Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Page 19

"Turunlah!"

Daehyun sempat tertegun dengan apa yang di ucapkan oleh Youngjae di saat mereka yang kini berada di depan gerbang Jusang Highschool yang sudah tertutup, bukannya menuju kantornya setelah mengantarkan Hoseok. Youngjae justru berhenti di depan Jusang Highschool.

"Kenapa berhenti di sini?"

Pertaanyaan yang membuat Youngjae menjatuhkan pandangan padanya. "Bukankah kau bekerja di sini? Jadi kenapa masih bertanya?"

"Apa maksudnya ini?" Tuntut Daehyun yang mulai curiga akan gerak-gerik Youngjae.

"Turunlah! Kau sudah terlambat, hari ini aku pinjam mobil mu."

Daehyun memalingkan wajahnya sembari sekilas menggaruk kening nya yang tidak gatal sebelum kembali menaruh perhatian nya pada Youngjae.

"Aku akan mengantar mu ke kantor." Ujarnya kemudian yang justru mendapatkan cibiran dari Youngjae.

"Benar-benar tidak disiplin, kau tahu gerbang sekolahnya sudah di tutup. Dan itu berarti kau sudah terlambat, kenapa malah ingin kelayapan tidak jelas? Kau sungguh-sungguh ingin bekerja atau tidak?"

Daehyun menjatuhkan pandangan nya seiring dengan helaan napas beratnya, memilih menyerah menghadapi sifat saudara tirinya.

"Jika terjadi sesuatu kabari aku."

"Jika terjadi sesuatu aku akan memanggil polisi atau ambulan, bukan nya kau! Memangnya apa yang bisa kau lakukan?." Acuh Youngjae.

"Terserah kau saja, pastikan mobil ku pulang dengan selamat."

Youngjae bergumam dengan malas sebagai jawaban yang mengiringi Daehyun keluar dari mobil dan tepat saat itu dia sedikit mengernyit dan meraba bahunya yang sedikit ngilu, namun sedetik kemudian wajahnya terlihat tengah menahan kemarahan.

"Bajingan itu, kau kira aku akan melepaskan mu setelah ini!" Gumamnya penuh dengan penekanan dan meninggalkan Jusang Highschool sembari menahan rasa sakit yang menjalar di area punggung nya.

Daehyun celingukan melihat kedalam gerbang yang telah tertutup, mencoba mencari penjaga gerbang yang biasanya selalu berjaga di sana. Dia kemudian berjalan ke samping, mendekat ke pos keamanan dan sedikit merapat ke gerbang.

"Pak Choi..." Seru nya yang di tujukan pada pria paruh baya yang sedikit tersentak akan teguran nya sebelum akhirnya menghampirinya.

"Eoh! Tuan Dokter, anda baru datang?" Ujar Pak Choi yang segera membukakan gerbang dan mendapati senyum canggung dari Daehyun.

"Ada sedikit masalah di jalan."

"Ah... Begitu rupanya, Tuan Dokter tidak membawa mobil?"

"Mobil ku di bawa oleh adik ku."

Pak Choi mengangguk-anggukkan kepalanya.

"Kalau begitu, bolehkah aku masuk?"

"Eih... Tentu saja boleh, Tuan Dokter bukanlah murid-murid bandel itu yang harus menerima hukuman ketika terlambat baru boleh masuk ke kelas."

Keduanya tertawa ringan atas candaan yang di lontarkan oleh Pak Choi, Daehyun kemudian berpamitan dan segera melangkahkan kakinya menyusuri halaman Jusang Highschool yang sangat sepi mengingat bahwa semua pelajar telah memulai pelajaran mereka pagi itu.

Dia menyusuri Lorong lantai tiga untuk bisa menjangkau Unit Kesehatan Sekolah yang berada di lantai tiga dan sempat bertegur sapa dengan beberapa Guru yang berpapasan dengan nya, dan keberadaan nya tersebut berhasil di tangkap oleh Taehyung ketika dia melewati ruang kelas Taehyung. Membuat senyum tipis di wajah pemuda itu ketika ia menemukan sosoknya pagi itu dengan senyum hangat yang hanya bisa ia lihat sekilas sebelum menghilang dari pandangan nya.


Pertemuan Pertama


Matahari telah bergeser jauh dari tempat sebelumnya dan bersiap untuk terjatuh pada kegelapan, Bel pulang sekolah berbunyi. Seluruh pelajar Jusang Highschool berhamburan keluar dan hanya menyisakan beberapa anak yang masih berkeliaran di area sekolah karna mereka yang mengambil pelajaran tambahan.

"Mau pulang Bersama?" Tawar Jimin ketika Taehyung masih membereskan bukunya.

"Tidak bisa, hari ini aku ada les. Aku akan pulang malam." Jawab Taehyung tanpa melihat ke arah lawan bicara nya yang kemudian beranjak berdiri.

"Ya sudah, kalau begitu aku pergi dulu. Sampai jumpa besok." Jimin sekilas menepuk bahu Taehyung yang menganggukkan kepalanya sebelum meninggalkan ruang kelas.

Setelah memasukkan semua bukunya ke dalam tas, Taehyung mengeluarkan kemeja putih milik Daehyun dari dalam tas nya. meski sebelumnya Daehyun membawakan seragamnya menggunakan kantong belanjaan, berbeda dengan nya yang hanya seorang pelajar yang justru membawanya begitu saja.

Dia menenteng tas di bahu kirinya dengan kemeja yang terlipat berada di tangan kanannya, menjadi orang terakhir yang meninggalkan kelas. Namun dia teringat bahwa mungkin saja Daehyun sedang dalam perjalanan pulang sekarang, karna sebelumnya dia belum sempat untuk menemui Daehyun dan baru memiliki kesempatan saat bel pulang sekolah.

Sejenak dia berhenti di ambang pintu, menolehkan kepalanya ke arah tangga menuju lantai dasar dan juga jalan ke arah Unit Kesehatan Sekolah.

"Apa Jung Ssaem sudah pulang?" Gumamnya yang melontarkan pertanyaan pada dirinya sendiri.

Tak ingin menghabiskan waktu dengan berpikir, dia pun berlari kecil menuju Unit Kesehatan Sekolah. Berharap bahwa Daehyun masih di ruangan tersebut dan tepat beberapa meter dari tempat sebelumnya, senyumnya mengembang ketika mendapati Daehyun datang dari arah berlawanan dan tanpa sadar hal itu membuat nya terlihat antusias dan mempercepat gerakan kakinya.

"Jung Ssaem..." Serunya dan tentu saja berhasil menarik perhatian Daehyun yang kemudian turut mengulas senyumnya ketika mendapati muridnya tersebut berlari ke arahnya dengan begitu riangnya.

Namun beberapa langkah sebelum bisa menjangkau tempat Daehyun, Taehyung tiba-tiba menghentikan langkahnya.

"Akh!" Ringis nya yang langsung menggunakan tangan kirinya untuk menutupi bagian mulut dan hidungnya di saat ia yang tiba-tiba tertunduk, dengan cepat darah terlihat meloloskan diri dari tangan nya.

Daehyun yang menyadari ada yang tidak beres pun segera mempercepat langkahnya dan sedikit terkejut ketika melihat darah yang begitu banyak di tangan Taehyung dan sempat menetes pada seragamnya.

"Taehyung-ssi, kau tidak apa-apa?"

Daehyun perlahan menegakkan tubuh Taehyung yang sedikit membungkuk, menyadari bahwa Taehyung kembali mimisan. Dia dengan cepat merogoh sapu tangan yang berada di saku celananya, dia menurunkan tangan Taehyung yang penuh dengan darah dan menggunakan sapu tangan itu untuk menyeka hidung Taehyung yang terus mengeluarkan darah.
Tangan kanan nya dengan cepat beralih pada punggung Taehyung dan sedikit menekannya.

"Tegakkan tubuh mu!"

Taehyung menurut dengan pandangan yang mengarah pada Daehyun yang menunjukkan kekhawatiran pada garis wajahnya yang terlihat begitu tenang, tanpa perduli bahwa tanganya terkena darah yang keluar dari hidung nya hingga tatapan keduanya yang kemudian saling di pertemukan.
Taehyung tidak tahu perasaan aneh yang tiba-tiba menghampirinya, perasaan hangat yang ia temukan dalam tatapan Daehyun yang kini mengusap lembut punggung nya sembari menyeka darah yang keluar dari hidungnya.

"Tidak apa-apa, bernapaslah seperti biasa dan jangan di tahan." Ujarnya dengan lembut dan perlahan memberikan ketenangan pada muridnya tersebut.



Pertemuan Pertama



"Jika kepalamu pusing, tidurlah sebentar sebelum pulang." Ujar Daehyun yang duduk berdampingan dengan Taehyung di ranjang pasien yang berada di Unit Kesehatan Sekolah karna setelah insiden sebelumnya, Daehyun langsung membawa Taehyung pergi ke sana.

"Aku tidak apa-apa, Ssaem tidak perlu mengkhawatirkan ku." Gumam Taehyung, merasa sedikit canggung karna Daehyun tengah membersihkan sisa darah yang masih berada di hidungnya.

"Kenapa bisa sampai mimisan lagi? Kau yakin tidak pernah seperti ini sebelumnya?"

"Ini yang kedua kalinya."

"Mungkin saja kau terlalu kelelahan, atau daya tahan tubuh mu melemah." Tutur Daehyun sedangkan Taehyung justru mengalihkan pandangan nya, merasa enggan untuk bertatap muka dengan Daehyun dalam jarak yang begitu dekat.

Namun pergerakan Daehyun tiba-tiba terhenti ketika ia melihat apa yang di lihat Jimin tadi pagi, dia pun sedikit mengangkat dagu Taehyung dan membuat Taehyung mau tak mau mengarahkan padangannya padanya yang terlihat memperhatikan wajahnya dengan seksama.

"Apa ini?"

Menyadari apa yang di maksud Daehyun, Taehyung segera menyentuh dagunya dan membuat tangan Daehyun menjauh darinya beserta dengan tubuh yang sedikit menjauh. "Aku mengalami alergi." Ujar Taehyung meski ia sendiri tidak yakin bahwa dia mengalami alergi karna setahunya dia memakan makanan yang biasa dia makan.

"Alergi?"

Taehyung mengangguk yakin dan mendapatkan seulas senyum tipis dari dari Daehyun.

"Kenapa tadi kau berlari ke arah Ssaem?" Tanya Daehyun kemudian dan menyadarkan Taehyung akan tujuan nya datang kesana.

Dia kemudian meraih kemeja yang sebelumnya ia taruh di atas ranjang tepat di sampingnya dan menunjukkan nya kepada Daehyun. "Aku hanya ingin mengembalikan kemeja, Ssaem."

Senyum Daehyun melebar ketika ia sekilas menundukkan kepalanya sebelum akhirnya mendaratkan telapak tangan nya pada kepala Taehyung, mengusap lembut surai hitam anak itu.

"Kau lebih membutuhkan nya saat ini."

Taehyung perlahan menjatuhkan pandangan nya pada dirinya sendiri dan seulas senyum lebar yang begitu canggung terlukis di wajahnya ketika ia melihat bahwa seragamnya terkena darah mimisan nya lagi, dia pun kembali mengangkat pandangan nya dan menggaruk bagian belakang kepalanya yang tidak gatal di saat Daehyun sendiri telah menarik kembali tangannya.

"Sepertinya, kemeja itu menolak untuk di kembalikan. Kau boleh mengambilnya, anggap saja sebagai hadiah dari Ssaem untuk ulang tahun mu nanti."

Senyum hangat Daehyun berbalas senyum lebar Taehyung yang tampak begitu canggung dan pertemuan mereka hari ini berakhir setelah Taehyung mengganti bajunya, meninggalkan seragam kotornya pada Daehyun dan keduanya yang berpisah di depan gerbang sekolah.

Sebuah kenangan manis yang kembali mengisi kekosongan hati Taehyung, sebuah kekosongan yang belum bisa di isi oleh seorang Kim Seokjin dan nyatanya mampu di isi oleh seorang Jung Daehyun. Orang asing yang tiba-tiba datang ke dalam kehidupannya dan bagaikan malaikat penolong di saat ia berada dalam kesusahan, malaikat tanpa sayap dengan tangan yang hangat sehangat senyuman nya dan anak itu memanggilnya dengan sebutan 'Jung Ssaem'. Satu nama yang membuat senyum itu merekah di kedua sudut bibirnya.



Selesai di tulis : 10.07.2019
Di publikasikan : 13.07.2019



Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro