan yang kembali menghampirinya.

    Dia berucap, "aku tidak tahu jika semua akan menjadi seperti ini."

    "Bolehkah aku bertanya sesuatu?"

    Seokjin kembali menegakkan kepalanya dan berucap, "katakan saja!"

    "Aku tidak bermaksud untuk mencampuri keluarga kalian. Tapi... Apakah Taehyung tidak pernah mengatakan apapun kepada kalian jika telah terjadi sesuatu yang buruk di sekolah?"

    Dengan penuh sesal Seokjin menggeleng. "Dia adalah anak periang, dia tidak pernah terlihat murung sebelumnya. Dia hanya menceritakan kenangan baiknya ketika berada di sekolah, dan sangat mengejutkan ketika kau mengatakan bahwa dia sering pingsan di sekolah."

    "Aku tidak tahu jika ternyata dia anak yang sangat tertutup. Aku selalu mengingatkannya untuk memberitahukan keadaannya kepada kalian, aku tidak menyangka bahwa dia malah menutupi semuanya."

    Seokjin menghembuskan napas beratnya. "Aku menyesal. Ini adalah salah kami para orang tua yang tidak benar-benar memperhatikannya."

    "Tidak ada gunanya saling menyalahkan. Yang harus kalian lakukan sekarang adalah memberikan semangat kepada Taehyung, dan satu hal yang harus kalian perhatikan baik-baik."

    "Apa itu?"

    "Sebisa mungkin, jangan perlakukan dia seperti orang yang sedang sakit, karna itu hanya akan membebani batinnya. Merasa sedih hal yang wajar, namun ketika pihak keluarga larut dalam kesedihan mereka, maka itu akan semakin memberati hati pasien... Sebisa mungkin, perlakukan dia seperti biasa dan berusahalah untuk menghiburnya terlepas bahwa akan terlalu sulit bagimu untuk tersenyum."

    Seokjin mengusap wajahnya menggunakan kedua tangannya, mencoba mengendalikan kesedihannya sendiri.

    "Aku harap kami bisa memperlakukannya dengan baik setelah ini." ucapnya penuh sesal.

    "Jika memang kondisinya masih tidak memungkinkan untuk pergi ke sekolah, sebaiknya dia mengambil cuti untuk beberapa hari." saran Daehyun.

    "Jadi, apa yang bisa ku lakukan setelah ini?"

    "Berikan dia perhatian namun jangan terlalu menampakkan kekhawatiran kalian, dan sebisa mungkin, pastikan bahwa bekas tusukan jarum di punggungnya tetap kering. Cek secara berkala agar jika terjadi infeksi pada bekas tusukan jarumnya, dia segera mendapatkan penanganan... Aku lihat daya tahan tubuh anak ini sangat lemah, dan itu menjadi peluang besar bagi bekas luka tusuk di punggungnya untuk terkena infeksi."

    "Jika sewaktu-waktu terjadi sesuatu, bolehkah aku meminta bantuanmu?"

    "Tentu, kau tidak perlu sungkan untuk memintanya. Aku sudah menganggap Taehyung sebagai adikku sendiri."

    "Terima kasih atas segala bantuanmu. Aku tidak bisa memberikan imbalan yang pantas untukmu selain kata 'Maaf karna sudah merepotkanmu'."

    Daehyun sedikit menarik sudut bibirnya. "Bukan masalah. Kita sama-sama seorang kakak dan memiliki adik dengan usia yang sama... Meski tidak sepenuhnya, aku mengerti bagaimana rasanya berada pada posisimu saat ini... Jalan terbaik dalam hal ini adalah kau yang harus lebih kuat dari pada siapapun untuk bisa memeluk adikmu jika sewaktu-waktu ia terluka."

    "Aku harap aku belum terlambat untuk melakukannya."

    Malam itu, Daehyun menghabiskan waktu setidaknya satu jam berada di rumah Taehyung. Dan setelah sedikit berbincang-bincang dengan Taewoo dan juga Seokjin, dia pun berpamitan dan segera bergegas pulang dengan perasaan yang sedikit tidak enak. Seperti ada sesuatu yang mengganjal di hatinya, namun dia sendiri tak yakin apa itu.

    Sekitar tiga puluh menit perjalanan, dia sampai di rumahnya yang sudah tampak sepi. Wajar saja karna itu sudah tengah malam.
    Dia pun segera bergegas masuk ke dalam rumahnya setelah memarkirkan mobil dan menutup gerbang. Namun perhatiannya teralihkan oleh sosok Youngjae yang terduduk di ruang tamu dengan mengenakan piyama.

    "Baru pulang?" teguran ringan yang membawa Daehyun ke tempat Youngjae dan menempati tempat kosong di samping saudara tirinya tersebut.

    "Kenapa masih duduk di sini?" Daehyun menyandarkan punggungnya pada sofa.

    "Aku menunggumu."

    "Ada apa?"

    "Bagaimana dengan anak itu?"

    "Kim Taehyung?"

    "Siapa lagi anak kecil yang bersamamu?" ucap Youngjae sedikit kesal.

    Daehyun menggaruk keningnya sebelum memberi jawaban. "Tidak ada yang berubah."

    "Seberapa parah?"

    "Hasilnya belum keluar, kami baru bisa memastikan seberapa parah penyakitnya setelah hasil pemeriksaan sumsum tulangnya keluar."

    "Kenapa rumit sekali, Kanker darah adalah penyakit yang berbahaya. Terlebih untuk anak kecil... Tidak bisakah kalian bekerja lebih cepat lagi?" Youngjae mendebat dan hal itu yang membuat dahi Daehyun semakin mengernyit.

    "Kenapa jadi kau yang marah-marah? Ini bahkan tidak ada hubungannya denganmu."

    "Ya! Kau kira aku tidak memiliki hati? Setidaknya aku juga pernah menjadi Pengacara untuk anak-anak seperti Taehyung secara cuma-cuma."

    "Pelankan suaramu, semua orang sudah tidur."

    "Apa yang sedang kalian bicarakan?" teguran yang berasal dari pintu masuk yang segera mengalihkan perhatian keduanya.

    "Eoh, Appa baru pulang?" tegur Youngjae pada sang Ayah tiri.

    Kyungho pun bergabung bersama kedua putranya, duduk berseberangan dan menaruh tas kerja serta jasnya di samping tempat ia duduk.

    "Sudah semalam ini, kenapa masih di sini? Dan kau Daehyun, kau baru pulang?"

    "Ne, hari ini aku bertugas di Rumah Sakit. Jadi aku pulang selarut ini."

    Kyungho mengangguk paham dan kembali pada topik awal mereka.

    Sang Ayah berucap, "apa yang sedang kalian bicarakan?"

    "Kami sedang membicarakan tentang putra bungsu Direktur Global Nation Group." cetus Youngjae, memancing keheranan di wajah sang Ayah.

    "Putra bungsu?"

    "Kim Taehyung, murid yang pernah ku ceritakan itu." sahut Daehyun.

    "Memangnya ada apa dengannya?"

    "Anak itu di diagnosis menderita Kanker darah." Youngjae menyahut dan tanpa sadar pernyataannya tersebut telah membuat sang Ayah terkejut.

    "K-kau bilang apa?"

    Youngjae kembali mengulangi perkataannya, "Kanker darah, anak itu menderita Kanker darah."

    Seakan tak puas dengan jawaban Youngjae, Kyungho mengalihkan perhatiannya pada Daehyun.

    "Apa itu benar, Daehyun?"

    "Itu benar."

    Lagi, Youngjae menangkap gelagat aneh yang di tunjukkan oleh sang Ayah setiap kali membicarakan Taehyung. Dan hal itu pula yang semakin membuatnya curiga, namun sayangnya dia sendiri tidak tahu apa yang bisa di curigai dari Ayah tirinya tersebut.

    "L-lalu, bagaimana keadaannya sekarang?"

    "Kami masih menunggu hasil pemeriksaan untuk mengetahui seberapa parah sakitnya."

    "Appa berkeringat, Appa sedang tidak enak badan?" tegur Youngjae tanpa ada yang menyadari tatapan menyelidiknya di saat sang Ayah justru terlihat gugup.

    "Ah... Tidak, Ayah baik-baik saja. Sepertinya udaranya sedikit panas." ujar Kyungho terkesan terburu-buru sembari mengusap keringat di keningnya, sedangkan kedua putranya saling bertukar pandang sejenak karna udara saat itu masih sangat sejuk. Jauh dari kata panas.

    "Kalau begitu, kalian cepatlah pergi tidur! Ini sudah sangat malam, Ayah pergi dulu."

    Terkesan menghindar, Kyungho pun segera beranjak dari duduknya dan meninggalkan kedua putranya. Berbeda dengan Daehyun yang tak bisa menangkap kekhawatiran sang Ayah, Youngjae justru melihatnya dengan jelas dan setelah Kyungho tak lagi terlihat, dia pun menjatuhkan pandangannya pada Daehyun yang terlihat begitu lesu.

    "Ada apa dengan Ayahmu?"

    Daehyun kembali mempertemukan pandangan keduanya, lalu berucap, "memangnya ada apa?"

    Youngjae segera menggeleng, tak ingin terjadi kesalahpahaman di sana. Dia kemudian berucap, "tidak ada, lupakan! Aku duluan."

    Youngjae pergi meninggalkan ruang tamu dan bergegas menuju kamarnya. Menyisakan Daehyun yang masih betah berdiam diri di sana di saat ia yang mencoba mencari tahu apakah yang tengah mengusik hati kecilnya. Kenapa dia merasa seperti tengah mengkhawatirkan sesuatu.

    Di sisi lain, Kyungho yang sudah berada di ruang kerjanya terlihat tengah berdiri di dekat jendela dengan pandangan yang terarah ke luar. Sorot mata sayu yang menunjukkan sebuah penyesalan di saat hanya kegelapan yang mampu di jangkau oleh penglihatannya.

    Dia lantas bergumam, "dosa apakah yang pernah ku lakukan di masa lalu? Jika itu adalah kesalahanku, kenapa tak Kau hukum saja aku? Kenapa Kau tidak melepaskan putraku, Tuhan?"

    Kepalanya menunduk dan di saat itulah Ayah dua anak tersebut menangis untuk pertama kalinya sejak kematian Ibu dari kedua putranya.

    "Maafkan aku, Daehyun. Maafkan Ayahmu yang terlalu bodoh ini, maafkan Ayah."

    Dalam keheningan malam, semua terlelap. Membiarkan luka yang perlahan mulai terbangun di dalam hati mereka di saat mereka tak mampu menyadari hal itu hingga luka itu benar-benar memberikan rasa sakit yang begitu fatal bagi mereka masing-masing, kelak.

Selesai di tulis : 04.12.2019
Di publikasikan : 05.12.2019

  

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro