Page 52.
Taehyung dan Seokjin tiba di rumah sakit. Sang kakak lantas segera membimbing langkah si bungsu untuk memasuki gedung pencakar langit yang terletak di pusat kota tersebut.
Menuju bagian informasi, Seokjin berencana hendak menanyakan keberadaan Daehyun karna telah membuat janji sebelumnya.
Namun saat itu kebetulan Daehyun juga tengah berada di sana bersama Kihyun. Seokjin sekilas melihat ke arah Taehyung sebelum akhirnya meraih pergelangan tangan sang adik dan kemudian membawanya menghampiri Daehyun.
"Daehyun-ssi."
Teguran ringan yang langsung mengalihkan perhatian kedua Dokter muda tersebut. Keduanya serempak menoleh ke sumber suara.
"Kalian sudah datang?"
Tepat saat telah berhadapan, keduanya saling berjabat tangan sekilas. Dan keheranan terlihat di wajah Kihyun ketika ia menyadari keberaan Taehyung di sana.
"Maaf, membuatmu terlalu lama menunggu."
"Bukan masalah. Oh, ya. Perkenalkan, Dokter Yoo Kihyun. Dia seorang ahli Hematologi dari Bangsal anak di Rumah Sakit ini."
"Apa kabar? Aku Kim Seokjin." Seokjin mengulurkan tangannya yang langsung di jabat oleh Kihyun yang turut memperkenalkan namanya.
"Yoo Kihyun, senang bertemu denganmu."
Jabatan tangan keduanya terlepas, dan saat itu pula senyum ramah Kihyun tertuju pada Taehyung yang terlihat begitu murung sejak pertama kali ia melihat wajah anak itu.
"Kita bertemu lagi, Taehyung-ssi."
Teguran ringan yang tertuju pada si bungsu dan membuat sang kakak sedikit tertegun.
"Kalian sudah saling kenal?"
Daehyun menyahuti, "mereka bertemu ketika Taehyung mengunjungiku di Rumah Sakit waktu itu."
"Ah... Ye. Anak ini adalah adikku."
"Baiklah, karna kalian sudah datang. Akan lebih baik kau segera mengurus pendaftaran agar kita bisa segera melakukan pemeriksaan." ucap Daehyun kemudian.
Kihyun sekilas memiringkan kepalanya, kenapa Daehyun berkata seolah-olah kedua orang di hadapannya tersebut telah membuat perjanjian sebelumnya.
"Siapa yang sakit di sini?"
Seokjin tentu terkejut akan pertanyaan Kihyun, karna sebelumnya Daehyun mengatakan akan membawa temannya yang akan menangani adiknya. Namun kenapa Dokter itu malah melontarkan pertanyaan yang tidak masuk akal menurutnya.
"Aku belum mengatakan padamu. Kim Taehyung adalah anak yang ku maksud." sesal Daehyun.
Kedua alis Kihyun saling bertahutan sekilas, menatap tak percaya ke arah Daehyun sebelum pandangannya terjatuh pada sosok Taehyung yang sedari tadi menundukkan kepalanya.
"Dia?" gumam Kihyun yang masih menyimpan rasa tak percayanya.
"Kita urus pendaftarannya terlebih dulu." celetuk Daehyun, yang kemudian membimbing Seokjin untuk segera mengurus pendaftaran. Meninggalkan Kihyun bersama Taehyung.
Kihyun sejenak menggaruk bagian belakang kepalanya, merasa bingung harus bersikap bagaimana. Dia tidak pernah terpikirkan jika murid yang di maksud Daehyun adalah Taehyung.
Kihyun lantas menghampiri Taehyung yang dalam hitungan detik akan resmi menjadi pasiennya. Hal pertama yang ia lakukan adalah menjatuhkan telapak tangannya pada tengkuk pemuda yang tak begitu ia kenal tersebut.
"Kenapa wajahmu murung seperti itu?" suara Kihyun melembut dan hanya di balas gelengan kecil oleh Taehyung.
Kihyun lantas menarik tangannya setelah menjatuhkan usapan lembut pada kepala pemuda di hadapannya dan kembali berucap, "sesuatu yang baik, berasal dari pikiran yang baik pula."
Taehyung menatap ragu-ragu ke arah Dokter muda di hadapannya dan berujar dengan lirih, "aku, masih bisa sembuhkan?"
Pertanyaan putus asa yang mengungkit luka lama Kihyun, entah berapa anak yang pernah mengatakan hal yang sama dengan yang baru saja di katakan oleh Taehyung. Dan dari semua pertanyaan itu, hingga detik ini dia tidak mampu memberi kepastian.
"Aku bukanlah Tuhan. Tapi tunggulah sebentar, di dalam sana kau akan menemui teman-temanmu. Dan kau akan tahu jawaban itu sendiri jika kau datang ke sana."
"Tidak bisa, ya?"
Kihyun menggeleng. "Bukannya tidak bisa. Pada dasarnya manusia harus berjalan sesuai Takdir yang telah Tuhan ciptakan untuk mereka, aku tidak memberimu jawaban karna aku tidak di berikan kelebihan untuk bisa melihat masa depan. Tapi... Kita bisa berusaha bersama-sama setelah kita mengetahui kondisimu yang sebenarnya."
Taehyung kembali menundukkan kepalanya, merasa tak ada lagi harapan yang bisa ia ucapkan meski dalam hati sekalipun.
Menghabiskan waktu kurang dari tiga puluh menit di bagian pendaftaran, ketiga orang dewasa dan satu remaja itupun bergegas meninggalkan lantai dasar untuk menuju ruangan Kihyun.
Dan di sanalah, pemeriksaan tahap awal di lakukan oleh Kihyun. Di mulai dengan pertanyaan-pertanyaan ringan seputar kondisi tubuh Taehyung hingga berlanjut ke tahap pemeriksaan yang lebih serius dan mengharuskan Taehyung untuk mengenakan seragam pasien, dan tentu saja Seokjin selalu berada di sampingnya demi memastikan sang adik baik-baik saja.
Namun keduanya harus berpisah ketika Taehyung harus masuk ke dalam ruang rawat bersama beberapa Para Medis, termasuk Daehyun dan juga Kihyun yang berperan penting dalam pemeriksaan tersebut.
Taehyung telah berbaring di ranjang ketika pandangannya mengabsen setiap orang yang berada di dalam ruangan dengan aktivitas mereka masing-masing.
Meninggalkan Kihyun yang tengah terlibat pembicaraan bersama seorang Perawat, Daehyun berjalan mendekati Taehyung dan segera mengenggam lembut telapak tangan kurus pemuda itu.
"Kau tidak perlu secemas itu, semua akan baik-baik saja." seulas senyum hangat menyapa Taehyung, namun senyum itu tak lagi menenangkan di saat kekhawatirannya semakin bertambah.
"Aku takut." gumam Taehyung.
"Kau tidak boleh takut. Jika kau takut, siapa yang akan menyelamatkanmu? Kaulah orang yang harus menyelematkan dirimu sendiri, yakinkan dirimu bahwa kau bisa bertahan dengan semua ini. Ssaem yakin, kau adalah anak yang tangguh."
Sebuah kata penghiburan yang bahkan semakin mengusik hati Taehyung. Pemuda itu lantas bangkit dan tiba-tiba memeluk Daehyun, membuat kedua Dokter di sana sedikit terkejut. Namun kemudian, dengan perasaan yang tulus, Daehyun merengkuh tubuh kecil tersebut.
"Tidak ada hal buruk yang akan terjadi, kami hanya ingin memeriksa keadaanmu. Kami tidak akan melakukan hal yang berbahaya, percaya pada Ssaem. Semua akan baik-baik saja setelah ini."
Daehyun sedikit mendorong tubuh Taehyung hingga pemuda itu melepaskan pelukannya. Di pegangnya kedua bahu lemah tersebut dengan tubuh yang sedikit merendah, menyamakan posisi wajah keduanya.
"Dengarkan Ssaem baik-baik. Ini tidak akan menyakitkan, kau hanya perlu menutup matamu dan semua akan baik-baik saja."
"Bagaimana jika aku tidak bisa bangun lagi?"
Daehyun menggeleng dengan cepat. "Kenapa kau terus menerus berpikiran buruk? Ini sama hal nya seperti mengambil sempel darah, tenangkan dirimu dan ikuti apa yang Ssaem katakan. Kau mengerti?"
Taehyung mengangguk, tak mampu memberikan respon apapun selain hanya gerakan kecil dari kepalanya.
"Baiklah, sekarang berbaringlah!"
Taehyung menurut dan kembali berbaring bersamaan dengan Kihyun yang berdiri di samping Daehyun. Kedua Dokter muda itu saling bertemu pandang.
"Bisa kita mulai sekarang?"
Daehyun mengangguk dan dengan cepat Kihyun mengarahkan pandangannya kepada salah satu Perawat dan memberikannya sebuah anggukan singkat sebagai isyarat bahwa mereka akan segera melakukan prosedur pengambilan sempel sum-sum tulang belakang Taehyung yang akan di gunakan untuk pemeriksaan tahap akhir.
Kihyun berjalan memutari ranjang dan berdiri berseberangan dengan Daehyun, di susul oleh seorang Perawat yang berdiri di sampingnya sembari membawa sebuah nampan yang berisikan beberapa suntikan dan obat.
Kihyun mengambil satu suntikan dan kemudian meraih tangan Taehyung yang terasa menegang dan hal itu pula yang membuat tatapan teduhnya jatuh kepada sosok pemuda yang menatapnya dengan penuh keraguan.
"Kau tidak perlu setegang itu, ini tidak akan sakit." ucap Kihyun.
Daehyun yang mengetahui hal itu pun kemudian mencondongkan tubuhnya ke arah Taehyung dan berucap dengan pelan, "jika kau takut, tutup matamu!"
Sempat ragu, Taehyung pun memutuskan untuk menurut dan memejamkan matanya hingga ia merasa sesuatu yang dingin di pergelangan tangannya sebelum sesuatu yang mencoba menembus permukaan kulitnya dan setelahnya ia merasakan sesuatu masuk ke dalam pergelangan tangannya.
Semua terjadi begitu cepat, perlahan kesadarannya mulai mengambang dan sedikit demi sedikit menghilang hingga ia yang benar-benar kehilangan kesadarannya. Memberikan kesempatan bagi Para Medis untuk melakukan tugas mereka meski ia tak tahu apa yang akan orang-orang dewasa itu lakukan pada tubuhnya.
Selesai di tulis : 24.11.2019
Di publikasikan : 30.11.2019
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro