Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Page 49.

   


    Sore itu, ketika hampir semua murid telah kembali ke rumah mereka masing-masing. Seokjin menapakkan kakinya di Jusang Highschool untuk menjemput adiknya, namun sebelum itu dia harus memenuhi panggilan dari Daehyun.

    Awalnya dia sedikit heran karna jika Taehyung melakukan kesalahan, bukannya Wali kelas Taehyung yang akan mengiriminya surat panggilan. Tidak, lebih tepatnya panggilan tanpa surat karna Daehyun menitipkan pesannya secara lisan pada sang adik tanpa ada surat yang tertulis secara resmi dari pihak sekolah. Namun kenapa justru petugas kesehatan sekolah yang memanggilnya.

    Dia segera menepis segala pikiran negatifnya dan berusaha hanya memikirkan hal positif. Dan setelah lebih dari lima menit menyusuri lantai demi lantai, pada akhirnya langkah Seokjin terhenti di depan pintu Unit Kesehatan.
    Dia pun segera mengetuk pintu dan sedikit membenahi jasnya seperti kebiasaan lamanya ketika ia ingin bertemu orang baru.

    Tanpa menunggu jawaban dari dalam, dia segera membuka pintu dengan sesopan mungkin. Karna seumur-umur dia belum pernah berhadapan langsung dengan seseorang yang selalu di panggil 'Jung Ssaem' oleh adiknya tersebut.

    "Annyeonghaseyo." sapaan yang Seokjin lontarkan begitu pintu terbuka, namun kedua orang dewasa tersebut sama-sama tertegun ketika saling bertemu pandang.

    "Eoh, bukankah kau yang waktu itu?" seru Seokjin sedikit tidak percaya.

    "Ye, kau masih mengingatku?"

    Daehyun berdiri dari duduknya dengan senyum canggung yang menghiasi kedua sudut bibirnya, meski ia tidak tahu kenapa Seokjin bisa ada di sana.

    Seokjin kemudian menutup pintu dan bergegas menghampiri Daehyun. Dia lalu berujar, "aku hampir tidak mengenalimu."

    Keduanya pun saling berjabatan tangan sekilas dan dengan Seokjin yang kembali memulai pembicaraan.

    "Bagaimana kabarmu?"

    "Baik, silahkan duduk."

    Seokjin pun duduk di kursi yang berhadapan dengan Daehyun, begitupun dengan Daehyun yang kembali ke tempat duduknya.

    "Kau bekerja di sini?"

    "Benar, aku sedang di tugaskan di sini."

    Seokjin mengangguk-anggukkan kepalanya, namun tiba-tiba ia tersentak akan pikirannya sendiri.

    "Tunggu dulu." gumamnya dan menciptakan tanda tanya di garis wajah Daehyun ketika melihat matanya yang sekilas lebih lebar dari ukuran normal.

    "Jung Ssaem?"

    "Ye?"

    "Apa kau adalah Jung Ssaem yang sering di bicarakan oleh adikku itu?" ujar Seokjin, merasa tidak percaya jika ternyata Jung Ssaem yang diam-diam sering ia maki adalah orang yang pernah ia temui di pusat perbelanjaan waktu itu.

    Sedangkan Daehyun sendiri tampak bertanya-tanya akan keberadaan Seokjin di sana, sekaligus siapakah adik yang ia maksud?

    "Tunggu sebentar. Siapakah nama adikmu?" ujar Daehyun kemudian, yang segera ingin meluruskan masalah yang ada.

    "Kim Taehyung, aku datang kemari karna mendapat panggilan dari sekolah."

    Daehyun tampak kehilangan kata-kata untuk di ucapkan, dan sekarang dia tahu kemana jam tangan yang ia belikan untuk Hoseok di hari ulang tahunnya. Dan jika memang Seokjin adalah kakak Taehyung, berarti kemungkinan besar bahwa jam tangan yang di kenakan oleh Taehyung adalah jam tangan pembeliannya yang telah tertukar dengan milik Seokjin. Karna pada saat itu hanya ada mereka berdua yang tengah membayar barang di waktu bersamaan.

    "Aku mendapatkan panggilan dari Unit Kesehatan, apa kau yang mengirimkannya?"

    Pertanyaan yang seketika membuyarkan lamunan Daehyun. Melupakan tentang hadiah yang tertukar, dia lebih memilih untuk fokus pada kondisi Taehyung saat ini.

    "Benar, aku yang menyuruhmu datang kemari."

    "Ada apa? Apa adikku berbuat sesuatu yang salah di sini?"

    "Bukan begitu, dia adalah anak yang memiliki perilaku yang baik."

    "Lalu?"

    Terdapat keraguan di wajah Daehyun, dan hal itu di tangkap oleh sorot mata Seokjin yang terlihat semakin menuntut.

    "Ada apa? Apa terjadi sesuatu dengannya?"

    "Ada hal yang harus ku beritahukan padamu."

    "Apa itu?"

    Daehyun menarik pintu laci di bawah mejanya dan mengambil amplop putih, lalu menyodorkannya ke arah Seokjin seiring dengan tangan kirinya yang menutup laci.

    "Apa ini?"

    Seokjin terheran ketika melihat nama salah satu Rumah Sakit terkenal di Seoul yang tertera pada amplop tersebut.

    "Mungkin aku sudah bertindak lancang. Tapi kemarin, aku melakukan tes darah secara diam-diam pada Kim Taehyung."

    Mata Seokjin memicing tajam, dia pun segera membuka amplop tersebut dan bisa di lihatnya nama Daehyun yang tertera di sana dan bukannya nama Taehyung.

    "Apa maksudnya ini? Kau mengatakan bahwa ini milik Taehyung, tapi kenapa malah namamu yang berada di sini?"

    "Aku melakukannya secara diam-diam, dalam artian bahwa tidak ada seorangpun yang tahu jika aku melakukan hal itu. Bahkan Taehyung sekalipun."

    Seketika raut wajah Seokjin terlihat menegang, dia pun menjatuhkan tatapan yang lebih menuntut pada Daehyun.

    "Lalu, bagaimana hasilnya?"

    "Tubuh Taehyung memproduksi sel darah putih lebih banyak di bandingkan dengan sel darah merah."

    "Lalu?"

    "Dia sering pingsan dan mimisan. Dan juga, dia tidak seaktif biasanya. Selain itu napsu makannya juga berkurang dan menyebabkan berat badan menurun secara drastis."

    "Tunggu sebentar." sergah Seokjin, menemukan sesuatu yang janggal dari penuturan Daehyun.

    "Pingsan? Mimisan? Kapan dia pernah mengalami hal itu?"

    "Dia tidak memberitahumu?"

    "Memberitahu apa?"

    "Terhitung selama satu bulan ini, dia sudah empat kali jatuh pingsan."

    Batin Seokjin tersentak, merasa ada yang salah dengan semuanya. sudah seperti ini, tapi kenapa Taehyung tidak pernah mengatakan apapun? Dia sejenak menggaruk pelipisnya sebelum akhirnya kembali menjatuhkan pandangannya pada Daehyun dengan tatapan yang terlihat begitu gusar.

    "Lalu, apa yang terjadi?"

    "Dia mengatakan bahwa dia sering demam tinggi saat malam."

    "Benar."

    "Napsu makan berkurang, muncul bintik-bintik merah di beberapa bagian tubuh, sering lelah dan mimisan."

    "Katakan dengan jelas, apa yang sebenarnya terjadi pada adikku?" suara yang terdengar sedikit mengeras, menegaskan bahwa ia membutuhkan penjelasan detik itu juga tanpa menyadari bahwa begitu sulit bagi Daehyun untuk mengatakan hal itu.

    "Di lihat dari hasil pemeriksaan serta kondisi fisiknya selama ini. Besar kemungkinan bahwa Kim Taehyung mengidap Leukimia."

    Seokjin terdiam, membutuhkan waktu untuk bisa memberikan reaksi terkejut di saat ia yang lebih dulu memahami pernyataan tak masuk akal Daehyun.

    "Kau bilang apa?"

    "Kanker darah, adikmu-"

    "Tidak mungkin." gumaman tak percaya yang menghentikan perkataan Daehyun.

    Seokjin merasa kesadarannya perlahan mengambang seiring dengan pijakannya yang menghilang, seribu kata yang mampu ia ucapkan justru menghilang hanya dalam hitungan detik. Rasa tak ingin percaya itu terlihat di raut wajahnya yang tampak terguncang.

    "Tidak mungkin! B-bagaimana, bagaimana bisa seperti ini? Dia tidak pernah mengatakan apapun padaku, kenapa tiba-tiba seperti ini?" racau Seokjin.

    Sebagai seorang kakak, Daehyun mengerti bagaimana rasanya berada di posisi Seokjin saat ini. Bahkan dia bisa hilang kendali hanya karna melihat luka lebam di wajah Hoseok, bagaimana mungkin dia tidak memahami bagaimana perasaan Seokjin saat ini.

    Siapapun juga pasti tidak ingin hal seperti ini terjadi, namun pada kenyataannya keinginan manusia hanyalah bagian terkecil dari kuasa Tuhan itu sendiri. Kau boleh berharap namun jangan terkejut jika sewaktu-waktu Tuhan justru mematahkan harapanmu untuk mengujimu.

    "Masih ada waktu untuk memperbaiki semuanya." ujar Daehyun, membawa kembali sedikit kesadaran Seokjin yang sempat pergi.

    "Di mana dia sekarang?"

    Suara yang terdengar sedikit gemetar. Dan sebelum Daehyun sempat memberikan jawaban, pendengaran keduanya menangkap suara isak tangis. Seokjin yang mengenali suara itu, segera mengarahkan pandangannya ke asal suara yang berada tidak jauh dari tempat mereka.

    Dia pun beranjak dari duduknya dan bergegas menghampiri sumber suara. Di sibakkannya gorden putih yang menghalangi pandangannya, dan di sanalah dia menemukan Taehyung yang duduk di sisi ranjang dengan tangis yang tertahan.
    Dia mengambil langkah maju dan berdiri tepat di hadapan sang adik yang terisak dengan kepala yang menunduk dalam. Kemudian ia menarik lengan Taehyung, membuat sang adik berdiri.

    "Hyeong..." suara lirih yang keluar di sela tangis pemuda itu.

    Seokjin kemudian menarik Taehyung ke arahnya dengan lembut dan kemudian memeluknya, menahan perasaan yang semakin menghimpitnya dan berusaha memghancurkan pendiriannya.

    "Tidak apa-apa, Hyeong ada di sini. Tidak ada yang perlu kau takutkan, semua akan baik-baik saja."

    Perkataan yang keluar setelah hembusan napas beratnya. Si bungsu yang membalas pelukannya dan semakin terisak, menuntun satu tangannya untuk mengusap bagian belakang kepala si bungsu dengan tangis yang ia tahan sekuat tenaga. Meski nyatanya kelopak matanya tak mampu lagi membendung air matanya sendiri.

    Adik kecilnya, Kim Taehyung kecilnya. Penyesalan mendalam akan nasib buruk yang menimpa adik kecilnya, nasib buruk yang seharusnya ia sadari lebih awal dan dengan begitu semua tidak akan menjadi lebih sulit di masa depan.

    Sebuah penyesalan menyeruak di dalam batinnya dan semakin menghabiskan pasokan udara di dalam paru-parunya yang tiba-tiba menyempit.

    Dan hari itu, seorang Kim Seokjin telah kehilangan kebanggaannya sebagai seorang kakak dari Kim Taehyung, di hari itu Kim Seokjin tersadar bahwa dia bukanlah kakak yang bertanggung jawab untuk Kim Taehyung.

    Di hari itu, Kim Seokjin sadar betapa bodohnya dirinya sebagai kakak Kim Taehyung. Dan di hari itu, Kim Seokjin bertekad bahwa ia akan benar-benar menjadi seorang kakak yang bisa melindungi Kim Taehyung.

    Kim Seokjin akan menjadi kakak yang mampu merengkuh Kim Taehyung seutuhnya, namun bagaimana jika takdir lagi-lagi menginginkan hal yang berbeda dari harapan manusia itu sendiri? Hal tak terduga yang kembali menjadi pukulan keras bagi keluarga besarnya.

    Bagaimana jika pada akhirnya, seseorang tiba-tiba datang dan merengkuh Kim Taehyung dengan lebih sempurna di bandingkan dengan rengkuhannya? Akankah ia bisa mempertahankan malaikat kecilnya tersebut untuk tetap berada di sisinya?




Selesai di tulis : 09.09.2019
Di publikasikan : 22.10.2019








Sudah, sudah selesai😁😁😁😁 Sebenarnya up yang 10 Chapter kemarin itu Special untuk Comeback musicnya Jung Daehyun, tapi karna mendesak jadi kelupaan promosi🙈🙈🙈🙈

Dan sekarang edisi specialnya meski cuma bisa sedikit, tapi kali ini edisi Special untuk Comeback Musicnya si Pengacara Yoo Youngjae😁😁😁😁
Kenapa sedikit, karna si Pengacara dapat peran pemain utama di Book sebelah. Jadi yang Boom Up itu di Book sebelah, kalau yang di sini cuma bonus🙈🙈🙈🙈

Jika tidak keberatan mohon berikan dukungan kalian untuk Pengacara kita ini.

Sampai bertemu di Episode selanjutnya yang entah kapan, karna untuk beberapa hari/minggu ke depan. Saya memiliki urusan di Book sebelah😁😁😁😁 Mudah-mudahan tidak akan lama.

See ya.
  

   

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro