Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Page 42.

   

    Malam yang kembali menyergap, membawa hawa dingin kembali. Dedaunan yang perlahan menunduk, seakan tengah menyembunyikan diri dari kegelapan. Tengah malam datang, namun aktivitas di bangunan megah itu sama sekali tak surut karna entah berapa orang yang telah keluar-masuk bangunan tersebut.

    Melangkah ke lantai 7, berhenti pada kamar 1003. Di sanalah kedua orang yang masih terjaga di dalam ruangan tersebut dengan kegiatan masing-masing. Namun di bandingkan dengan fokus pada pekerjaannya, Youngjae lebih kerap memperhatikan Daehyun yang tak juga meninggalkan bukunya meski tengah malam kembali menyapa. Seperti malam-malam sebelumnya.

    Tapi ingatkanlah padanya, bahwa Dokter muda tersebut tidur dengan lelap kemarin malam. Dan jangan khawatir karna si Pengacara pun juga mengingatnya dengan baik, oleh sebab itu dia kerap memperhatikan Daehyun dalam diam.

    Dia sekilas melihat jam tangannya dan memutuskan untuk menunggu beberapa menit lagi untuk menegur saudara tirinya tersebut. Kembali fokus pada pekerjaannya yang menumpuk setiap malamnya di saat dia harus menangani kasus yang berbeda dalam waktu bersamaan. Laptop, ponsel dan bahkan kertas-kertas berisikan tulisan sudah menjadi hal yang akrab baginya.

    Hingga waktu yang berlalu dengan cepat. Youngjae baru tersadar dari kesibukannya setelah hampir satu jam lamanya, dan yang membuatnya terganggu adalah sosok Daehyun yang masih tetap terjaga.
    Youngjae menggaruk leher bagian kanannya menggunakan tangan kiri, tampak raut wajahnya yang begitu lelah. Dia pun beranjak dari duduknya dan menghampiri Daehyun.

    Daehyun sedikit tersentak ketika seseorang tiba-tiba merampas buku di tangannya, dan hal itu sontak membuatnya mengangkat pandangannya untuk melihat sosok Youngjae yang tanpa ia sadari sudah berdiri di sampingnya dengan buku yang baru saja ia rampas.

    "Ada apa?"

    "Jam berapa sekarang?"

    Daehyun sekilas mengarahkan pandangannya ke arah jam dinding yang berada di dalam ruangan dan menjawab, "01:15, ada apa? Kau terlihat lelah, sebaiknya kau segera tidur."

    "Kau sudah tahu jam berapa ini, tapi kenapa malah melakukan hal sia-sia seperti ini?"

    "Kau ini bicara apa?"

    "Kau tidak ingin tidur?"

    "Aku belum mengantuk."

    Youngjae sejenak terdiam, memberi jeda dalam percakapan mereka di saat ia sendiri tengah berpikir.

    "Perlukah ku bawakan Hoseok kemari?"

    Dahi Daehyun mengernyit. "Untuk apa?"

    "Kemarin malam kau tidur dengan nyenyak saat adik Kim Seokjin itu tidur di sampingmu. Siapa tahu kau baru bisa tidur jika ada anak kecil di sampingmu."

    "Konyol!" Daehyun tersenyum tak percaya, "berhenti mengada-ngada dan cepat tidur!"

    "Siapa yang mengada-ngada? Apa perlu ku bawakan anak itu lagi baru kau bisa tidur?"

    Daehyun menghela napas pasrahnya. "Berhenti mengurusiku dan sebaiknya kau segera tidur! Aku akan tidur jika sudah waktunya."

    "Lalukan sesukamu." ujar Youngjae dengan sedikit ketus dan memutuskan untuk kembali ke sofa. Dia segera membaringkan tubuhnya di sofa dan mengambil waktu istirahatnya.

    Sedangkan Daehyun yang sempat memperhatikannya pun kemudian mengalihkan pandangannya dengan helaan napas pelan yang keluar dari mulutnya. Tak lagi bisa melakukan apapun, dia memutuskan untuk menyusul Youngjae jatuh ke alam bawah sadarnya.

    Perlahan, kelopak mata itu tertutup. Namun setelah beberapa saat, kelopak mata itu kembali terbuka. Nyatanya memang sangat sulit untuk tidur meski ia tidak memikirkan apapun. Dia ingin tidur, tapi sayangnya setiap kali ia memejamkan matanya, hanya kegelisahan yang ia dapatkan. Tidak ada alasan khusus, karna memang dia tidak tahu alasan kenapa sangat sulit baginya untuk tidur setelah kembali dari Gunung Jiri.

    Perlahan dia mengangkat tangannya dan menempelkannya pada dadanya. Sejenak mengambil napas dalam, guna menenangkan perasaan asing yang terus menganggunya. Sebuah tepukan pelan pun ia daratkan di dadanya.

    "Apa yang sedang ku pikirkan?" sebuah gumaman yang pada akhirnya mengantarkannya untuk melihat sang fajar yang kembali menyingsing hingga tubuhnya yang tak mampu lagi bertahan dan terlelap, di saat semua memulai aktivitas mereka. Seperti hari-hari sebelumnya.

Ikatan yang Kembali Terhubung

    Taehyung terlihat berdiri di halte Bus, berbaur bersama orang-orang asing yang bersiap melakukan aktivitas mereka pagi itu. Seokjin tidak mengantarnya karna pagi-pagi sekali, kakak laki-lakinya itu sudah pergi dari rumah dengan meninggalkan sebuah ponsel baru beserta selembar kertas di meja belajarnya.

    Ya, Taehyung mendapatkan ponsel baru pagi ini. Ponsel yang kini bertengger di tangan kirinya. Dan setelah menunggu beberapa waktu, Bus yang di tunggu telah datang. Tanpa menunggu waktu lebih lama lagi, diapun segera naik dan segera berjalan menuju bangku yang kosong begitupun dengan para penumpang lainnya. Namun keadaan tak begitu ramai sehingga ia duduk seorang diri.

    Perhatiannya teralihkan tak lama setelah Bus berjalan oleh suara nyaring yang berasal dari ponselnya yang hanya berlangsung satu detik, menandakan ada sebuah pesan yang masuk. Dia pun segera melihat layar ponselnya yang menampilkan pemberitahuan bahwa Seokjin telah mengiriminya sebuah pesan. Dia pun segera membuka pesan tersebut.

    "Bagaimana? Kau suka? Jika kau kabur lagi, Hyeong pastikan akan menariknya kembali."

    Sudut bibir Taehyung perlahan terangkat, membuat senyum lebar melukis wajahnya dengan sempurna ketika membaca pesan yang baru di kirimkan oleh sang kakak. Dia pun langsung mengetikkan balasan singkat yang mengatakan bahwa dia mengerti, lagi pula dia bukanlah anak bodoh yang akan mengulangi kesalahan berkali-kali meski sudah tahu resikonya. Dan itu sebabnya dia sudah berpamitan pada Daehyun sebelum pergi, karna dia tidak mungkin kembali ke sana meski menggunakan Jimin sebagai alasan sekalipun.

    "Ponsel baru?"

    Suara familiar yang berada tepat di samping kepalanya. Dia pun perlahan menolehkan kepalanya dan mendapati wajah Jimin yang berada di samping kepalanya. Sejak kapan anak itu di sana?

    "Kenapa kau bisa ada di sini?" heran Taehyung, namun Jimin justru bersikap santai.

    "Setiap pagi aku selalu naik Bus ini, kau saja yang tidak pernah naik Bus. Anak manja."

    Tatapan Taehyung berubah menjadi kesal ketika mendengar kalimat terakhir yang di ucapkan oleh Jimin sebelum pemuda itu beralih duduk di sampingnya.

    "Kemana Seokjin Hyeong?"

    "Dia pergi pagi-pagi sekali."

    Jimin menghadapkan tubuhnya ke arah Taehyung dan memulai sesi interogasinya setelah malam itu telah di buat ketakutan setengah mati tepat di tengah malam.

    "Kemarin lusa, kau pulang jam berapa."

    "Kenapa kau menanyakan hal itu?"

    Tatapan kesal Taehyung seketika berubah menjadi tatapan menyelidik yang di sertai seulas senyum tipis.

    "Aku bertanya, tentu saja karna ingin tahu." ujar Jimin dengan bersemangat.

    "Aku tidak pulang." cetus Taehyung dengan senyum lebarnya dan membuat Jimin tampak tertegun.

    "Kau sudah gila!" gumam Jimin namun penuh penekanan dan langsung mendaratkan pukulan pada lengan kiri Taehyung.

    "Pantas saja Seokjin Hyeong meneleponku waktu itu. Kau tahu? Aku hampir terkena serangan Jantung karna melihat namanya tertulis di layar ponselku saat tengah malam."

    Taehyung menggaruk bagian samping kepalanya dengan senyum canggungnya.

     "Maaf... Aku juga tidak tahu jika akan menginap di sana."

    "Bukannya kau hanya ingin menjenguk, kenapa tiba-tiba menginap?" nada bicara Jimin meninggi, menunjukkan seberapa kesal dirinya kepada rekannya tersebut.

    "Waktu aku datang, Jung Ssaem sedang tidur. Aku menunggunya tapi aku malah ketiduran."

    "Kau selalu banyak alasan, bagaimana jika malam itu aku mengangkat teleponnya? Apa yang harus aku katakan pada Seokjin Hyeong?"

    "Jangan keras-keras! Mereka semua melihat kita." lirih Taehyung, membuat Jimin sejenak mengarahkan pandangannya ke sekeliling dan memang benar bahwa mereka berdua telah menarik perhatian banyak orang. Menyadari hal itupun Jimin segera memelankan suaranya, namun tidak dengan kekesalannya.

    "Lain kali, jangan libatkan aku lagi jika ingin kabur dari rumah." kesal Jimin yang kemudian menghadap ke depan.

    Taehyung merasa tidak enak, tapi bagaimana lagi? Semua sudah terjadi dan lagi pula, Seokjin pun juga tidak lagi marah padanya.

    "Maafkan aku... Lain kali aku tidak akan mengulanginya." bujuk Taehyung, namun sepertinya Jimin terlanjur kesal padanya.

    Dia pun menyandarkan punggungnya dengan helaan napas yang begitu pendek. Sesekali dia melihat ke arah Jimin, namun sepertinya Jimin tak berniat untuk mengajaknya bicara. Tapi ada hal yang baru dia ingat dan sangat ingin ia tanyakan.

    "Jimin-a."

    "Apa?" sahut Jimin tanpa melihat lawan bicaranya.

    "Aku ingin bertanya."

    "Tentang apa?"

    Taehyung terlihat ragu-ragu karna Jimin sama sekali tak melihat ke arahnya. Namun saat ia tak kunjung bicara, saat itu pula Jimin langsung menolehkan kepalanya.

    "Kau jadi bertanya atau tidak?"

    "Ah... Begini... Sebenarnya... Apa wajahku ini sangat mirip dengan wajah Jung Ssaem?"

    Dahi Jimin seketika mengernyit, mendengar pertanyaan yang sedikit tidak masuk akal baginya.

    "Kenapa kau menanyakan hal itu?"

    "Saat aku ke Rumah Sakit, banyak teman-teman Jung Ssaem yang mengira bahwa aku ini adalah adik Jung Ssaem. Mereka bilang wajahku mirip dengan wajah Jung Ssaem. Apa memang mirip?"

    Mata Jimin memicing tajam, mengamati setiap garis wajah Taehyung dan membuat mata Taehyung mengerjap untuk beberapa kali.

    "Apa yang kau lakukan?"

    "Sedikit." gumam Jimin.

    "Apanya yang sedikit?"

    "Sedikit mirip memang, aku saja baru sadar. Kenapa bisa mirip?"

    Perhatian keduanya teralihkan oleh Bus yang perlahan berhenti, dan setelah melihat ke luar. Keduanya menyadari bahwa mereka telah sampai di halte dekat sekolah mereka.
    Merekapun segera turun dari Bus dan bergegas menuju bangunan sekolah mereka. Meninggalkan obrolan yang baru saja mereka lakukan di dalam Bus dan menggantinya dengan topik yang biasa mereka bahas setiap hari sebelum jam pelajaran di mulai.

    Tak banyak hal yang terjadi, bahkan tak ada hari yang istimewa. Mereka hanya belajar, bercanda dan membicarakan tentang pelajaran seperti hari-hari sebelumnya. Dan di saat jam istirahat, Taehyung meninggalkan Jimin ke kamar mandi atau lebih tepatnya Jimin lah yang meninggalkannya untuk bergabung bersama Tim Basket sekolah.

    Taehyung mencuci tangannya di hadapan kaca besar yang memantulkan bayangannya, dan setelah selesai. Dia hendak berjalan keluar, namun langkahnya terhenti ketika ia mendapati pantulan dirinya yang berada pada cermin.
    Dia sejenak memperhatikan wajahnya sendiri. Mencoba mencari kemiripan yang di sebutkan orang-orang yang ia temui di Rumah Sakit, bahkan tadi pagi Jimin juga mengatakan bahwa dia sedikit mirip dengan Daehyun.

    Taehyung memegang wajahnya sendiri dan bergumam, "memangnya benar-benar mirip, ya?"

    "Apa yang kau lakukan?" tegur seseorang dari arah belakang. Dia bisa melihat sosok Sungjae dari cermin yang berjalan mendekatinya.

    Dia menjatuhkan pandangannya pada Sungjae yang tengah mencuci tangan di sebelahnya dengan pandangan yang terarah pada kaca.

    "Kenapa melihatku seperti itu? Aku tahu aku tampan. Tapi maaf, aku masih normal."

    "Ck, bicara apa kau ini? Itu tidak lucu!"

    Sungjae mengendikkan bahunya acuh dan segera menegakkan tubuhnya. Dia hendak berjalan keluar sebelum Taehyung menegurnya.

    "Tunggu dulu."

    "Kenapa?"

    "Aku ingin bertanya."

    "Bertanya apa?"

    "Coba kau perhatikan, apa wajahku mirip dengan Jung Ssaem?"

    Sebelah alis Sungjae terangkat, menunjukkan reaksi keheranannya.

    "Kenapa kau ingin aku melakukan hal konyol seperti itu?"

    "Sebentar saja... Hanya melihat dan setelah itu kau boleh pergi."

    Sungjae kemudian mendekati Taehyung dan sedikit mencondongkan tubuhnya. Melihat wajah Taehyung dengan seksama dengan wajah yang semakin mendekat ke wajah Taehyung, dan saat itu juga jari telunjuk Taehyung segera menahan kepalanya.

    "Tidak harus sedekat itu."

    Sungjae menyingkirkan tangan Taehyung dan menegakkan tubuhnya dengan anggukan ringan.

    "Bagaimana?"

    Tak ada jawaban yang pasti. Sungjae hanya mengangguk-anggukkan kepalanya dan berjalan pergi, menyisakan keheranan di raut wajah Taehyung.

    "Ya! Bicara yang benar." lantang Taehyung, namun Sungjae dengan cepat menghilang dari pandangannya dan membuatnya mendengus sebal.

    "Untung dia bukan temanku." gerutu Taehyung.

    "Sangat mirip."

    "Aish!!!!" pekik Taehyung kaget ketika kepala Sungjae tiba-tiba muncul dari celah pintu. Namun setelahnya dia kembali menghilang, menyisakan kekesalan yang makin bertambah di wajah Taehyung.

    "Ya!!!"

  


Selesai di tulis : 12.10.2019
Di publikasikan : 12.10.2019

   

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro