Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Page 26.

Lewat tengah hari, nyatanya perkataan Sungjae bagaikan sebuah kutukan yang benar-benar terjadi pada Taehyung. Karna di saat teman-teman satu angkatan nya tengah melakukan kegiatan mereka, dia sendiri justru harus terkurung di dalam klinik tersebut, meski dia tidak bisa membohongi dirinya sendiri bahwa tubuhnya masih sedikit lemas. Namun keinginan nya untuk keluar dari sana lebih besar dari apapun.

Sungguh, dia bukanlah orang yang bisa berdiam lama di Rumah Sakit. Meski itu hanya sebuah klinik namun tak ada bedanya baginya, karna keduanya sama-sama tempat untuk menampung orang sakit. Dan karna penolakan Daehyun pagi tadi, hingga sekarang Taehyung tak berani untuk merengek mengingat itu adalah gurunya dan bukan kakak nya.

Dan entah sudah berapa lama Daehyun duduk di kursi tepat di samping ranjang nya dengan sebuah buku di tangan nya dan sebuah kacamata yang bertengger di hidung nya, Taehyung pun baru tahu fakta bahwa ternyata Daehyun memiliki masalah pada matanya. Sedangkan yang ia lakukan sekarang adalah duduk bersandar di atas ranjang sembari bermain ponsel dan tentu saja itu bukan milik nya, karna ponsel milik nya masih berada di penginapan.

Daehyun meminjamkan ponselnya kepada murid didik nya tersebut untuk sekedar penghilang kebosanan, karna dia tahu Taehyung pasti bosan berada di sana. Dan kebosanan itu kembali menyerang pemuda itu yang kemudian sedikit mencuri pandang ke arah gurunya yang masih menekuni bacaan nya.

Tampak berpikir sejenak sebelum akhirnya berhenti memainkan ponsel di tangan nya dan menaruh nya ke pangkuan nya sebelum menjatuhkan pandangan nya pada Daehyun.

"Ssaem." Panggilan yang membuat Daehyun mengalihkan perhatian nya.

"Ada apa?"

Taehyung menggaruk lehernya sebelum kembali berucap. "Bukankah jika aku berada di sini, itu hanya akan membuang-buang uang? Bagaimana jika kita kembali ke penginapan sekarang?" Ujarnya takut-takut.

"Ssaem mendapatkan harga miring di sini."

"Ye?" Terdapat kebingungan di wajah Taehyung yang kemudian membuat Daehyun tersenyum lebar.

"Ssaem seorang Dokter, Ssaem hanya membutuhkan fasilitas untuk menjadi Dokter sungguhan."

Penjelasan yang justru membuat kedua alis Taehyung saling bertahutan, belum memahami arti dari kata 'Mendapatkan harga miring', sejak kapan Rumah Sakit memberikan fasilitas harga miring? Kiranya itulah yang ia pikirkan saat ini hingga perhatian nya teralihkan oleh Daehyun yang menutup bukunya dan menaruhnya di atas nakas.

"Kenapa kau ingin kembali ke penginapan? Ingin mendaki lagi?"

Sebuah cengiran kecil yang tiba-tiba menghiasi wajahnya, rupanya Guru nya tersebut sudah mengetahui apa yang ada dalam pikiran nya. Dia memang ingin mendaki, namun dengan keadaan nya yang sekarang jangankan mendaki. Berlari saja pasti tidak sampai sepuluh meter.

"Lupakan tentang mendaki, atau Ssaem akan menghubungi kakak mu."

"Jangan, jangan." Sergah Taehyung yang refleks menggerakkan tangan nya di depan dada sebagai isyarat agar Daehyun tak melakukan nya.

"Lagi pula kan aku hanya mendaki anak tangga, bukan nya Gunung yang asli. Aku ingin mendaki, tapi tidak sekarang." Ralatnya dengan terburu-buru, seakan nama Seokjin adalah hantu yang paling mengerikan baginya saat ini. Dan reaksi kekanak-kanakan anak rumahan yang dia tunjukkan nya kembali mengundang tawa ringan Daehyun.

"Tenang saja, Ssaem bisa menjaga rahasia." Mendengar candaan Daehyun, Taehyung hanya bisa tersenyum canggung.

"Kau ingin makan sesuatu?" Tanya Daehyun kemudian dan di balas gelengan oleh Taehyung.

"Aku baru saja makan satu jam yang lalu, aku masih kenyang."

"Kau tidak menghabiskan bubur mu, bagaimana bisa kenyang? Apa kau tidak suka bubur?"

"Bukan begitu, aku sering memakan nya. Hanya saja aku merasa sudah kenyang." Ralat Taehyung.

"Makan mu sedikit sekali, pantas saja badan mu kurus."

"Aku tidak kurus, aku sedang dalam masa pertumbuhan." Balas Taehyung yang bertujuan untuk membela diri.

"Apa maksudmu karna kau berambah tinggi oleh sebab itu badan mu terlihat kurus?"

"Mungkin saja seperti itu." Cetusnya dan kembali menggundang tawa ringan dari Daehyun yang tiba-tiba membuat satu pertanyaan terlintas di benak Taehyung, dia sempat ragu untuk menanyakan nya. Namun jika tidak di tanyakan, dialah yang akan terus penasaran. Alhasil dia pun memberanikan diri untuk bertanya.

"Ssaem." Panggilnya untuk menarik kembali perhatian Daehyun yang kemudian menyisakan seulas senyum tipis di sudut bibirnya.

"Ada apa?"

"E... Itu... Aku ingin bertanya."

"Apakah itu?"

Tampak keraguan di garis wajah Taehyung, hingga mulutnya yang kembali terbuka untuk berucap. "Setiap kali aku melihat Ssaem, Ssaem selalu tersenyum. Apa Ssaem tersenyum sepanjang hari?"

Seketika wajah Daehyun berubah menjadi datar ketika seulas senyum dibibirnya menghilang seketika dan itu membuat kepanikan tersendiri bagi Taehyung, takut-takut jika pertanyaan konyolnya telah menyinggung Daehyun.

"Jika Ssaem tidak ingin menjawab, tidak apa-apa. Anggap aku tidak pernah menanyakan nya." Ujar nya dengan terburu-buru dan perlahan senyum itu kembali di bibir Daehyun.

"Kenapa kau berpikir seperti itu?"

"Ye?"

"Ssaem bertanya kenapa kau berpikir seperti itu? Ssaem bukanlah badut yang harus tersenyum sepanjang hari. Bahkan badut sekalipun juga akan membiarkan wajahnya terlihat lelah ketika tidak ada orang yang melihatnya."

"Itu... Itu karna setiap kali aku melihat Ssaem, Ssaem selalu tersenyum seperi tidak memiliki masalah apapun." Gumam Taehyung takut-takut.

"Ssaem bisa selalu tersenyum, karna Ssaem memiliki keluarga yang sempurna dan juga lingkungan tempat kerja yang menyenangkan. Jadi, untuk apa kita harus bersedih jika sudah memiliki sesuatu yang bisa kita sebut dengan sempurna?"

"Apa... Ssaem juga selalu tersenyum saat bekerja di Rumah Sakit?"

Daehyun menggeleng karna memang dia bahkan lebih sering terlihat frustasi saat berada di Rumah Sakit. "Ada begitu banyak orang yang tidak beruntung di sana, akan sangat mustahil untuk tersenyum saat kita di hadapkan pada sesuatu yang sulit meski itu terjadi pada orang lain sekalipun."

"Jadi Dokter itu pasti sangta berat." Gumam Taehyung.

"Kenapa kau berpikir begitu?"

"Mereka bisa mengetahui penyakit orang hanya karna mendengar detak Jantung nya dan melihat kulit wajah nya, mereka memasukkan sesuatu ke dalam tubuh manusia menggunakan sebuah jarum. Mereka juga bisa membedah tubuh manusia dan menyatukan nya lagi, tapi sedikit menakukan karna melihat seseorang meregang nyawa di hadapan mereka."

"Kau benar, itulah sebabnya kenapa tidak banyak orang yang ingin menjadi seorang Dokter."

"Aku juga tidak mau." Cetus Taehyung.

"Kenapa?"

"Tidak mau saja." Jawabnya dengan enteng, dan hari itu keduanya semakin memperkuat ikatan yang begitu tipis di antara keduanya.

Hingga malam tiba, rencana untuk kembali ke penginapan sirna ketika Taehyung kembali demam meski tidak setinggi sebelumnya. Dan mereka baru kembali pada hari setelahnya karna besoknya para rombongan harus segera kembali ke Seoul, dan yang sangat di sayangkan oleh Taehyung adalah Daehyun yang membawanya kembali ke penginapan saat sore hari dan itu berarti dia tidak bisa mengikuti kegiatan apapun hari itu, sungguh menjadi pengalaman Study Tour pertama yang sangat menyebalkan baginya.
Hanya tidur dan bermain ponsel, apa bedanya dengan dia yang berada di rumah nya sendiri. Bahkan dia hampir saja berteriak frustasi jika yang berada di hadapan nya adalah kakaknya sendiri dan bukan nya Daehyun.

Dengan raut wajah yang terlihat begitu kesal, dia menendang pintu kamar dimana dia dan kedua teman nya tidur hingga terbuka lebar dan langsung menarik perhatian dari kedua orang yang berada di dalam ruangan yang tengah asik duduk berdampingan di atas ranjang, menghadap sebuah laptop yang terbuka.

"Eoh! Taehyung-a."

Jimin segera turun dari ranjangnya dan menghampiri Taehyung yang kemudian melangkah masuk.

"Kau baik-baik saja?" Tanya Jimin yang menunjukkan kekhawatiran nya, namun tampaknya sikap Taehyung sedikit tidak bersahabat sore itu.

"Minggir!" Ketusnya yang sedikit mendorong Jimin agar tak menghalangi jalan nya, diapun segera menjatuhkan diri di ranjang dan meraih ponselnya yang berada di atas nakas. Namun dia mendengus karna ponselnya mati, mungkin saja baterainya kosong.
Tapi kenapa kedua teman nya tidak mengisikan dayanya, dia pun menjatuhkan ponselnya di atas ranjang begitu saja di saat Jimin berjalan mendekat dan berhenti tepat di samping nya.

"Baru kembali malah seperti ini, apa yang di lakukan Jung Ssaem padamu?" Ujar Jimin yang sedikit kesal, melancarkan protes terhadap sikap Taehyung.

"Tidak ada." Jawab Taehyung dengan ketus.

"Bukan nya sembuh, seperti nya dia semakin bertambah sakit." Cetus Sungjae yang seketika mendapatkan nya tatapan tajam dari Taehyung.

"Berhenti menggangu ku, suasana hati ku sedang tidak baik sekarang." Ujarnya memperingatkan.

"Tanpa kau jelaskan pun kami juga sudah tahu." Sahut Jimin.

"Guyur saja dengan air dingin, nanti pasti langsung sadar." Sungjae menimpali dengan gaya pengucapan yang terdengar begitu santai.

Taehyung pun meraih bantal yang ia kenakan dan langsung melempar kan nya ke arah Sungjae yang mendarat dengan sempurna di area wajah rekan nya tersebut. Setelah melakukan hal itu, dia pun berbalik memunggungi kedua rekan nya yang sempat bertukar pandang dengan tatapan yang sama-sama terheran.

Dan perlahan kesadaran Taehyung memudar ketika ia yang memilih untuk berdiam diri, dan bahkan ia melewatkan makan malam nya dan memilih untuk tidur meski Daehyun sempat menegurnya. Namun dia lebih memilih untuk tidur hingga waktu menunjukkan pukul 23:59, dua orang yang terbaring dalam satu ranjang masih tetap terjaga.

"Jam berapa sekarang?" Gumam Jimin yang hanya terdengar seperti sebuah bisikan.

"23:59." Jawab Sungjae tak kalah pelan.

"Sudah waktunya, Kajja!"

Jimin kemudian beranjak dari tidurnya di susul oleh Sungjae, keduanya berjalan mendekati Taehyung dan saling bertukar pandang.

"Pakai cara yang biasa atau istimewa?" Jimin berujar dan membuat sudut bibir Sungjae terangkat.

"Dua-duanya." Ujarnya.

Jimin kemudian langsung naik ke ranjang dan memeluk Taehyung dari belakang.

"Taehyung-a, bangunlah! Kau tidak tahu jam berapa sekarang?" Ujar Jimin dengan nada bicara yang di buat-buat.

"Sebentar lagi, aku akan bangun setelah ini." Gumam Taehyung dengan mata yang masih tertutup rapat, namun pukulan ringan di bahunya membuatnya sedikit tersentak. Membuat nya mengangkat kepalanya dan langsung mengarahkan pandangan ke belakang dengan raut wajahnya yang terlihat bingung, namun saat itu juga Sungjae tiba-tiba menindihnya.

"Aigoo... Apa tidak cukup kau tidur selama dua hari." Ujar Sungjae.

"Apa yang sedang kalian lakukan? Kalian membuatku tidak bisa bernapas." Protes Taehyung yang terpaksa harus mengembalikan kesadaran nya di tengah malam karna kedua teman nya tersebut.

"Menyingkir dari ku!" Taehyung sekuat tenaga mendorong tubuh Sungjae hingga ia terlempar ke lantai dan setelahnya Jimin menjadi korban kedua yang jatuh ke lantai.

Dengan raut wajahnya yang mengernyit sebal, diapun bangkit dan terduduk di atas ranjang.

"Apa yang sebenarnya kalian lakukan?" Kesalnya.

"Saengil chukkae hamnida...."

Mata Taehyung membulat ketika kedua temannya malah menyanyikan lagu selamat ulang tahun padanya dan beranjak berdiri, duduk mengapitnya dengan menunjukkan layar ponsel mereka ke hadapan nya. Dimana masing-masing menunjukkan gambar kue dan sebuah lilin.

"Apa-apaan ini?" Ujar nya setelah lagu selamat ulang tahun itu selesai.

"Apa lagi? Kami sedang membuat kejutan untuk mu." Jawab Sungjae.

"Jangan bilang kau lupa hari ulang tahun mu sendiri." Sahut Jimin.

Mata Taehyung kembali mengerjap hingga pandangan beralih pada layar ponsel kedua teman nya.

"Apa maksudnya ini?"

"Kue ulang tahun."

"Lilin." Jawab keduanya bergantian.

"Kami tidak mungkin membawa kue ulang tahun kemari, jadi aku hanya menunjukkan nya di ponsel ku." Ujar Sungjae memberi penjelasan atau mungkin sedang beralasan.

"Dan tidak mungkin membawa lilin tanpa kue." Sambung Jimin.

"Tapi tenang saja, meski kau hanya bisa melihat nya. Aku sudah memilihkan mu kue yang paling mahal." Sungjae kembali berujar.

"Kalian berdua sudah sinting." Sarkas Taehyung.

"Bagaimana bisa aku meniup lilin nya jika hanya gambar, dan bagaimana aku bisa memakan kuenya jika seperti itu?" Protes Taehyung dengan anda bicara yang meninggi.

"Eih.. Inikan hanya sebuah upacara, pestanya nanti saja saat kita sudah kembali ke Seoul. Sungjae yang akan membayar makanan mu."

"Ya!" Tegur Sungjae yang merasa di rugikan.

"Kau orang kaya, jangan pelit jika tidak ingin jatuh miskin dengan cepat." Sanggah Jimin.

"Sudah, sekarang kau tiup lilinnya." Ujarnya kemudian dan mau tidak mau Taehyung menuruti kegilaan kedua teman nya tersebut.

"Ucapkan permohonan dulu." Sergah Sungjae dan Taehyung pun menuruti nya sebelum meniup layar ponsel Jimin dan seketika gambar api kecil yang sebelumnya menyala kemudian mati.

"Sekarang, kau makan kuenya." Ujar Sungjae menyodorkan ponselnya kearah Taehyung, bermaksud menggoda Taehyung untuk memakan ponselnya dan hal itu membuatnya mendapatkan pukulan dari Taehyung.

"Menyebalkan, tidur sana." Kesalnya yang kemudian kembali berbaring, namun baru merasakan ketenangan sebentar dan kedua teman nya tersebut langsung menindih tubuhnya.

"Ya!!!" Protesnya yang terabaikan.

"Aigoo... Maknae kita sudah bertambah tua satu tahun." Ujar Sungjae.

"Siapa yang Maknae? Menyingkir dari ku!" Geram Taehyung.

"Aigoo, kau demam lagi? Perlu ku panggilkan Jung Ssaem atau Seokjin Hyeong?" Goda Jimin meski Taehyung dalam keadaan baik-baik saja.

"Ya! Park Jimin, berani kau melakukan nya. Awas kau!" Ancamnya di saat ia yang kesulitan untuk berucap dan justru mengundang tawa dari kedua teman nya.

"Kalian benar-benar menyebalkan!"


Selesai di tulis : 05.08.2019
Di publikasikan : 07.08.2019


Mendekati Spoiler yang pernah di kasih dulu🙈🙈🙈🙈🙈 Sudah siap😁😁😁😁

Sayang nya saya belum mau siap😂😂😂😂😂

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro