Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Page 25.

Jemari itu menunjukkan sedikit pergerakan sebagai refleks awal ketika ia kembali mendapatkan kesadaran nya sebelum kelopak mata yang terbuka dengan perlahan, dan tepat saat itu pula dahinya mengernyit secara berlebihan dan membuat mata yang baru saja terbuka itu kembali menyipit.
Dia sedikit bangkit dengan menggunakan kedua sikunya yang bertumpu pada ranjang untuk menahan berat beban tubuh bagian atasnya. Merasa kepalanya sedikit memberat, dia menggeleng ringan dan memeganginya dengan satu tangan.

Dan setelah mampu beradaptasi dengan keadaan tubuhnya pagi itu, dia menurunkan tangan nya dan menatap ke sekeliling. Ruangan asing bernuansa biru muda dan juga putih, dan itu bukanlah kamarnya, bisa di lihatnya gorden putih tipis namun tak transparan mengelilingi ranjangnya dan hanya menyisakan sedikit ruang di sana.

Dia kemudian bangkit dengan sempurna, terduduk di ranjang dengan bahu turun dan tampak tak bersemangat. Dia menggaruk lehernya sebagai respon nya ketika merasa asing dengan tempat nya ketika ia membuka mata, pandangan nya kemudian jatuh pada tangan nya dimana terdapat selang infus yang terhubung dengan punggung tangannya. Dia sekilas mengangkatnya dan menjatuhkan nya kembali dengan helaan napas di pagi hari.

"Dimana ini? Aku tidak sedang berada di Seoul kan?" Gumamnya, takut-takut bahwa perjalanan nya ke Gunung Jiri hanyalah sebuah mimpi panjang nya di saat ia sendiri tengah terbaring di Rumah Sakit.

"Hyeong..." Panggilnya dengan asal, dan jika seandainya semua hanyalah mimpi, dia sudah bersiap untuk mengamuk kakaknya. Dan setelah beberapa detik, seseorang menyibakkan tirai putih di hadapan nya yang seketika membuatnya tertegun.

"S-saem." Gumamnya dengan tatapan yang tak percaya ketika mendapati Daehyun yang berdiri di hadapan nya dan bukan nya Seokjin.

"Kau sudah bangun?"

Taehyung mengangguk akan pertanyaan dengan seulas senyum hangat itu ketika Dokter muda itu berjalan menghampirinya dan duduk di tepi ranjang berhadapan dengan nya.

"Bagaimana perasaan mu?"

"Kesal." Cetus Taehyung, karna dia memang benar-benar merasa kesal karna mengira bahwa dia berada di Seoul. dan jawaban itu sempat membuat sebelah alis Daehyun terangkat ke atas.

"Apa yang membuat mu kesal? Kau tidak bertengkar dengan teman mu bukan?"

Taehyung menggeleng. "Aku, tidak sedang berada di Seoul kan?" Bukan jawaban namun pertanyaan yang terucap dengan tatapan penuh harap lah yang ia sampaikan.

"Kita masih berada di Gunung Jiri." Cetus Daehyun dengan raut wajah yang menampakkan bahwa dia tidak mengerti dengan sikap muridnya tersebut, mungkinkah ini efek dari demam tingginya semalam atau apa. Terlebih ketika pemuda itu menghela napasnya dan tampak lega.

"Kenapa kau tiba-tiba menanyakan hal itu?"

"Aku kesal karna mengira bahwa Hyeong ku membawa ku ke Rumah Sakit." Gumam Taehyung sembari menjatuhkan pandangan nya ke samping, namun telapak hangat Dokter muda itu kembali mendarat pada puncak kepalanya dan membuatnya mengangkat kembali wajahnya.

"Jika tidak ingin ke Rumah Sakit, ya jangan sakit." Ujarnya dengan senyum hangat yang tak pernah hilang dari sudut bibirnya yang di sertai usakan lembut pada puncak kepala pemuda di hadapan nya sebelum ia menurunkan tangan nya kembali.

"Tapi ini dimana? Apa aku ada di Rumah Sakit? Aku kan tidak sakit."

"Pertama, kau sedang berada di Klinik karna Rumah Sakit jauh dari sini. Yang kedua, semalam kau mengalami demam tinggi. Jadi Ssaem membawa mu kemari." Ujar Daehyun yang sekilas mengangkat tangan nya dan sekilas menempelkan punggung tangan nya pada kening Taehyung.

"Sudah merasa baikan sekarang?"

Taehyung mengangguk sembari menggaruk telinganya, sebuah refleks ketika ia tengah merasa canggung. "Kapan Ssaem membawa ku kemari? Kenapa aku bisa tidak tahu?"

"Dini hari tadi, jika ada keluhan. Katakan saja pada Ssaem."

Taehyung terlihat sedikit kebingungan, tampak begitu ragu untuk berucap sebelum akhirnya ia yang kembali mempertemukan pandangan nya dengan Daehyun dan sedikit mengangkat tangan nya yang terhubung dengan selang infus.

"Bisakah, ini di lepas sekarang?"

"Kenapa?"

"Rasanya sediki berat, seperti ada sesuatu yang bergerak di dalam sini." Ujar nya sembari menunjuk tangan nya sendiri dan hal itu membuat senyum Daehyun melebar.

"Kau tidak pernah di infus sebelumnya?"

"Sering, tapi rasanya tetap tidak enak."

Penuturan dari pemuda yang tampak lugu di hadapan nya mampu menghadirkan sebuah tawa ringan nya di pagi hari meski ia tidak sedang bersama keluarganya, dan hal itu sedikit mengingatkan nya pada adik nya yang akan berulang tahun beberapa hari lagi.

"Kau lapar?"

Taehyung sejenak terdiam, seperti tengah mempertimbangkan sesuatu sebelum sebuah anggukan kecil yang ia berikan ketika ia mempertemukan pandangan keduanya kembali.

"Kalau begitu tunggu sebentar, Ssaem akan mencarikan sesuatu untuk mu." Daehyun beranjak dari duduk nya dan hendak melangkah pergi sebelum sebuah tangan menahan pergelangan tangan nya dan membuatnya kembali menjatuhkan pandangan nya pada pemuda yang kini menahan tangan nya tersebut.

"Ada apa?"

"Hyeong ku, tidak tahu tentang hal ini bukan?" Ujar Taehyung yang di akhiri oleh senyum lebar yang tampak menunjukkan harapan yang begitu besar, karna Study Tour nya pasti akan segera berakhir jika Seokjin sampai tahu keadaan nya.

"Tidak, Jeon Ssaem mengatakan bahwa kakak mu sedikit mengerikan. jadi Ssaem melarang siapapun menghubungi nya." Jawab Daehyun yang di tujukan sebagai sebuah candaan, namun sepertinya Taehyung menanggapinya dengan serius.

"Sedikit apanya? Dia adalah orang yang sangat kritis, jika Ssaem memberi tahunya. Hari ini juga aku pasti sudah di bawa ke Seoul." Ujar Taehyung yang tiba-tiba tampak bersemangat.

"Kalau begitu cepat sembuh, atau Ssaem yang akan membawa mu ke Seoul hari ini juga."

Mendengar hal iu, raut wajah Taehyung berubah menjadi datar di saat Daehyun sendiri tersenyum lebar. Dia pun kembali menarik tangan nya, melepaskan tangan Daehyun yang sempat di tahan nya.

"Aku kan tidak sakit, aku baik-baik saja. Sungguh, aku masih bisa mendaki Gunung Jiri jika di izinkan."

"Urusan mendakinya pikirkan saja nanti, sekarang istirahat saja dulu. Ssaem akan segera kembali."

Ikatan Yang Terhubung Kembali.

Sungjae berjalan ke arah di mana Jimin tengah menikmati sarapan nya dengan nampan yang sudah terisi dengan menu sarapan nya sendiri pagi itu.

"Kau sudah tahu bagaimana keadaan Taehyung?" Dia berujar ketika ia menempatkan diri duduk berseberangan dengan Jimin yang sekilas mengangkat pandangan nya dan kemudian menyandarkan punggung nya, sejenak meninggalkan makanan nya.

"Aku dengar Jung Ssaem membawanya ke klinik pagi tadi." Sungjae kembali berujar.

"Dia tidak membawa ponsel, bagaimana bisa menghubungi nya. Tapi tidak masalah karna dia pergi dengan Jung Ssaem." Ujar Jimin, meski sebenarnya dia juga khawatir.

Jika sampai terjadi sesuatu pada Taehyung, pada akhirya dia pun akan terkena amukan masa dari Seokjin yang berbicara sekali saja sudah mewakilkan sepuluh orang.

"Aku dengar dia sudah siuman, dan dia baik-baik saja. Tapi sepertinya Dokter itu akan tetap menahan nya di sana." Ujar Sungjae dengan santai dan mulai menikmati sarapan nya sebelum tertinggal oleh teman-teman nya yang juga tengah menikmati sarapan di sana.

"Bagaimana kau bisa tahu?" Selidik Jimin.

"Kau tidak tahu bahwa orang tampan sekelas Yook Sungjae memilliki koneksi yang luar biasa mengagumkan seperti wajahnya."

Jimin segera memalingkan wajahnya. "Aigoo... Kenapa makanan di sini benar-benar tidak membuat ku berselera." Ujarnya kemudian.

"Itu karna kau selalu di penuhi oleh rasa iri." Cibir Sungjae yang membuat Jimin langsung menjatuhkan pandangan nya padanya.

"Aish... Lama-lama ku jatuhkan juga kau di lereng." Geram Jimin yang mendapatkan tatapan meremehkan dari Sungjae.

"Jangan membuat ku tertawa, bahkan menyusul langkah ku. kaki pendek mu itu belum tentu mampu."

Seketika Sungjae berjengit kesakitan sembari mengeluarkan kakinya dari bawah meja ketika Jimin menginjak kakinya dengan tak berperasaan.

"Kau!" Geramnya sembari mengernyit kesakitan yang malah di abaikan oleh Jimin.

"Itu karma bagi seseorang yang menggunakan mulutnya untuk menghina orang lain." Tutur Jimin dengan santai dan kembali melanjutkan sarapan nya yang tertunda.

"Awas kau." Ancam Sungjae dan Jimin hanya menggendikkan bahunya tak perduli.



Selesai di tulis : 05.08.2019
Di publikasikan : 07.08.2019

Jika banyak Coment hari ini Triple Up🙈🙈🙈🙈🙈, kalau enggak. Ya buat tanggal 29 aja😂😂😂😂😂🙈🙈🙈🙈

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro