Page 36.
Dahi Daehyun mengernyit, menunjukkan bahwa ia yang kembali mendapatkan kesadarannya. Kelopak mata itu perlahan terbuka dan hanya kekesalan yang yang kembali menghampirinya saat ia terbangun, mengingat alasan kenapa ia bisa tidur sepanjang itu dan bahkan mungkin tidurnya kali ini lebih panjang dari sebelumnya.
Dia mengucek matanya dan menggerakkan tangan kirinya untuk mencari keberadaan kacamata miliknya yang sudah pasti berada di atas nakas. Dia memakai kacamatanya dan sedikit tersentak ketika tangan kirinya menyentuh kepala seseorang. Dia pun segera menolehkan kepalanya ke arah kiri dan menjatuhkan pandangan pada sosok Taehyung yang tertidur dengan kepala yang berada di sisi ranjang dan tangan kiri sebagai bantal.
Dahi Daehyun semakin mengernyit dan sempat beberapa kali mengerjapkan matanya, merasa heran karna tiba-tiba melihat penampakan Taehyung di sana. Mungkinkah dia bermimpi atau sedang berhalusinasi, padahal yang berada di sampingnya adalah Hoseok?
Dia kemudian menggerakkan tangannya untuk menyentuh kelapa Taehyung dan sedikit menyingkap helaian rambut yang menutupi matanya, dan seketika senyum itu mengembang dengan sempurna ketika ia benar-benar yakin bahwa dia tidak sedang berhalusinasi. Dan pemuda yang berada di sampingnya kini memanglah Kim Taehyung.
"Bagaimana kau bisa ada di sini?" gumamnya sembari menarik tangannya dan menaruhnya di atas perut.
Dia kemudian menghembuskan napasnya dengan pelan, entah kemana perginya kekesalan yang sebelumnya ia rasakan. Dia mengarahkan pandangannya ke jendela yang tertutup oleh gorden tipis, dan dari sana ia bisa melihat langit Seoul yang sudah menggelap. Dia pun kembali menjatuhkan pandangannya pada Taehyung.
"Dia pasti sudah lama di sini. Tanganmu pasti belum sembuh, kenapa harus tidur seperti itu?" monolognya dengan suara yang pelan seakan ia tak ingin menggangu tidur Taehyung. Namun dia merasa khawatir dengan kondisi tangan pemuda tersebut yang tidur dengan posisi seperti itu. Namun dia tidak bisa berbuat apa-apa, karna pergerakannya sendiri pun juga sangat terbatas.
Namun sepertinya Tuhan mendengar kekhawatirannya, karna setelahnya pintu ruangannya terbuka dari luar dan menampakkan raut keheranan Youngjae ketika ia mendapati punggung pemuda asing yang sudah di pastikan bukan Hoseok. Karna Hoseok sendiri sudah tidur di rumah dan lagi pula seragam yang Taehyung kenakan, berbeda dengan seragam milik Hoseok.
Dia pun bergegas masuk dan menutup pintu dengan pelan namun tidak terlalu menampakkan diri dan lebih memilih datang dengan sikap acuhnya. Dia berjalan menghampiri keduanya dan berhenti di samping kanan Daehyun dengan pandangan yang langsung terjatuh pada Taehyung.
"Anak siapa ini?" ujarnya dengan nada bicara yang acuh, namun terdengar sedikit pelan dari standar berbicaranya selama ini.
"Bukan 'Anak siapa ini?' tapi 'Siapa anak ini?' perbaiki tata bahasa mu." tegur Daehyun di saat Youngjae membalik perkataannya dan membuatnya memiliki makna yang berbeda.
"Apa bedanya?" acuh Youngjae namun dengan nada bicara yang masih terkendali, karna meski dia sering bertingkah bar-bar. Dia juga memiliki kesopanan.
"Jika kau membalik kata nya, maknanya akan berbeda."
"Terserah kau saja, tapi dari mana anak ini datang? Ini sudah puku sembilan malam, harusnya dia sudah pulang ke rumah."
"Entahlah. Saat aku bangun, dia sudah ada di sini."
"Siapa dia?"
"Kim Taehyung, murid yang jatuh dengan ku. Putra bungsu dari pemilik Perusahaan Global Nation Group."
"Benarkah? Anak ini?" seru Youngjae dengan mata yang sekilas melebar, menampakkan rasa tidak percayanya.
Youngjae kemudian berjalan memutari ranjang hingga berhenti tepat di samping Taehyung. Dia sedikit mencondongkan tubuhnya dengan mata yang semakin memicing tajam, guna melihat bagaimana wajah putra bungsu dari pemilik Perusahaan Global Nation Group yang terkenal itu.
Namun guratan yang tiba-tiba muncul di dahinya, menunjukkan bahwa dia menemukan sesuatu yang sedikit tidak masuk akan baginya.
"Apa yang kau lakukan?"
Teguran yang datang dari Dokter muda tersebut yang kemudian membuatnya kembali menegakkan tubuhnya, di iringi oleh tawa sinisnya yang terlihat tidak percaya. Dengan tatapan sinis yang terjatuh pada Daehyun, ia pun berkata, "Dia adik Kim Seokjin, tapi kenapa wajahnya malah mirip dengan mu?"
"Hati-hati jika berbicara."
Sebuah peringatan yang nyatanya tak membuat gentar si Pengacara muda yang justru mengabaikan ucapan Daehyun barusan.
"Kau mau membantuku?"
"Berapa bayaran yang akan ku terima setelahnya?" pertanyaan santai yang terucap sebagai jawaban akan pertanyaannya, membuat Daehyun menghembuskan napas pasrahnya. Tidak bisakah sehari saja, Pengacara itu tidak membahas tentang uang?
"Pindahkan anak itu kemari!" ujarnya kemudian dan bermaksud menyuruh Youngjae untuk memindahkan Taehyung ke sampingnya.
"Untuk apa?"
"Tangannya terluka. Jika dia tidur seperti itu, akan berbahaya untuk tangannya."
"Dia yang tidur, kenapa kau yang repot? Jika dia sudah mengantuk, harusnya dia segera pulang dan bukannya malah tidur di sini."
Daehyun menatap dengan raut wajah datarnya meski ia sedang mencoba meredam kemarahan nya. Jika punggungnya sedang tidak sakit, dia juga tidak akan meminta bantuan.
"Apa salahnya membantu? Kau tidak tahu dia masih kecil?"
"Kecil apanya? Dia sepantaran dengan adik mu. Bahkan tinggi Hoseok sudah hampir menyamai ku."
"Tidak ada hubungannya dengan tinggi badan. Berhenti bicara dan pindahkan dia, apa berbicara seharian belum cukup untuk mu?"
Pintu ruangan yang tiba-tiba terbuka dari luar, kemudian mengalihkan perhatian keduanya dan seketika membuat seseorang yang baru saja membuka pintu sempat menghentikan langkahnya di ambang pintu.
Tersenyum canggung pada si Pengacara. Lee Jooheon sekilas merendahkan tubuhnya dan segera masuk ke dalam ruangan tersebut. Menutup pintu dan bergegas bergabung bersama dua orang dewasa dan satu anak di bawah umur yang secara mengejutkan, masih berada di sana.
"Annyeonghasseo... Kau sudah di sini rupanya." sapanya terhadap si Pengacara yang bahkan tak memberi respon. Namun dia sendiri pun juga tak perduli dan segera menjatuhkan pandangannya pada sosok pemuda yang tertidur di sisi ranjang.
"Eoh, masih di sini?"
"Kapan dia datang?" Daehyun berkata masih dengan nada bicara yang tenang seperti sebelumnya.
"Dia datang sore tadi. Aku pikir dia sudah pulang."
"Orang tuanya sudah pasti menunggunya. Bangunkan saja, dan antar dia pulang." si Pengacara kembali bersuara.
"Dia mengatakan bahwa sudah mendapatkan izin dari orang tuanya. Aku rasa dia memang berniat untuk menginap." si Dokter bermata sipit menyahuti.
"Ya sudah. Tolong baringkan dia di sini." Ujar Daehyun dan sedikit bergeser ke kanan. Memberi sedikit tempat di samping kirinya, mengingat tangan kanannya yang tengah di infus. Namun dia sedikit mengernyit ketika membuat gerakan yang salah, dan saat itu pula Youngjae bereaksi.
Si Pengacara langsung mendekatinya dan menahan bahu serta punggung Daehyun. Bisa di lihat guratan khawatir yang sekilas terlihat di wajahnya.
"Kau sudah bosan hidup? Berhenti sok kuat! Dasar lemah." ketus Youngjae namun tetap membantu Daehyun setelahnya.
Jooheon pun kemudian mengangkat tubuh Taehyung dengan hati-hati.
"Hati-hati dengan tangannya." Daehyun memperingatkan, dan dengan mudahnya Jooheon mengangkat tubuh Taehyung.
"Ya ampun, kenapa dia begitu ringan. Berapa usianya?" gumam Jooheon dan menaruh Taehyung di samping Daehyun. Namun sesuatu yang mengejutkan terjadi. Tepat ketika Jooheon telah membaringkan Taehyung, pemuda itu tiba-tiba memukul bahu Jooheon dengan keras.
"Jangan menganggu ku. Menyebalkan!" maki Taehyung dengan mata yang menutup rapat dan membuat ketiga orang dewasa di sekitarnya menatapnya dengan heran. Dan tepat setelah Jooheon melepaskannya, dia langsung memunggungi Jooheon dengan tangan kiri yang jatuh pada perut Daehyun.
Dia kembali memaki. Namun lebih terdengar seperti sebuah gumaman, "Aku hanya ingin menjenguk Jung Ssaem. Kenapa tidak boleh?"
"Apa dia sedang mengingau?" ujar Jooheon dengan raut wajah yang terlihat kaget. Dan setelahnya tak ada pergerakan lagi yang di tunjukkan oleh Taehyung.
"Tolong perbaiki posisi tangannya."
Kali ini Youngjae yang turun tangan dan segera membenahi posisi tangan Taehyung. Dia melepas ikatan kain yang mengalung di leher Taehyung dengan hati-hati, dan hal itu membuat Daehyun tertarik untuk memperhatikannya. Memikirkan bahwa si Pengacara arogan itu tampaknya sedang dalam mode malaikat penjaga tidur.
"Berhenti melihat ku seperti itu, atau akan ku congkel mata mu."
Perkataan dingin yang membuat Daehyun menarik sekilas sudut bibirnya, sebelum akhirnya menjatuhkan pandangan pada Taehyung. Dan menarik perhatian dari dua orang lainnya.
"Hyeong." tegur si Dokter bermata sipit, "Kau yakin dia bukan adik mu?"
Pertanyaan yang langsung menyita perhatian kedua orang di hadapan nya. Menatapnya seakan-akan bahwa dia adalah seorang tersangka.
"Berhenti bicara yang aneh-aneh dan cepat pergi jika urusan mu sudah selesai."
Si Pengacara tiba-tiba menyahuti, "Aku pikir juga begitu."
"Benarkan? Apa ku bilang, wajah anak ini benar-benar mirip dengan mu. Aku saja sempat berpikir kalau dia Jung Hoseok, adik mu ketika pertama kali melihatnya." ujar Jooheon dengan penuh semangat namun seperti orang yang sedang berbisik.
"Bicara apa kalian ini? Cepat pergi dan biarkan aku istirahat."
"Kau baru bangun, kau yakin ingin tidur lagi." sinis Youngjae.
Daehyun menghela napasnya dan memutar bola matanya malas. Memang benar, dia tidak mungkin bisa tidur setelah tidur cukup lama sebelumnya. Tapi mendengar Youngjae dan Jooheon berbicara saling bersahutan, benar-benar membuat kepalanya pusing.
"Kalau begitu. Kau pergilah, mata sipit." ujarnya dengan malas dan di tujukan kepada Lee Jooheon.
"Meski mata ku sipit, aku masih bisa melihat jerawat kecil di wajah mu itu." acuh Jooheon dan berjalan memutari ranjang. Sedangkan Daehyun, meraba wajah nya guna menemukan jerawat yang di maksud oleh Jooheon.
Youngjae yang saat itu sedang berbaik hati pun dengan suka rela menggunakan jari telunjuknya untuk memberitahu dimana letak jerawat yang sedang di cari oleh saudara tirinya tersebut. Namun nyatanya jarinya lebih berat dari yang terlihat.
Dia menekan pipi Daehyun dan membuat sang pemilik memekik pelan lalu dengan segera menyingkirkan tangannya.
"Kau sudah tidak waras!"
Youngjae mengacuhkannya dan segera berjalan menuju sofa. Bersamaan dengan itu, Jooheon selesai mengganti infus dan sekali lagi menjatuhkan pandangannya pada sosok kecil di samping Daehyun.
Dia menggeleng sembari bergumam, "benar-benar mirip."
Seketika tatapan tajam Daehyun terarah padanya. "Keluar! Aku lebih suka jika Kihyun yang berada di sini."
"Jangan bermimpi, eoh! Kihyun Hyeong adalah orang yang sibuk." ujar Jooheon seakan tengah mencibir Daehyun sebelum pandangannya yang kembali terjatuh pada Taehyung.
"Apa yang salah dengannya? Berhenti memperhatikannya dan segera pergi dari sini."
"Ck, Hyeong ini... Aku heran saja, anak seusianya kenapa tubuhnya sangat ringan? Sepertinya dia tidak pernah makan."
"Hanya diam dan pergi, jangan bicara lagi."
"Dasar!" gumam Jooheon yang kemudian pergi.
Dan setelahnya, tinggallah tiga orang di sana dengan kesibukan masing-masing. Youngjae yang duduk di sofa dan tengah sibuk dengan laptopnya, Taehyung yang tidur dan Daehyun yang memperhatikan kedua orang yang berada di sekitarnya.
Dia kerap memperhatikan Youngjae. Merasa prihatin namun jika ia menyuruhnya pulang, sudah pasti Youngjae akan berbalik memarahi nya.
Dan setelah hampir dua jam mata itu terbuka, pada akhirnya Youngjae mendapati mata itu kembali tertutup. Meninggalkan pekerjaannya sejenak, dia beranjak dan menghampiri Daehyun.
Berhenti di samping Daehyun dan melihat kedua orang yang tengah terlelap di hadapannya. Sedikit merasa heran, karna di malam-malam sebelumnya Daehyun tidak akan tidur sebelum fajar. Dan sekarang dia tidur dengan begitu mudahnya.
Tangannya terangkat dan melepaskan kacamata Daehyun dengan hati-hati yang kemudian ia taruh di atas nakas. Membenahi selimut sebelum kembali ke tempat semula dan menekuni pekerjaannya hingga ia tertidur di sofa dengan layar laptop yang masih menyala dan juga ponsel di atas meja yang sesekali berkedip, menandakan adanya panggilan masuk. Namun malam yang tenang tersebut tak mampu mengusik ketiganya yang tengah berada di alam bawah sadar mereka di bawah naungan kegelapan malam.
Selesai di tulis : 04.10.2019
Di publikasikan : 12.10.2019
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro