Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Page 54.

    Daehyun memasuki Ruang Operasi setelah selesai mengganti pakaiannya dengan pakaian yang di gunakan dalam Prosedur Operasi, dan tentu saja kehadirannya di sana membuat semua orang sedikit kaget karna memang yang di jadwalkan melakukan Operasi pada hari itu adalah Dokter Shin yang merupakan seorang Dokter yang sudah senior.

    "Dokter Jung, kau di sini?" tegur salah satu Perawat, mewakili keheranan para rekan-rekannya.

    "Aku mendengar bahwa Dokter Shin baru saja mengalami kecelakaan hari ini, dan Direktur menghubungiku untuk mengambil alih Operasi ini.

    "Ah... Begitu."

    "Berikan aku laporan terkini tentang perkembangan pasien!"

    "Ye. Mari, ikut denganku." si Perawat membimbing Daehyun meninggalkan Ruang Operasi di mana semua orang kembali melakukan persiapan untuk Prosedur Operasi yang akan mereka lakukan.

    Sedangkan Daehyun tengah terlihat pembicaraan dengan salah satu Perawat di lorong yang berada di depan Bagian Operasi. Si Perawat menyerahkan reka medis dari pasien yang hendak menerima Prosedur Operasi pada Daehyun sembari menjelaskannya, meski Daehyun bisa mengetahui kondisi pasien dengan hanya membaca laporan tersebut.

    "Satu bulan terakhir, Ditektur Ma mendapatkan perawatan intensif di Rumah Sakit ini. Beliau di diangosis mengalami gangguan pada Jantungnya sudah sejak lama dan sering keluar masuk Rumah Sakit."

    "Kondisi terakhir, dia Koma setelah mengalami gagal Jantung."

    "Ye, itu benar."

    "Hyeong." teguran dari arah samping yang berhasil menarik perhatian keduanya. Mereka serempak menoleh ke sumber suara dan mendapati Jooheon berjalan dengan langkah lebarnya menghampiri mereka.

    "Kau di sini?"

    "Jangan banyak bicara! Cepat ganti bajumu dan segera pergi ke Ruang Operasi."

    "Tunggu dulu, apa Hyeong yang menyuruhku datang kemari?"

    "Benar, cepat ganti bajumu! Aku tunggu di dalam." Daehyun menyerahkan berkas di tangannya kepada si Perawat sebelum ia yang beranjak meninggalkan Jooheon, namun saat itu Jooheon menahan lengannya dan membuatnya berbalik.

    "Operasi apa?"

    "Transplantasi Jantung."

    "Apa? K-kenapa mendadak sekali?"

    Daehyun merampas berkas di tangan Perawat dan langsung menggunakannya untuk memukul kepala Jooheon sebelum menyerahkannya kembali kepada sang Perawat.

    "Berhenti bicara! Lagi pula sejak kapan Dokter Bagian IGD memiliki rencana, mereka selalu memiliki pertimbangan yang pendek agar tidak kehilangan pasiennya." Daehyun lantas meninggalkan Jooheon bersama Perawat yang mengikuti di belakangnya.

    "Eih... Orang ini, mentang-mentang hanya aku yang belum mendapatkan ruangan pribadi. Kalian bersikap seenaknya padaku." gerutu si Dokter bermata sipit yang paling Junior di bandingkan dengan kedua rekannya tersebut, namun berbeda dengan mulutnya yang selalu mengeluarkan keluhan. Dia justru bergegas menuju ruang ganti dengan langkah lebarnya yang tampak terburu-buru.


    Setelah efek dari obat bius Taehyung habis, pemuda itu perlahan membuka kelopak matanya. Namun wajahnya dengan cepat mengernyit setelah ia mendapatkan kembali kesadarannya.

    Dia memiringkan tubuhnya dan sedikit meringkuk dengan tangan yang memegangi yang meremas ranjang ketika punggungnya terasa sakit. Hal itu wajar, karna Kihyun mengambil sampel sum-sum tulang di bagian punggung Taehyung setelah memikirkan efek yang kemungkinan akan di terima setelah pengambilan sampel sum-sum tulang.

    Saat itu pintu ruangan terbuka dan di sanalah Seokjin menghentikan langkahnya dengan tatapan yang menunjukkan keterkejutan sebelum akhirnya ia yang bergegas menghampiri si bungsu.

    "Taehyung, ada apa? Apa ada yang sakit?" paniknya sembari membalik tubuh sang adik dengan pelan.

    "Hyeong." lirih Taehyung dengan wajah yang masih terlihat kesakitan.

    "Apa yang terjadi? Di mana yang sakit?"

    "Punggungku sakit."

    Seokjin lantas memiringkan tubuh Taehyunn lalu menyibakkan pakaian yang di kenakan oleh sang adik dan sedikit kaget ketika melihat terdapat perban yang menempel pada punggung sang adik. Tentunya itu adalah hal yang membingungkan bagi Seokjin yang tidak mengerti hal apapun tentang dunia medis.

    "Tunggu sebentar." Sang kakak lantas bergegas pergi dengan langkah yang terburu-buru.

    Dia berjalan menyusuri lorong menuju bagian informasi yang berada di depan ruangan Kihyun dan menemui seorang Perawat di sana.

    "Permisi."

    "Ada yang bisa ku bantu, Tuan?"

    "Adikku baru saja melakukan pemeriksaan, dan dia mengeluhkan sakit di punggungnya."

    "Siapa nama adik, Tuan?"

    "Kim Taehyung."

    "Baiklah, aku akan segera memeriksanya."

    Si Perawat lantas keluar dari balik meja dan berjalan mendahului Seokjin yang menyusul di belakangnya. Keduanya memasuki ruangan Taehyung dan keduanya segera berdiri berseberangan di kedua sisi ranjang.

    "Bisakah kau katakan apa keluhanmu, Taehyung-ssi?" ucap si Perawat dengan suara lembutnya.

    "Punggungku terasa nyeri."

    "Apa yang terjadi padanya?" Seokjin menyahut.

    "Tuan tidak perlu panik, hal ini biasa terjadi setelah pasien melakukan pengambilan sampel sum-sum tulang."

    "Pe-pengambilan apa?"

    "Pengambilan sampel sum-sum tulang. Meski tidak bahaya, namun pasien yang baru saja menjalani prosedur pengambilan sum-sum tulang, akan merasakan sakit pada bekas di mana sum-sum tulang itu di ambil."

    "Jadi, apa yang di punggungnya itu,"

    "Benar, Dokter Yoo mengambil sampel sum-sum tulang di bagian punggung adik anda. Untuk selengkapnya, Dokter Yoo akan menjelaskannya kepada anda nanti. Sekarang aku akan memberikan obat pereda sakit untuk menghilangkan rasa sakitnya."

    "Ye, ye."

    Si Perawat kemudian menyuntikkan obat kepada Taehyung untuk meredakan rasa sakit yang di alami oleh pemuda itu, dan semua berjalan sangat singkat.

    "Sudah selesai, jika terdapat keluhan lain. Mohon segera panggil aku."

    "Tunggu sebentar." sergah Seokjin ketika si Perawat hendak meninggalkan ruangan.

    "Di manakah Dokter Yoo?"

    "Saat ini Dokter Yoo tengah melakukan pemeriksaan kepada pasien lain, dan beliau berpesan jika anda datang. Anda menunggu saja di sini sampai beliau kembali."

    "Ah... Begitu?"

    "Aku permisi."

    "Ye, ye. Terima kasih atas bantuannya."

    Si Perawat kemudian meninggalkan ruangan dan saat itu pula, Seokjin segera menjatuhkan pandangannya pada sang adik dan mendekatinya.

    "Bagaimana? Sudah merasa baikan?"

    Taehyung menggeleng. "Rasanya masih sakit."

    Seokjin meraih tangan sang adik dan menggenggamnya dengan lembut. "Kau harus bersabar sebentar. Jika obatnya sudah bekerja, sakitnya pasti akan hilang."

    Taehyung mengangguk lemah dan menahan rasa sakit yang berangsur membaik ketika ia berdiam diri. Namun saat itu pula perasaan lain muncul ketika rasa sakit di punggungnya mereda.

    "Hyeong."

    "Ada apa? Apa ada yang sakit?" Seokjin yang sebelumnya telah duduk pun, lantas berdiri setelah mendengar panggilan sang adik.

    Taehyung menggeleng. "Aku lapar."

    Seokjin melihat jam di pergelangan tangannya. Sudah lewat tengah hari dan wajar jika Taehyung merasa lapar karna sejak semalam anak itu belum memakan apapun, tapi dia juga bingung. Apakah Taehyung sudah di perbolehkan memakan sesuatu, hal itulah yang membuatnya sedikit ragu.

    "Kau tunggu di sini sebentar, Hyeong akan segera kembali."

    Seokjin kembali meninggalkan Taehyung dan kembali menghampiri Perawat sebelumnya untuk meminta kepastian apakah Taehyung di perbolehkan untuk memakan sesuatu atau tidak.

    "Permisi."

    "Ye, apa ada yang bisa ku bantu lagi, Tuan?"

    "Aku hanya ingin bertanya."

    "Ah... Ye, silahkan."

    "Apa adikku sudah di izinkan untuk memakan sesuatu?"

    "Tentu saja boleh, adik anda sudah menyelesaikan semua prosedur pemeriksaan yang harus di lakukan. Dia sudah boleh makan sekarang."

    "Ah... Ye, kalau begitu... Aku titip adikku sebentar karna aku harus membelikannya makanan." ucap Seokjin dengan sedikit canggung.

    "Ye, Tuan tidak perlu khawatir. Tuan bisa meninggalkannya di sini."

    "Terima kasih."

    Seokjin lantas meninggalkan lantai 7 dan bergegas menuju lantai bawah untuk mencarikan sesuatu yang bisa di makan oleh adiknya. Namun satu kesalahan kecil yang ia lakukan secara tak sadar, bahwa ia telah membuat sang adik menunggu terlalu lama setelah sebelumnya bermpamitan akan pergi sebentar.

    Taehyung yang merasa bosan di tinggal sendirian pun kemudian bangkit dan duduk bersila di atas ranjang. Dia menyibakkan pakaiannya dan meraba perban yang berada pada punggungnya, di mana rasa sakit sebelumnya berpusat. Dia tidak ingat apa yang terjadi padanya, hal terakhir yang ia ingat adalah saat Kihyun hendak menyuntiknya.

    Tangannya kemudian berpindah pada perutnya yang terasa kosong. Dia benar-benar merasa lapar kali ini, tapi kenapa sang kakak malah menghilang setelah berpamitan akan pergi sebentar.

    Di saat rasa bosannya yang semakin bertambah, saat itu juga pintu ruangan terbuka dan berhasil menarik perhatiannya. Awalnya dia mengira bahwa itu adalah sang kakak, namun yang masuk malah Kihyun yang seketika tersenyum lebar ke arahnya.

    "Kau sudah bangun?" sapa Kihyun yang bergegas masuk dan menghampiri Taehyung setelah menutup pintu, sedangkan Taehyung hanya mengangguk pelan.

    Kihyun kemudian duduk di sisi ranjang tepat menghadap pemuda yang masih terlihat sungkan padanya tersebut.

    "Kau tidak perlu secanggung itu, bukankah kita sudah saling mengenal sebelumnya."

    "Ye." gumam Taehyung dan masih terdengar ragu-ragu.

    "Aku dengar, punggungmu sakit."

    Taehyung menggeleng. "Tadi sakit, tapi sekarang sudah tidak lagi."

    "Syukurlah, tapi kau harus terbiasa dengan hal itu untuk beberapa hari ke depan."

    "Apa sakitku benar-benar parah?"

    "Bukan itu masalahnya. Rasa sakit di pungungmu adalah efek samping dari pengambilan sampel sum-sum tulang mu, aku sengaja mengambil di bagian punggung agar kau tidak mengalami kesulitan ketika berjalan jika aku mengambil di bagian panggulmu."

    Taehyung terdiam karna dia sama sekali tidak mengerti dengan apa yang di katakan oleh Kihyun, namun ia ingat bahwa Perawat sebelumnya juga mengatakan hal yang sama.

    "Jika sakit lagi, apa aku perlu kembali ke Rumah Sakit?"

    "Untuk sekarang tidak. Aku akan memberikan obat pereda sakit agar kau tidak merasakan sakit lagi."

    Taehyung mengalihkan pandangannya dan tanpa sengaja menghembuskan napas beratnya, hal kecil yang membuat senyum Kihyun melebar.

    "Kau sudah makan?"

    Taehyung mengembalikan pandangannya pada Kihyun dan menggeleng. "Seokjin Hyeong tadi berpamitan pergi sebentar, tapi dia tidak kunjung kembali."

    Kihyun kemudian merogoh saku jasnya dan mengeluarkan sebungkus roti yang memang sengaja ia bawa. Dia menyodorkan roti tersebut ke hadapan Taehyung.

    "Ambillah! Ini akan mengurangi rasa laparmu."

    Dengan ragu Taehyung mengambil roti di tangan Kihyun. "Terima kasih."

    Taehyung segera membuka bungkus roti tersebut dan segera memakannya, hingga sebuah tangan mendarat di atas kepalanya dan membuatnya tertegun. Dia mengangkat pandangannya dan bertemu dengan senyuman hangat Kihyun.

    "Kenapa berhenti? Apa aku menganggumu?" Kihyun kembali menarik tangannya di saat gelengan Taehyung menjawab pertanyaannya.

    "Apa kau memiliki keluhan lain selain sakit di dadamu?"

    Taehyung sejenak mempertimbangkan sesuatu sebelum akhirnya menggeleng dengan ragu.

    "Hyeong sudah selesai?" Taehyung memberanikan diri untuk bertanya.

    "Selesai apa?"

    "Perawat tadi mengatakan bahwa Hyeong sedang memeriksa pasien."

    "Ah... Sesi pertama sudah selesai, aku akan melanjutkannya sore nanti."

    "Berarti pasien Hyeong sangat banyak?"

    "Hampir setiap hari ada yang datang dan pergi, tapi lebih banyak yang datang di bandingkan dengan yang pergi."

    "Apa Hyeong menghapal semua nama pasien yang Hyeong tangani?"

    "Tidak selalu, kadang aku harus melihat catatan baru mengingat mereka."

    "Berapa banyak pasien yang Hyeong miliki?"

    "Aku tidak pernah berniat untuk menghitungnya, aku senang jika mereka bisa menerima bantuanku. Tapi aku akan lebih senang jika mereka meninggalkan tempat ini dengan membawa senyum mereka."

    Taehyung mengangguk ringan, meski tak tahu apa yang harus ia mengerti.

    "Mau ikut denganku?"

    "Kemana?"

    "Kita tunggu kakakmu di ruanganku."

    Taehyung terdiam sejenak sebelum kembali bersuara. "Apa tidak apa-apa?"

    "Tidak ada apa-apa, aku juga harus berbicara pada kakakmu setelah ini. Ayo!"

    Kihyun lantas membimbing langkah Taehyung untuk menuju ruangannya, dan setelah lebih dari lima belas menit sejak kepergiannya, Seokjin pun kembali dengan sebuah kantong plastik di tangannya.

    Dia bergegas menuju kamar Taehyung, namun dia terkejut setelah tak mendapati Taehyung di sana. Seketika wajahnya terlihat panik, dia pun bergegas menuju bagian informasi dan untuk ketiga kalinya berhadapan dengan Perawat sebelumnya.

    "Anda sudah kembali?" tegur si Perawat.

    "Adiku, adikku tidak ada di kamarnya. Di mana dia?"

    "Dokter Yoo membawa adik Tuan ke ruangan beliau, Tuan bisa menemuinya di sana."

    "Terima kasih."

    Seokjin segera bergegas menuju ruangan Kihyun dan hanya dalam hitungan detik, dia sudah berdiri di depan pintu ruangan Dokter Hematologi Bangsal anak tersebut. Dia segera mengetuk pintu, dan lantas membuka pintu secara perlahan setelahnya.

    "Annyeonghaseyo." sapanya ketika menemukan Kihyun yang duduk berdampingan dengan Taehyung di sofa.

    "Oh, kau sudah datang? Masuklah!"

    Seokjin sekilas menundukkan kepalanya dan bergegas masuk ke dalam ruangan Dokter muda tersebut.

    "Maaf sudah membuat khawatir karna aku menculik adikmu."

    Seokjin hanya membalasnya dengan senyuman canggungnya.

    "Silahkan duduk."

    Seokjin mengambil tempat duduk yang berseberangan dengan keduanya dan di sanalah terdapat sedikit kecanggungan ketika kedua orang dewasa itu tidak mengenal satu sama lain. Berbeda dengan Taehyung yang tampak sudah nyaman berada di samping Kihyun, pemuda itu masih memakan sisa rotinya yang entah kenapa tidak habis-habis.

    "Jadi, bagaimana hasil pemeriksanya?" Seokjin mengawali pembicaraan dengan begitu canggung dan itu sedikit menganggu Taehyung hingga kunyahan di mulutnya tiba-tiba melambat, namun dia berusaha sebisa mungkin untuk tidak menarik perhatian dari kedua orang dewasa di sekitarnya.

    "Kita perlu membicarakan hal ini dengan serius. Aku pikir kita harus membicarakannya dengan Daehyun Hyeong juga, tapi dia masih berada di Ruang Operasi sekarang."

    "Jung Ssaem, mengoperasi orang?" cetus Taehyung yang tampak antusias.

    "Benar, dia melakukan Prosedur Operasi Transplantasi Jantung. Dan jika tidak ada kendala, mungkin sebentar lagi sudah selesai."

    "Bagaimana baiknya, aku akan mengikut saja." sahut Seokjin.

    "Sebenarnya tidak masalah, aku bisa menjelaskannya kembali padanya... Karna kau sudah di sini, akan lebih baik untuk segera membicarakan hal ini."

    Perhatian ketiganya teralihkan oleh dering telepon di meja kerja Kihyun, Dokter muda itu pun beranjak dari duduknya setelah berpamitan kepada Seokjin.

    Kihyun berjalan ke arah meja kerjanya dan segera mengangkat panggilan tersebut.

    "Dokter Yoo Kihyun di sini."

    "Dokter Yoo, kedatanganmu di butuhkan di IGD secepatnya."

    "Aku mengerti, aku akan segera ke sana." Kihyun memutuskan sambungan dan jika bagian informasi sudah menghubunginya, itu berarti sudah menyangkut masalah yang besar.

    Dokter muda itu pun kembali menghampiri kedua tamunya dan berucap, "aku minta maaf sebelumnya, tapi sepertinya ini harus di tunda dulu. Aku mendapatkan panggilan darurat."

    "Ah... Tidak masalah, kami akan menunggu di sini."

    "Sekali lagi aku mohon maaf."

    Kihyun kemudian bergegas meninggalkan ruangannya dengan langkah yang buru-buru, dan selepas kepergian Kihyun. Seokjin beralih duduk di samping sang adik.

    "Apa yang sedang kau makan?" tanya Seokjin dan si bungsu kemudian menunjukkan bungkus roti di tangannya.

    "Siapa yang memberikannya padamu?"

    "Kihyun Hyeong yang memberikannya padaku."

    "Ya sudah. Ini, Hyeong membawakan Onigiri untukmu." Seokjin membuka kantong plastik di hadapan Taehyung yang hanya meliriknya tanpa ada niatan untuk mengambilnya.

    "Aku tidak lapar lagi."

    "Bagaimana bisa kenyang hanya dengan memakan satu bungkus roti? Amblillah satu untuk mengganjal perutmu!"

    Taehyung menggeleng. "Aku tidak mau... Aku tidak lapar lagi, salahkan Hyeong yang meninggalkanku begitu saja."

    "Hyeong pergi untuk mencarikan sesuatu untukmu."

    "Tapi aku tidak lapar lagi."

    "Kau ini." Seokjin mengusak pelan puncak kepala Taehyung.

Selesai di tulis : 25.11.2019
Di publikasikan : 30.11.2019

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro