Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Page 51.


Pagi itu, Taehyung berjalan di belakang Seokjin menuruni anak tangga menuju lantai dasar. Berbeda dengan Seokjin yang tetap mengenakan pakaian rapinya seperti biasa, Taehyung justru mengenakan pakaian santai yang biasa ia gunakan untuk bepergian alih-alih memakai seragam, meski hari itu bukanlah hari libur.

Keduanya memasuki Ruang Makan dan menarik perhatian dari ayah mereka yang sudah duduk di tempat biasanya. Namun pandangan sang ayah langsung tertuju pada si bungsu yang berwajah murung pagi itu.

"Taehyung... Kau belum memakai seragam? Kau tidak akan pergi ke sekolah?" tegur Taewoo dan seketika kedua putranya menghentikan langkah mereka.

Dari arah dapur Boyoung datang dengan membawa semangkuk besar nasi, dan tentu saja pandangannya pun langsung terjatuh pada sosok Taehyung.

"Taehyung... Kenapa kau belum mengganti bajumu?" pertanyaan yang sama terlontar dari orang yang berbeda.

"Hari ini Taehyung tidak akan pergi ke sekolah." celetuk Seokjin dan membuat kedua orang tuanya saling bertukar pandang sekilas.

"Ada apa? Apa adikmu sakit?" Taewoo menyahuti.

"Aku akan membawanya mengunjungi sebuah tempat hari ini."

"Kemana?" heran Boyoung karna tak biasanya Seokjin membiarkan adiknya bolos sekolah.

"Tidak akan jauh-jauh, kami berangkat sekarang."

Tak ingin pembicaraan semakin panjang, Seokjin lantas berbalik dan hendak meninggalkan Ruang Makan sebelum suara sang ibu menegurnya.

"Tidak sarapan dulu?"

Seokjin menarik sudut bibirnya dengan paksa dan berucap, "kami akan makan di luar."

Percakapan singkat yang berakhir dengan begitu mudah. Seokjin merangkul bahu adiknya dan membawanya meninggalkan ruang makan, menyisakan keheranan di wajah kedua orang tua mereka.

"Tidakkah kau melihat bahwa mereka sedikit aneh pagi ini?" gumam Boyoung dengan nada menerawang.

"Apanya yang aneh, mereka adalah anak muda. Biarkan mereka melakukan apa yang mereka inginkan." ucap Taewoo. Bukan untuk ketidakpedulian, melainkan karna tidak ingin terlalu mencampuri kehidupan pribadi para putranya selama mereka masih melakukan hal yang benar.

"Kau ini." sinis Boyoung dan membuat senyum Taewoo melebar.

Di sisi lain, Taehyung masih tetap berdiam diri meski keduanya telah duduk berdampingan di dalam mobil. Seokjin menjatuhkan pandangannya kepada sosok sang adik yang terus menunduk dalam tersebut.
Kemudian dia meraih telapak tangan kurus tersebut dan mengenggamnya dengan lembut guna memberikan sedikit ketenangan pada adik kecilnya.

"Tidak ada yang harus kau cemaskan. Selama Hyeong ada di sampingmu, semua akan baik-baik saja... Jangan murung lagi."

Usapan lembut di kepala Taehyung yang mengakhiri pembicaraan sepihak Seokjin sebelum sang kakak yang menjalankan mobilnya, meninggalkan rumah dan bergegas menuju Rumah Sakit untuk memenuhi janji yang telah di buatnya bersama Daehyun.

Di sisi lain, Daehyun telah sampai di Rumah Sakit lebih awal dan segera bergegas menuju ruangan Kihyun yang berada di lantai 7.

"Annyeonghaseyo, Dokter Jung ada di sini?" tegur salah satu Perawat yang berpapasan dengannya ketika ia menyusuri lorong di lantai 7.

"Ye, apa kabar?"

"Aku baik-baik saja, bagaimana kabar Dokter Jung? Sudah lama tidak melihat mu di sini."

"Aku baik-baik, apa Dokter Yoo sudah datang?"

"Ah... Dokter Yoo?"

"Ye."

"Aku belum bertemu dengannya pagi ini. Mungkin dia sudah berada di ruangannya."

"Baiklah, kalau begitu aku permisi."

"Ye, ye. Senang bisa melihatmu kembali ke sini."

Keduanya saling menundukkan kepala mereka masing-masing sebelum kembali melanjutkan langkah mereka ke arah yang berlawanan. Daehyun bergegas menuju ruangan Kihyun dan setelah beberapa saat, langkahnya terhenti tepat di depan sebuah pintu yang bertuliskan nama 'Dokter Spesialis Hematologi Bangsal Anak, Yoo Kihyun'

Daehyun lantas membuka pintu di hadapannya secara perlahan dan tak mendapati seseorang di dalam sana, namun pandangannya terjatuh pada sofa panjang di sudut ruangan dan di sanalah Dokter muda yang ia cari tengah terlelap dalam posisi meringkuk di karenakan tubuhnya yang lebih panjang di bandingkan dengan sofa yang ia tiduri.

Melihat hal itu, Daehyun lantas masuk dan menutup pintu dengan pelan. Berusaha untuk tidak mengangetkan rekannya tersebut, karna sepertinya Kihyun belum pulang ke rumah sejak kemarin.

Daehyun berdiri di sisi sofa tepat di atas kepala Kihyun, menemukan wajah tenang Kihyun yang terlelap dan membuatnya ragu untuk mengusik tidur rekannya tersebut. Sebagai sesama Dokter, dia juga sering berada dalam posisi Kihyun, namun ada hal yang lebih penting hari ini. Dia sedikit merendahkan tubuhnya dan mengguncang lengan Kihyun dengan pelan.

"Kihyun... Bangunlah!" ucapnya dan kembali mengguncang lengan Kihyun.

Kihyun yang merasa tidurnya telah terganggu pun perlahan membuka matanya, begitupun Daehyun yang kembali menarik tangannya. Kihyun yang menyadari seseorang berada di atasnya pun segera mengangkat kepalanya dengan wajah yang mengernyit dan juga mata yang masih setengah terbuka.

"Eoh, Hyeong?" sedikit terkejut, Kihyun lantas segera bangkit sembari mengusap wajahnya dan menepuknya beberapa kali guna mengembalikan kesadarannya sebelum kembali melihat seniornya tersebut.

"Kapan Hyeong datang?"

"Baru saja. Apa kau tidak pulang?"

Kihyun menguap sembari menjawab pertanyaan Daehyun, "Operasiku baru selesai pukul tiga tadi. Aku hanya akan membuang waktuku dengan percuma jika aku pulang ke rumah."

"Aku minta maaf. Karna aku, kau kehilangan waktumu untuk beristirahat."

Kihyun sekilas mengibaskan tangannya ke udara sembari berucap, "tidak perlu bersikap seperti itu padaku, kita juga sering seperti ini."

Saat itu Kihyun baru menyadari sesuatu, dia pun dengan segera mengambalikan pandangannya pada Daehyun.

"Hyeong tidak ingin duduk?"

"Tidak perlu, aku hanya mampir sebentar untuk melihatmu."

"Kau ingin pergi ke sekolah?"

"Untuk hari ini aku akan menetap di sini, itupun jika Direktur tidak keberatan."

Kihyun menganggukkan kepalanya di saat kesadarannya kembali dengan seutuhnya secara perlahan.

"Lalu, bagaimana dengan anak yang kau katakan semalam?"

Daehyun sekilas melihat jam di pergelangan tangannya. "Dia mungkin akan sampai sekitar tiga puluh menit lagi. Kalau begitu aku pergi dulu, kita bertemu lagi di bagian pendaftaran."

Kihyun mengangguk ringan dan segera bangkit dari duduknya ketika Daehyun meninggalkan ruangannya. Dia meraih ponselnya yang tergeletak di atas meja, sejenak melalukan rutinitasnya setiap hari setelah bangun tidur, yaitu mengecek agendanya hari ini.

Dan kebetulan jadwalnya hari itu kosong, tidak ada jadwal Operasi dan mungkin hanya sekedar memeriksa keadaan para pasiennya yang rata-rata adalah anak-anak hingga remaja. Karna dia masih muda, dia di tugaskan di Bangsal anak sebagai Dokter spesialis Hematologi.

Itulah alasan Daehyun meminta Kihyun untuk menangani kasus Taehyung, karna meski dia sempat mempelajari tentang Hematologi. Pada akhirnya dia lebih memilih menjadi Dokter ahli bedah, meski tak menyangkal bahwa dia tahu banyak tentang ilmu Hematologi.

Selain itu, alasan dia yang di tugaskan di luar Rumah Sakit juga menjadi alasan kenapa bukan ia yang menjadi Dokter yang menangani Taehyung. Dia bahkan harus meminta kebijakan dari Direktur agar bisa ikut ambil peran dalam pemeriksaan Taehyung hari ini.

Kihyun mengembalikan ponselnya ke atas meja dan segera merapikan dirinya untuk kembali memulai aktivitasnya sebagai seorang Dokter. Menyisihkan rasa penasarannya tentang siapakah anak yang di bawa oleh Daehyun hari ini, karna sejak Daehyun mengatakan akan membawa salah satu muridnya ke sana, seniornya tersebut terkesan berbelit-belit ketika ia menanyakan identitas dari murid tersebut.

Namun Kihyun tak mempermasalahkan hal itu, karna siapapun murid tersebut. Sebentar lagi mereka juga akan bertemu, meski Kihyun tidak pernah menginginkan mereka bertemu dalam keadaan seperti ini.

Sudah banyak anak-anak hingga remaja yang ia tangani, dan banyak dari mereka tidak bisa ia selamatkan karna faktor penyakit yang memang sudah parah. Dan hal yang paling memberatkan baginya adalah ketika ia harus kembali di pertemukan oleh pasien barunya, namun ketika mereka berhadapan. Saat itu justru dia harus menyambut pasiennya tersebut dengan senyuman ramah, karna seperti itulah seharusnya.

Selesai di tulis : 24.11.2019
Di publikasikan : 30.11.2019

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro