Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Page 46.

   

    Taehyung sedikit mendongak untuk melihat kantong infus yang terhubung dengan punggung tangannya. Setidaknya dia telah terduduk di ranjang hampir tiga puluh menit lamanya setelah ia sadarkan diri, sedangkan Daehyun terlihat tengah menyibukkan diri di meja kerjanya.

    Kepala Taehyung berangsur membaik, tidak lagi berat seperti saat ia terbangun. Namun dia tidak bisa langsung pulang ketika Daehyun menahannya dan memintanya untuk tetap berada di sana hingga infusnya habis.

    Dia kemudian menjatuhkan pandangannya pada Daehyun. Merasa ragu untuk menegur, namun tangannya sudah merasa gatal ingin mencabut jarum kecil yang menusuk punggung tangannya. Bukan gatal dalam artian seperti reaksi alergi terhadap sesuatu, hanya saja dia yang memang tidak nyaman dengan infus atau alat medis lainnya meski pada kenyataannya dia sudah akrab dengan benda-benda semacam itu.

    Takut-takut dia menegur, "S...saem."

    Daehyun mengalihkan perhatiannya dari berkas di hadapannya dan kemudian beranjak dari duduknya, berjalan menghampiri pemuda yang sedikit memucat tersebut. Hanya ada seulas senyum yang sedikit berbeda dari senyum yang selalu ia tunjukkan selama ini.

    Terlihat sedikit kekhawatiran dalam senyum itu, yang kemudian mengantarkannya untuk duduk di samping pemuda yang memperhatikan setiap pergerakannya tersebut. Hingga pada akhirnya mempertemukan pandangan mereka kembali.

    "Ada apa? Apa ada yang sakit?"

    Suara Daehyun melembut dan sedikit membuat Taehyung merasa asing, terlebih dengan seulas senyum tipis tersebut.

    Taehyung menggeleng dan berucap, "aku sudah tidak apa-apa. Infusnya sudah habis, aku boleh pulang kan?"

    Daehyun sekilas melihat ke arah kantong infus, dan benar bahwa infus tersebut hampir habis. Dia pun segera memutus aliran infus tersebut dan kembali menjatuhkan pandangannya pada Taehyung. Namun tak ada kata yang terucap ketika ia yang justru melepaskan infus dari punggung tangan Taehyung, dan membuat Taehyung sedikit merasa canggung. Berpikir bahwa mungkinkah dia sudah berbuat sesuatu yang salah.

    Daehyun memasang plester kecil pada bekas jarum di punggung tangan Taehyung setelah mengusapnya menggunakan kapas yang telah di basahi oleh alkohol sebelumnya. Dia kemudian mengarahkan pandangannya pada wajah Taehyung dan sedikit menarik senyumnya agar lebih lebar, namun sayangnya senyum itu justru memberikan artian yang berbeda. Di genggamnya lembut tangan pemuda tersebut.

    "Kepalamu sudah tidak pusing?"

    Taehyung menggeleng.

    "Ssaem ingin bertanya padamu."

    "Apa yang ingin Ssaem tanyakan padaku?"

    "Sejak mengunjungi Ssaem di Rumah Sakit waktu itu. Seberapa sering kau sakit?"

    Taehyung sekilas memiringkan kepalanya, mencoba mengingat-ingat hal yang tak ia yakini sebelum pandangannya yang kembali tertuju pada Daehyun.

    "Tidak sering. Aku hanya sesekali demam saat malam hari."

    "Seberapa sering?"

    "Aku tidak yakin, tapi seperti sering." ralat Taehyung, dan mengakhiri perkataannya dengan seulas senyum lebar yang turut membuat Daehyun sedikit menarik lebih lebar sudut bibirnya.

    "Ayo, Ssaem antar pulang."

    Raut wajah Taehyung menunjukkan reaksi keterkejutan ketika Daehyun mengatakan hal tersebut. Buru-buru dia menggeleng, namun hal itu membuat kepalanya menjadi pusing kembali sehingga mengharuskan satu tangannya menetap pada keningnya.

    "Kepalamu masih sakit?"

    Daehyun menurunkan tangan Taehyung yang menutupi keningnya, dan bisa di lihat wajah yang tampak sedikit mengernyit itu kemudian kembali tersenyum lebar.

    "Tidak apa-apa. Aku hanya terlalu cepat menggerakkan kepalaku." ujar Taehyung beralasan dan membuatnya mendapatkan usakan singkat pada bagian belakang kepalanya.

    "Ssaem akan mengantarmu pulang."

    "Ssaem tidak perlu melakukan hal itu. Aku baik-baik saja, aku masih bisa pulang sendiri."

    "Ssaem yang akan mengantarmu." pungkas Daehyun, menjadi keputusan yang tidak bisa lagi di sanggah oleh Taehyung.

    "Masih kuat berjalan?"

    "Ye?"

    Taehyung sedikit tertegun akan pertanyaan yang di lontarkan oleh Daehyun.

    "Jika belum mampu, Ssaem akan menggendongmu."

    "Tidak, tidak. Ssaem tidak perlu melakukannya, aku bisa berjalan sendiri." ujar Taehyung dengan sedikit panik. Dia pun segera berdiri guna menunjukkan pada Daehyun bahwa dia baik-baik saja.

    Daehyun pun kemudian bangkit dari duduknya dan langsung menjatuhkan pandangannya pada Taehyung.

    "Ayo."

    Taehyung mengangguk, dan keduanya pun bergegas meninggalkan Unit Kesehatan. Berjalan menyusuri koridor kosong karna pelajaran terakhir tengah berlangsung, dan kehadiran keduanya setidaknya telah menarik perhatian dari beberapa orang yang tengah melakukan aktivitas belajar mengajar mereka di dalam kelas.
    Tak terkecuali Jimin yang menatapnya dengan tatapan khawatir namun tak mampu berbuat apa-apa, bahkan untuk sekedar memastikan bahwa sahabatnya tersebut berada dalam keadaan yang baik.

    Keduanya pun meninggalkan sekolah lebih awal di bandingkan dengan yang lain. Menyusuri jalan lenggang Seoul dengan sedikit perbincangan ringan yang mengisi keheningan yang sempat melanda, hingga perjalanan singkat keduanya berakhir ketika Daehyun menghentikan mobilnya di depan pagar rumah Taehyung.

    "Aku benar-benar minta maaf. Karna aku, Ssaem harus repot-repot mengantarku."

    "Tidak perlu di pikirkan. Sekarang masuk dan istirahatlah."

    "Ye. Sekali lagi terima kasih."

    Taehyung sekilas menundukkan kepalanya dan segera turun dari mobil, mengitari bagian depan mobil Daehyun hingga menjangkau pagar rumahnya dan mengantarkan kepergian Daehyun.

    "Cepat masuk dan istirahat. Sampai bertemu besok."

    Taehyung mengantarkan kepergian Daehyun dengan seulas senyumnya. Perlahan tapi pasti, tangannya terangkat untuk memberikan lambaian tangan tanda perpisahan ke arah Daehyun. Dan setelah mobil Daehyun terlihat menjauh, dia pun segera membuka pagar rumahnya dan bergegas masuk ke dalam rumah.

    "Eoh, sudah pulang?"

    Sebuah teguran yang datang begitu ia membuka pintu rumah. Dan ekspresi kaget di tunjukkan oleh keduanya ketika mendapati keduanya berada di rumah.

    Taehyung berdiam diri di ambang pintu ketika Seokjin berjalan menghampirinya dan kemudian berdiri di hadapannya.

    "Hyeong di rumah?"

    "Hanya mampir sebentar." ujar Seokjin sembari sekilas mengangkat berkas di tangannya, seakan ingin mengatakan bahwa dia pulang hanya untuk mengambil berkas tersebut.

    "Tumben sekali sudah pulang?"

    Seketika wajah Taehyung memperlihatkan gelagat kepanikan, mencoba mencari alasan tanpa harus berpikir terlalu lama.

    "Kenapa tidak menjawab?"

    "Ah... Itu, tadi Guru yang mengajar di kelasku sedang ada urusan. Jadi dia memulangkan kami lebih awal." ujar Taehyung beralasan. Menolak untuk memberitahukan kebenaran yang terjadi.

    "Begitukah? Ya sudah, kalau begitu cepat ganti bajumu."

    Taehyung mengangguk dan kembali melangkahkan kakinya, namun tepat saat ia melewati Seokjin. Langkahnya terhenti kembali karna teguran sang kakak.

    "Tunggu sebentar."

    Taehyung berbalik dengan tatapan bertanya.

    "Baju siapa yang kau pakai?"

    Taehyung terdiam, tampak sedikit tersentak akan pertanyaan sang kakak. Matanya beberapa kali mengerjap dan ia segera mengepalkan tangannya guna menyembunyikan plester yang masih berada di tangannya karna dia lupa melepaskannya sebelum masuk ke dalam rumah.
    Beruntunglah karna kemeja Daehyun yang kebesaran untuk tubuhnya, sehingga telapak tangannya sedikit tertutupi oleh lengan baju yang sedikit kepanjangan untuk ukuran tangannya tersebut.

    "Kenapa diam?"

    Taehyung segera menggeleng, menyadari bahwa dia sempat melamun.

    "Tadi aku tidak sengaja jatuh dan pakaianku kotor. Jeon Ssaem yang meminjamkan bajunya untukku."

    Mendengar hal itu, Seokjin pun menarik pelan lengan Taehyung untuk sedikit mendekat ke arahnya.

    "Jatuh dimana? Apa kau terluka?"

    "Aku tidak terluka, hanya sedikit terpeleset di lapangan."

    "Kau yakin?" ucap Seokjin dengan pandangan menyelidik yang di angguki oleh Taehyung.

    "Lain kali, kau harus berhati-hati. Jangan sampai kejadian di Gunung Jiri terulang lagi."

    "Hyeong tenang saja... Aku bisa menjaga diriku sendiri." balas Taehyung dengan senyum lebarnya untuk meyakinkan sang kakak agar tak lagi menginterogasinya.

    "Kau ini. Ya sudah, masuk sana. Hyeong akan kembali ke Kantor."

    "Hyeong hati-hati, jangan pulang malam-malam."

    "Aku tahu... Hyeong pergi dulu."

    Taehyung melambaikan tangannya ke arah sang kakak yang berjalan keluar. Dia menutup pintu rumah dan segera bergegas menuju kamarnya, tak ingin melakukan apapun karna dia merasa sedikit lemas setelah pingsan di sekolah tadi. Dan tanpa sempat mengganti bajunya, dia memilih untuk berbaring di ranjang hingga tanpa sadar hal itu justru membuat kesadarannya perlahan memudar dan jatuh terlelap.

Kebenaran Di Musim Gugur

    19:45. Daehyun menapakkan kakinya di Hankuk Medical Center dengan setelan jas casual yang membalut tubuhnya, dan kedatangannya tentu saja menarik perhatian dari beberapa orang yang melihat kedatangannya. Dia sempat saling bertegur sapa dengan beberapa petugas medis, atau hanya sekedar melambaikan tangan dari jauh.

    "Hyeong." sebuah teguran dari arah samping yang kemudian menghentikan langkahnya. Dia menolehkan kepalanya dan mendapati Kihyun yang datang menghampirinya.

    "Kau di sini?" heran Kihyun.

    "Hanya mampir sebentar." jawab Daehyun dengan seulas senyum ramahnya.

    "Apa Direktur memanggil mu?"

    "Tidak, tidak ada yang memanggilku. Aku hanya ada sedikit keperluan di sini."

    "Menjenguk seseorang?" tebak Kihyun.

    "Bukan. Aku ingin pergi ke Laboratorium sekarang."

    Sebelah alis Kihyun terangkat sekilas, merasa ada yang aneh dengan perkataan Daehyun.

    "Apa yang membawa Hyeong pergi ke sana."

    Daehyun merogoh saku celana bahannya dan mengeluarkan botol kaca kecil, di mana berisi sempel darah milik Taehyung yang ia ambil secara diam-diam. Dan kedatangannya kemari adalah untuk memeriksakan darah tersebut ke Laboratorium Rumah Sakit, guna mengetahui kondisi Taehyung yang sebenarnya. Karna jujur, hatinya sedikit resah melihat keadaan Taehyung siang tadi.

    "Milik siapa itu?"

    "Seseorang." jawab Daehyun dengan seulas senyum tipisnya yang perlahan memudar.

    "Bukan milik keluarga Hyeong, kan?"

    "Bukan. Jikapun aku memeriksakan salah satu dari keluargaku, mungkin aku akan memeriksakan di Pengacara itu." ujar Daehyun yang di tujukan sebagai candaan dan mengundang tawa ringan keduanya.

    "Eoh, Daehyun-ssi"

    Sebuah teguran yang mengalihkan perhatian keduanya. Merekapun serempak menoleh ke sumber suara dan mendapati Direktur Ma, pemilik Hankuk Medical Center yang datang menghampirinya mereka. Keduanya pun segera sekilas menundukkan kepala untuk memberi salam pada atasan mereka tersebut.

    "Kau di sini?"

    "Aku hanya mampir sebentar."

    "Ah... Begitu. Aku pikir kau ingin menemuiku." ujar Direktur Ma yang di akhiri senyum lebarnya yang kemudian berbalas senyum tipis dari Daehyun.

    "Tapi kebetulan kau berada di sini. Jika kau memiliki waktu, temanilah aku makan malam."

    Daehyun dan Kihyun sekilas saling bertukar pandang. Bukan rahasia lagi jika Daehyun memang dekat dengan Direktur Ma, tapi ada hal yang lebih penting bagi Daehyun untuk segera di lakukan dari pada menemani atasannya tersebut untuk makan malam.

    "Sebenarnya aku juga ingin melakukannya, tapi..."

    Daehyun sekilas menggaruk keningnya, terlihat begitu ragu. Tak bisa menolak namun tak yakin untuk menerima.

    "Kau memiliki janji?"

    "Bukan begitu, aku hanya..."

    "Biar aku saja yang membawanya." Kihyun menyahuti dan menarik perhatian kedua orang di sekitarnya.

    "Berikan padaku, dan besok aku akan mengirimkannya ke Jusang Highschool."

    "Kau yakin tidak apa-apa?"

    Kihyun mengangguk yakin tanpa merasa terbebani. Lagi pula selain menjadi panutannya, Daehyun sudah seperti kakaknya sendiri meski usia keduanya hanya berselisih beberapa bulan saja.

    "Jika kau memang sibuk, aku tidak akan memaksa. Mungkin lain kali saja." Direktur Ma menyahuti.

    "Ah... Bukan seperti itu. Aku hanya datang untuk memastikan sesuatu." ujar Daehyun dengan senyum canggungnya. Dia pun memberikan sempel darah Taehyung pada Kihyun untuk membawakannya ke Laboratorium.

    "Maaf harus merepotkanmu lagi."

    "Ini hanya masalah kecil. Pergilah."

    Daehyun menjatuhkan pandangannya pada Direktur Ma.

    "Mari." ujarnya dengan tangan kanan yang sedikit terangkat ke udara untuk mempersilahkan Direktur Ma agar berjalan terlebih dulu.

    Keduanya pun pergi bersama-sama meninggalkan Rumah Sakit dengan obrolan ringan yang kerap membuat senyum mereka melebar. Direktur Ma memutuskan untuk menumpang mobil Daehyun meski seorang supir telah menantinya di depan Rumah Sakit.
    Sedangkan Kihyun segera bergegas menuju Laboratorium Rumah Sakit dan menghampiri salah satu petugas wanita di sana.

    "Yeonjoo-ssi..." ujar Kihyun sedikit lantang dan menghentikan langkah seorang Perawat wanita yang bertugas di Laboratorium Rumah Sakit.

    "Seonbaenim, ada apa? Tidak biasanya kau kemari."

    Kihyun menyerahkan sempel darah di tangannya kepada Perawat wanita tersebut sembari berujar, "tolong periksa sempel ini."

    Yeonjoo pun mengambil sempel darah tersebut dari tangan Kihyun. Merasa sedikit aneh karna Kihyun yang membawanya ke sana dan bukannya Perawat.

    "Atas nama siapa?"

    "Daehyun Hyeong."

    Kedua alis Yeonjoo saling bertahutan, merasa tidak asing dengan nama yang telah di sebutkan oleh Kihyun barusan.

    "Daehyun? Jung Daehyun Seonbaenim?"

    "Benar."

    Tampak keterkejutan di wajah Yeonjoo sebelum ia kembali berujar, "ada apa lagi dengannya? Apa terjadi sesuatu?"

    "Tidak, itu bukan miliknya."

    "Lalu?"

    "Pasien istimewa, dia menitipkannya padaku karna Direktur mengajaknya pergi. Pastikan tidak ada kesalahan."

    "Aku tahu... Apa Seonbae meragukanku?"

    Senyum Kihyun seketika melebar dan membuat matanya menyipit.

    "Hanya sekedar mengingatkan, karna itu pasien istimewa dari Dokter yang istimewa pula." ujar Kihyun dengan senyum simpulnya.

    "Hasilnya mungkin akan keluar sekitar tiga jam lagi."

    "Aku akan mengambilnya ketika aku pulang. Aku pergi dulu."

    Setelah berpamitan, Kihyun pun segera bergegas keluar dan kembali pada pekerjaannya sendiri.


Selesai di tulis : 14.10.2019
Di publikasikan : 22.10.2019

   

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro