Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Page 29.

Malam yang semakin larut, udara dingin pegunungan yang mulai merapat menyusup ke dalam kain yang membalut tubuh yang meringkuk dalam kegelapan. Perlahan kesadaran Taehyung mulai kembali sedikit demi sedikit dan saat itu pula, rasa sakit di sekujur tubuhnya lah hal pertama yang ia rasakan dan hal itu pula yang membatasi pergerakan nya.

"Kau sudah bangun?" Sebuah gumaman yang berasal tepat di atas nya.

Dengan wajah yang mengernyit kesakitan, perlahan dia mendongakkan kepalanya dan samar-samar bisa melihat wajah Daehyun yang terbaring berhadapan dengan nya.

"S-saem." Lirihnya meski berniat untuk berbicara dengan lantang, namun sepertinya rasa sakit yang mengambil alih tubuhnya tak membiarkan nya untuk bersuara lebih keras lagi.

"Kau baik-baik saja?" Lagi, Daehyun kembali bergumam untuk memastikan keadaan murid didik nya tersebut, karna dia sudah tersadar sejak beberapa menit yang lalu namun tak bisa berbuat apa-apa ketika ia tak bisa menggerakkan punggungnya yang terasa remuk akibat menghantam pohon yang kini berada di belakang punggung nya.

"Ini dimana?"

"Kita jatuh ke lereng, kau tidak mengingatnya?"

Taehyung terdiam sejenak dan ingatan nya kembali mengulang adegan terakhir sebelum ia tak sadarkan diri, dia ingat bahwa dia berlari dan tersandung sebelum akhirnya jatuh ke lereng bersama dengan Gurunya tersebut.

"Maaf." Gumamnya penuh penyesalan dengan wajah yang sedikit menunduk. "Jika aku tidak ceroboh pasti tidak akan begini."

"Tidak masalah, apa kau terluka?"

Taehyung perlahan mencoba untuk bangkit, namun bukan hanya bagian kepala yang menjadi pusat rasa sakitnya, melainkan juga sikunya yang sepertinya mengalami cedera. Namun dia berusaha untuk bangkit meski sembari menahan sakit dan dengan tangan kiri yang menahan tangan kanan nya.

"Tidak buruk, sepertinya tangan ku cedera." Ujarnya dengan suara yang lebih jelas ketika ia mulai mampu beradaptasi dengan rasa sakitnya, lagi pula dia juga tidak sadar bahwa darah yang keluar dari area kepalanya sudah mengering karna keadaan yang begitu gelap.

"Yang lain tidak ada?"

"Kepala ku sakit, mungkin terbentur sesuatu. Bagaimana dengan Ssaem? Apa Ssaem terluka?"

"Sedikit."

Taehyung mengarahkan tangan kirinya untuk menyentuh bagian kepalanya yang terasa sakit dan tersentak ketika ia tak sengaja memegang bagian lukanya.
Dengan wajah yang mengernyit, dia mengarahkan pandangan ke sekeliling dan pandangan nya hanya mampu menjangkau pepohonan dan juga dedaunan yang terkadang bergerak, entah itu karna angin atau karna ada hewan malam yang bersinggah di sana. Dan saat itulah sisi kekanak-kanakan nya muncul ke permukaan.

Terdapat perasaan takut ketika hanya ada kegelapan yang ia lihat, di tambah suara-suara hewan yang begitu asing di telinga nya. Dia pun mengembalikan perhatian nya pada Daehyun meski ia tidak bisa melihat dengan jelas bagaimana wajah Daehyun saat ini.
Perlahan tangan kirinya meraba-raba dan berhasil mendapatkan lengan Daehyun.

"S-saem, bisa kita pergi dari sini?"

"Wae? Kau takut?"

"Di sini sangat gelap."

"Ssaem tidak bisa."

Sebuah jawaban yang terdengar begitu pasrah yang membuat Taehyung terheran. "Kenapa? Apa Ssaem terluka?"

"Tidak... Ssaem hanya belum bisa bisa bergerak."

"Itu berarti Ssaem sedang terluka." Ujar Taehyung dengan tak sabaran dan mendapatkan tawa kecil dari Daehyun, meski di dengar dari suaranya pun dia seperti tak memiliki niatan untuk tertawa.

"Apa lukanya parah?"

"Tidak apa-apa, tidak ada yang perlu di cemaskan."

"Apa yang harus ku lakukan?" Keluh Taehyung seakan tengah merutuki kebodohan nya sendiri yang begitu ceroboh.

"Ponsel ku juga menghilang, Ssaem memiliki ponsel?"

"Ponsel Ssaem terlempar saat jatuh tadi."

Taehyung menghela napasnya yang terdengar begitu frustasi, apa yang harus ia lakukan sekarang. Meninggalkan Daehyun dan mencari bantuan mungkin saja bisa ia lakukan, tapi masalah perasaan takut itu lebih besar dari pada tekadnya.

"Kita tunggu, sampai ada orang yang mencari kita. Atau jika masih belum ada yang mencari, kita tentukan apa yang akan kita lakukan besok pagi."

"Jadi kita akan bermalam di sini sekarang?"

"Ssaem tidak bisa pergi, Ssaem juga tidak bisa membiarkan mu pergi sendiri. Kemarilah! Semua akan baik-baik saja, percayalah."

Taehyung sekali lagi melihat ke sekeliling sebelum akhirnya kembali berbaring karna memang kepalanya masih sangat berat. Dia sedikit tersentak ketika mendengar sesuatu seperti menginjak ranting pohon, dan hal itu membuatnya refleks merapatkan diri ke arah Daehyun dengan satu tangan yang tidak terluka menggenggam kemeja Daehyun dan tatapan yang begitu was-was.

"Ssaem, bagaimana jika ada hewan buas yang tiba-tiba datang?" Ujarnya dengan nada berbisik.

"Berhenti berpikir sejauh itu, tetap diam di tempat dan semua akan baik-baik saja."

"Tapi di sini sangat menakutkan..." Rengek nya dan lagi membuat Daehyun terkekeh pelan sebelum akhirnya menjatuhkan telapak tangan nya pada bagian belakang kepala Taehyung.

"Tidak ada yang menakutkan di sini. Coba kau lihat, bukankah itu pemandangan alam yang bagus."

Taehyung kemudian merubah posisinya yang sebelumnya miring menghadap Daehyun, kini menghadap ke atas untuk bisa melihat apa yang di maksud oleh Daehyun dan bisa di lihat olehnya rembulan yang terkadang menghilang di balik dedaunan.

"Bukankah ini seperti yang ada di kisah manusia serigala?" Cetus Taehyung.

"Kau pernah membaca cerita yang seperti itu?"

"Tidak benar-benar membaca, hanya sekedar tahu. Bagaimana jika ada serigala yang tiba-tiba datang kemari?" Dia segera mengembalikan pandangan pada Daehyun tanpa merubah posisinya.

"Tidak ada manusia serigala di sini, Ssaem bilang berhenti berpikir sampai sejauh itu."

Taehyung menghembuskan napasnya dan mengembalikan pandangan pada rembulan yang setidaknya mampu memberikan nya sedikit cahaya.

"Tahun ini adalah tahun kesialan ku." Gumamnya, namun masih bisa di dengar oleh Daehyun.

"Kenapa begitu?"

"Pertama, aku sakit saat mengikuti Study Tour. Kedua, di hari ulang tahun ku aku harus jatuh ke lereng. Bukankah itu bisa di sebut sebagai kesialan?"

Daehyun terdiam sejenak mendengar perkataan Taehyung yang membuatnya mampu mengingat sesuatu selain bertahan sampai esok pagi. Dia baru ingat bahwa hari ini harusnya dia sudah mengatakan selamat ulang tahun kepada adik nya, namun bukan nya berada di Seoul dia justru terjebak di Gunung Jiri. Di tambah lagi, di lihat dari posisi bulan saat ini, sepertinya hari akan segera berganti.

"Ssaem, Ssaem tidak tidurkan?" Teguran yang membuat Daehyun tersadar akan lamunan nya.

"Tidak, ada apa?"

"Jika tidak, kenapa tidak menjawab?"

"Ssaem sedang berpikir."

"Berpikir bagaimana cara untuk keluar dari sini?"

"Bukan."

"Lalu?"

"Bukankah hari ini adalah hari ulang tahun mu?"

"Benar, harusnya hari ini aku menerima hadiah dari kakak ku."

Perkataan bernada kecewa yang keluar begitu saja dari mulutnya, berharap bahwa semua ini hanya mimpi dan setelah terbangun, dia akan langsung memeluk kakaknya setelah mendapatkan hadiah. Namun sayang nya semua terlalu nyata untuk di anggap sebagai mimpi.

"Kalau begitu. Selamat ulang tahun, Kim Taehyung."

Taehyung sekilas melihat ke arah Daehyun. "Bukankah hari ini adik Ssaem juga berulang tahun? Jung Hoseok-ssi."

"Benar, Ssaem tidak bsia mengucapkan selamat ulang tahun di hari ulang tahun nya. Anggap saja Ssaem mengucapkan nya melalui dirimu."

Sejenak Taehyung terdiam dan tanpa ia sadari bahwa ia telah terbiasa dengan rasa sakit yang sempat menyerang tubuhnya.

"Jika adik Ssaem berulang tahun, apa yang selalu Ssaem lakukan saat itu?"

"Ssaem akan menyanyikan nya sebuah lagu."

"Bukankah semua orang juga melakukan nya?"

"Kau benar, karna ulang tahun tidak akan lengkap tanpa sebuah lagu."

"Bulan nya sudah sangat tinggi, hari pasti akan segera berganti."

"Ingin Ssaem menyanyikan sebuah lagu?" Tawar Daehyun yang seakan mampu membaca pikiran Taehyung.

"Tidak, Ssaem kan sedang terluka."

"Yang terluka adalah punggung Ssaem, bukan nya mulut. Ssaem akan menyanyikan sebuah lagu, dan karna ulang tahun kalian bersamaan maka anggap saja Ssaem menyanyikan nya untuk kalian berdua."

Taehyung tak merespon dan setelah hening sempat melanda beberapa detik, sebuah suara merdu menyapa pendengaran Taehyung yang menciptakan sedikit kedamaian yang perlahan mengusir ketakutan nya.

"Sangat bahagia dirimu, seseorang yang disampingku."

"Aku telah menunggu untuk hari ini, hari ulang tahunmu."

"Senyumu saat melihat ke arahku oh, sangat-sangat menyilaukan."

"Aku ingin memilih beberapa bintang untukmu."

"Happy birthday to you...
Cintakku yang cantik."

"Baby, only for you...
Karena kau ada disini, itu membuatku senang."

"Happy birthday to you...
Selalu seperti hari ini, selamanya."

"Baby, Only for you....
Sayang, hanya untukmu ."

"Kita akan selalu bersama."
Kutipan lagu BAP : Happy Birthday (Video di atas)

Hening. Beberapa detik setelah nyanyian Daehyun berakhir, hanya ada keheningan yang menyelimuti keduanya dan hal itu membuat Daehyun berpikir bahwa Taehyung telah tertidur. Namun dugaan nya salah karna setelahnya Taehyung kembali berucap.

"Ssaem, aku bukan pacar Ssaem. Kenapa menyanyikan lagu seperti itu?" Ujar Taehyung sembari tersenyum geli.

"Ssaem tidak tahu lagu ulang tahun yang di peruntukkan untuk seorang teman, setiap tahun Ssaem selalu menyanyikan nya di hari ulang tahun Hoseok."

"Hoseok-ssi... Pasti sangat beruntung."

"Kenapa begitu?"

"Karna memiliki kakak seperti, Ssaem."

Sudut bibir Daehyun terangkat membentuk seulas senyum tipis. "Seokjin-ssi juga pasti sangat beruntung karna memiliki adik seperti mu."

Taehyung segera mengarahkan pandangan pada Daehyun dengan tatapan bertanya. "Dari mana Ssaem tahu nama kakak ku?"

"Kakak mu sangat terkenal di sekolah, jadi akan sangat mudah untuk mengetahuinya."

"Aku tidak tahu jika dia populer, dia hanyalah pria tua yang begitu cerewet."

Pernyataan yang membuat Daehyun kembali tertawa ringan, karna dalam urusan kecerewetan diapun juga memiliki Yoo Youngjae yang tidak bisa diam sebentar saja ketika mereka bersama.

"Ssaem terluka, tapi kenapa masih bisa tertawa?"

"Karna kau sangat lucu."

"Aku tidak sedang membuat lelucon."

Taehyung kemudian kembali memiringkan tubuhnya menghadap Daehyun.

"Ssaem." Panggil nya kemudian.

"Aku mengantuk."

"Jika begitu, tidurlah."

"Aku akan tidur tapi jangan tinggalkan aku."

"Tidak akan, Ssaem akan tetap di sini sampai kau bangun. Sekarang tidurlah."

Tak lagi merespon, namun perlahan dia merapatkan tubuhnya pada Daehyun dengan gerakan yang tampak ragu-ragu hingga wajahnya menyentuh kemeja yang di kenakan oleh Daehyun.

"Begini, apa boleh?" Ujarnya yang terdengar takut-takut, namun keraguan nya tersingkirkan setelah Daehyun mendaratkan tangan nya pada punggung nya.

"Tidurlah!" Ujarnya dan setelahnya Taehyung mencoba memejamkan matanya meski akan sangat sulit baginya untuk menghilangkan kesadaran nya di tempat yang tidak layak seperti itu. Namun dia tak di beri pilihan lain dan malam yang semakin larut menuntunnya kehilangan kesadaran nya dalam rengkuhan hangat seorang kakak.


Seoul. 23:00

Seokjin masih terlihat berkeliaran di Stasiun meski kereta terakhir sudah datang beberapa waktu yang lalu, dia tetap berada di sana dengan raut wajah yang begitu gusar. Bahkan sudah berkali-kali dia memastikan ke bagian Informasi dan tetap saja, mereka mengatakan bahwa kereta sebelumnya adalah kereta terakhir.
Kekhawatiran nya semakin menjadi ketika tak ada satupun Guru Taehyung yang menjawab panggilan, wajar saja karna mungkin mereka menggunakan mode senyap pada ponsel mereka agar tak mengganggu istirahat mereka.

Dan setelah sempat berjalan mondar-mandir di Stasiun, pada akhirnya dengan tak relanya dia meninggalkan Stasiun dan berusaha mengisi pikiran nya dengan hal-hal positif meski tetap saja lebih banyak pikiran negatif yang menghampiri nya.
Mungkin saja mereka terlambat dan kepulangan mereka di tunda sampai esok pagi, dan sampai esok pagi tiba dia hanya bisa berharap entah ia bisa tidur atau tidak malam ini karna si bungsu tak pernah lagi menerima panggilan nya setelah panggilan terakhir yang mereka lakukan pagi tadi.

Di sisi lain, si Pengacara Yoo yang tampak masih terjaga di dalam kamarnya sekilas melihat jam tangan yang masih melingkar di pergelangan tangan nya. Ada perasaan kesal sekaligus khawatir akan Daehyun yang tidak juga sampai di rumah, karna informasi yang ia terima sebelumnya bahwa saudara tirinya tersebut seharusnya sudah sampai di Seoul pukul sembilan tadi. Namun hingga tengah malam, belum ada tanda-tanda bahwa ia akan pulang.

Menutup berkas yang sedari tadi menyita perhatian nya, dia pun menaruhnya di atas nakas tepat di samping ranjang sebelum berjalan keluar kamar dan beralih ke kamar si bungsu yang tampak sudah terlelap.
Youngjae masuk ke dalam kamar Hoseok tanpa menutup pintu terlebih dulu, dia segera menghampiri Hoseok dan berdiri tepat di samping ranjang.
Memperhatikan pemuda Jung itu yang terlelap dengan ponsel yang berada dalam genggaman nya.

Melihat hal itu pun, Youngjae mengambil ponsel tersebut dengan hati-hati dan sekilas melihat ke arah layar ponsel yang gelap sebelum menaruhnya di atas nakas dan beralih membenahi selimut si bungsu.

"Tidak biasanya kau mengecewakan adik mu ini, Jung Daehyun-ssi. Jika kau tahu bahwa dia menunggu mu, kau pasti akan menyesal." Gumamnya yang kemudian beranjak meninggalkan kamar Hoseok dan menutup pintu dari luar.


Selesai di tulis : 12.08.2019
Di publikasikan: 24.08.2019

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro