Page 23
Fajar menyingsing, setelah selesai sarapan, para pelajar Jusang Highschool berkumpul di depan penginapan dan setelah memastikan kelengkapan anggota. Semua berangka untuk mengeksplorasi alam Gunung Jiri.
Dari seratus Pelajar, mereka di bagi menjadi empat kelompok dengan beberapa Guru yang membimbing setiap kelompok dan setiap kelompok berangkat dengan jarak sekitar sepuluh menit dari kelompok pertama.
Kelompok Taehyung, Sungjae dan Jimin mendapatkan uruan ketiga dan ketiganya pun mulai berjalan dengan rombongan mereka dengan membawa ransel yang tidak terlalu besar seperti yang lain nya, namun berbeda dengan Sungjae yang tak membawa apapun kecuali ponselnya dan jangan lupakan penampilan yang sangat Fashionable layaknya seorang model yang hendak melakukan pemotretan. Dan hal itu pula yang membuatnya mendapatkan tatapan sinis dari Jimin.
"Aku tahu aku sangat tampan, tapi kau tidak perlu melihat ku sampai seperti itu karna aku masih normal." Ujarnya dengan santai dan membuat Jimin merasa kesal di pagi hari.
Dengan gemasnya Jimin hendak menendang nya, namun dia dengan sigap berlari menjauh dengan tawa yang keluar dari mulutnya yang di tujukan untuk mengejek Jimin.
"Kenapa aku bisa satu kamar dengan orang menyebalkan seperti dia!" Geram Jimin yang menatap punggung Sungjae yang semakin mengecil.
"Itu karna kalian lahir di tahun yang sama dan juga bersekolah di tempat yang sama." Taehyung menyahuti saat melewatinya.
"Itu bukan alasan." Bantah Jimin yang kemudian menyusulnya, menyamakan langkah keduanya dengan obrolan ringan yang kemudian menghilang setelah mereka mulai memasuki kawasan hutan dan di suguhkan pemandangan musim gugur di Gunung Jiri.
Dimana dedauan akan berubah warna dan semakin menambah ketenangan dengan suara burung yang bernyanyi dan juga hembusan angin yang belum tercemari.
Langkah keduanya terhenti ketika menyebrangi jembatan yang terbentang di aliran sungai yang mengering untuk sekedar mengambil gambar bersama, dan bukan hanya mereka saja melainkan teman teman mereka pun melakukan hal yang sama.
Perjalanan yang di sertai oleh canda tawa yang membuat rasa lelah mereka tersingkirkan ketika mereka di buat terpesona oleh pemandangan di sekitar mereka, aehyueng pun kerap mengirimkan gambar yang ia ambil kepada Seokjin dengan senyum yang melebar di sudut bibirnya yang kemudian menghilang ketika Jimin tiba-tiba menarik tangan nya untuk membantunya mengambil gambarnya.
Perjalanan yang tak terlalu menguras tenaga karna mereka bukan nya melewati jalur pendakian melainkan menyusuri anak angga untuk menuju tempat tujuan mereka, mengangumi keindahan Gunung Jiri yang telah di resmikan sebagai taman Nasional pada tahun 1967 tersebut.
Dan tujuan pertama para Kelompok tiga dan empat adalah pergi ke Kuil Hwaeomsae, Kuil terbesar yang ada di Gunung Jiri yang di bangun pada masa Kerajaan Silla di era kepemimpinan Raja Jinheung pada tahun 544. Kuil yang berahan lebih dari 1000 tahun lamanya ini pernah terbakar saat korea mendapatkan serangan invasi dari jepang pada era Joseon, tepatnya di tahun 1592. Namun Kuil tersebut telah di perbaiki dan hingga kini menjadi destinasi wajib bagi para pengunjung yang datang ke Gunung Jiri.
Kedua nya segera menyusul rombongan setelah sempat teringgal meski di belakang masih ada kelompok terakhir yang akan menyusul mereka, Jimin menyusuri tangga dengan berlari begitupun Taehyung yang tak ingin teringgal.
Namun Jimin segera menghentikan langkahnya ketika pandangan nya menangkap sosok yang sangat familiar berada di jalan yang akan ia lewati.
"Aishh... Kenapa aku harus bertemu dengan mahluk itu lagi?" Gerutunya.
"Siapa yang kau maksud?" Ujar Taehyung yang dengan napas yang terdengar memberat di saat tubuhnya sedikit membungkuk dengan tangan yang memegangi pembatas tangga.
"Kau sudah lelah?"
"Kau mengajak ku berlari, makanya aku lelah."
"Tumben sekali, biasanya lari mu yang paling cepat." Heran Jimin.
Taehyung menegakkan tubuhnya dan menepuk bahu Jimin beberapa kali sebelum melewatinya, dia kemudian duduk di anak tangga tepat di bawah anak tangga yang di duduki oleh Sungjae dan tanpa permisi terlebih dulu dia segera menyandarkan tubuhnya pada kaki Sungjae dengan napas yang sedikit memburu.
"Kau habis dari mana?" Ujar Sungjae yang meninggalkan ponsel nya dan menatap heran ke arah Taehyung yang mendongak melihatnya.
"Dari mana lagi, tentu saja aku dari bawah." Ujar Taehyung yang sediki terbatuk dan hal itu membuatnya bangkit dan langsung menundukkan kepalanya.
"Baru juga segini, dasar manja!" Cibir Sungjae yang mendapatkan tatapan tajam dari Jimin yang kemudian duduk sejajar dengan nya dan sempat menepuk punggung Taehyung beberapa kali.
"Kenapa masih di sini?" Ujar jimin kemudian yang di tujukan untuk Sungjae.
"Aku? Kau tidak tahu jika aku sedang beristirahat?"
"Aishh, kau ini."
"Apa Kuilnya masih jauh?" Tanya Taehyung yang tampak sudah berhasil menetralkan napasnya.
"Masih separuh perjalanan mungkin." Jawab Sungjae acuh.
"Kau tidak ingin pergi?" Tanya Jimin.
"Aku? Tentu saja aku akan pergi. Mereka akan memberi nilai tambahan jika kita berhasil sampai di Kuil." Ujar Sungjae dengan sebelah alis yang terangkat sebelum akhirnya beranjak berdiri dan membenahi pakaian nya serta rambutnya, membuat kedua rekan nya menatapnya tanpa berkedip.
"Wae? Kenapa melihat ku seperti itu? Apa kalian tidak pernah melihat orang setampan diriku mendaki Gunung?"
Jimin dan Taehyung serempak memalingkan wajah mereka, tampak sangat tak antusias akan ucapan Sungjae sebelumnya.
"Sudah, pergilah!" Ujar Taehyung sembari sekilas mengibaskan tangan nya ke udara.
"Pergi dan kalau bisa tersesat saja sekalian." Tambah Jimin.
"Manusia memang tidak bisa menghilangkan sifat iri mereka ketika melihat sesuatu yang lebih dari apa yang mereka miliki." Ujar Sungjae sok bijak dan kembali melangkahkan kakinya menaiki anak tangga.
"Lalu apa kabar dengan mu? memang nya kau bukan manusia?" Lantang Jimin yang menolehkan kepalanya ke arah Sungjae yang sekilas menghentikan langkahnya dan juga menolehkan kepalanya.
"Meski aku manusia, kau tentu tahu perbedaan antara kau dan aku." Ujarnya dan kembali melanjutkan langkahnya bak model yang sering tampil dalam Music video.
"Orang sinting! Bagaimana mungkin aku bisa berteman dengan orang seperti itu? Jika ada kesempatan, akan aku lempar dia dari lereng. Lihat saja nanti!" Gerutu Jimin dengan gemasnya.
Melupakan Sungjae, diapun beralih pada Taehyung. "Kau tidak apa-apa?"
Teguran yang membuat keduanya saling bertukar pandang. "Memangnya aku kenapa?"
"Kau terlihat kurang sehat, jika tidak kuat melanjutkan. Lebih baik tunggu Kelompok selanjutnya, kau kembali saja ke penginapan."
"Apa yang kau katakan? Jika aku kembali apa bedanya dengan tidak ikut sama sekali." Ujar Taehyung dengan nada yang terdengar begitu kesal, diapun beranjak dari duduknya dan kembali melanjutkan perjalanan.
"Dasar keras kepala." Cibir Jimin yang kemudian turut beranjak dari duduknya dan bersama-sama melanjutkan perjalanan. Menjadi orang terakhir di kelompok tiga yang mungkin akan sampai di Kuil.
Namun setelah berjalan sekitar sepuluh meter, Taehyung kembali berhenti dan menjatuhkan lututnya di tangga.
"Kau kenapa?"
"Apa tempatnya masih jauh?"
"Jika kau Lelah, lebih baik berhenti dulu. aku curiga bahwa kau sedang kurang sehat."
Taehyung mendongakkan wajahnya menatap Jimin. "Darimana kau tahu?"
"Setiap kali Study Tour di adakan kau selalu saja sakit, bisa jadi bahwa sekarang kau memang sedang kurang sehat. Jadi jangan di paksakan, lebih baik kau menemui Jung Ssaem."
"Jung Ssaem berada di Kelompok dua, lagi pula siapa yang sakit?" Ujar Taehyung dengan dahi yang mengernyit, dia kemudian kembali terduduk di anak tangga dan menghadap ke bawah.
Jimin pun kemudian ikut duduk di sampingnya. "Kau itu terlalu keras kepala."
"Berkacalah, sepertinya bukan hanya aku yang keras kepala." Balas Taehyung.
Jimin merangkul pundak Taehyung dan menepuknya beberapa kali. "Jika memang tidak sanggup jangan di paksakan."
"Jika aku tidak sampai di Kuil, aku tidak akan dapat nilai."
"Tanpa mendapatkan nilai dari sini pun nilai mu sudah sangat bagus."
"Ck! Berhenti bicara omong kosong." Kesal Taehyung, karna entah kenapa kakinya terasa begitu lemas ketika di gunakan untuk berjalan, beberapa minggu terakhir dia sering kelelahan meski bukanlah hal yang aneh karna dia termasuk anak yang aktif.
Tapi beberapa minggu terakhir ini dia merasa sering kelelahan dan bahkan tidur lebih sore.
Dan hari itu, dialah satu-satunya murid dari Kelompok tiga yang tidak bisa sampai ke Kuil, karna setelah kembali mencoba pada akhirnya dia tidak mampu dan bahkan hampir pingsan. Sehingga Jeon Ssaem yang menjadi penanggung jawab kelompok empat segera menggendongnya kembali ke penginapan.
Memutuskan harapan nya akan bayangan perjalanan yang menyenangkan karna bukan nya bisa mengeksplorasi Gunung Jiri seperti bayangan nya dia jusru berakhir dengan menghabiskan waktunya di dalam kamar dengan bermain ponsel, dan bahkan dia sudah jatuh tertidur ketika kedua teman nya kembali ke kamar dengan ponsel yang masih berada dalam genggaman nya.
"Masih tidur? Kau tidak membangunkan nya?" Tegur Sungjae yang baru selesai membersihkan diri, sedangkan Jimin tengah sibuk bermain ponselnya dengan duduk bersila di atas ranjang.
"Jika sudah tidur dia akan lupa waktu." Acuh Jimin yang tak ingin meninggalkan layar ponselnya.
Sungjae berjalan ke arah nakas yang berada di sebelah kepala ranjang, dia meraih jam tangan nya yang tentu saja mahal dan melihat angka yang di tunjuk oleh jarum jam tersebut sebelum memakaikan nya kembali pada pergelangan tangan nya.
"Satu jam lagi makan malam."
"Kau sudah berdiri di situ, bangunkan saja sendiri." Ujar Jimin yang masih tampak acuh, dia kemudian berbaring dan masih sibuk dengan ponselnya.
Sungjae sempat menatap kesal ke arah teman sekaligus rekan ributnya yang satu itu sebelum beralih pada Taehyung, dia mengguncang bahu Taehyung sembari memanggil namanya.
"Ya! Kim Taehyung, bangunlah! Apa kau datang ke sini untuk tidur?"
Tak ada respon pada percobaan pertama, Sungjae pun mencoba percobaan kedua dengan mengangkat tangan Taehyung yang memegang ponsel. Namun pergerakan nya tiba-tiba terhenti ketika ia yang tertegun saia merasakan suhu badan Taehyung yang tidak normal, dia kemudian menurunkan kembali tangan Taehyung dan beralih menyentuh kening Taehyung menggunakan punggung tangan nya.
Dia tersentak ketika mendapati suhu badan Taehyung yang sangat tinggi, diapun kembali mengguncang tubuh Taehyung dengan sedikit khawatir.
"Taehyung-a, kau baik-baik saja kan? Kim Taehyung."
Mendengar suara panik Sungjae, Jimin pun segera bangkit. "Ada apa?"
"Suhu badan nya tinggi sekali, cepat panggilkan Jung Ssaem."
Mendengar hal itupun, Jimin beranjak turun dari ranjang dan segera berlari keluar.
Selesai di tulis : 24.07.2019
Di publikasikan : 25.07.2019
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro