Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Page 13

    Taehyung menuruni tangga menuju lantai satu dengan mengenakan pakaian sehari-hari, tampak dia yang ingin pergi ke suatu tempat di hari libur pagi itu. Dia melangkahkan kakinya menuju ruang makan dan melihat siluet ibunya yang masih sibuk di dapur, dia pun memutuskan untuk menempati salah satu tempat duduk di meja makan dan merogoh ponselnya, sekedar untuk mengecek adakah notifikasi yang ia lewatkan. Dan benar, terhitung sepuluh pesan yang belum ia baca dan semua itu adalah pesan dari sang kakak.

    Dia kemudian membuka pesan tersebut, bukan pesan berupa tulisan yang ia dapat. Melainkan beberapa foto yang di ambil oleh kakaknya dengan menggunakan background yang tampak seperti taman, bisa di lihatnya bahwa sang kakak terlihat begitu bahagia seakan dia datang ke sana bukan nya untuk bekerja melainkan liburan. Melihat hal itupun Taehyung medengus.

    "Baru sehari di sana, sudah berlibur saja. Enak sekali hidup nya." Gerutunya.

    "Pagi..."

    Sebuah teguran yang mengalihkan perhatian nya dan bukan nya menjawab dia malah membalas sapaan ibunya dengan seulas senyum lebar.

    "Pagi-pagi kenapa sudah kesal?" Tanya Boyoung yang kemudian duduk berseberangan dengan putra bungsu nya.

    "Itu karna Seokjin Hyeong."

    "Kakak mu? Apa yang dia lakukan?" Heran Boyoung.

    Taehyung kemudian menunjukkan foto-foto yang di kirim oleh Seokjin di ponselnya kepada Boyoung.

    "Dia baru sehari dan sudah jalan-jalan, sebenarnya dia ke sana untuk bekerja atau berlibur?" Ujar nya sembari menarik kembali ponsel nya di saat Boyoung menanggapinya dengan seulas senyum.

    "Jika kau mau, kita bisa pergi bersama setelah kelulusan mu."

    "Kelulusan ku masih lama, lagi pula sepuluh hari lagi aku juga akan pergi ke Jirisan. Aku akan mengambil banyak gambar di sana."

    "Benar, ambilah gambar sebanyak-banyak nya dan tunjukkan pada Eomma."

    Taehyung tersenyum lebar hingga menampakkan deretan giginya dengan mata yang menyipit, membuat senyum hangat sang ibu turut melebar.

    "Sudah, tinggalkan dulu kakak mu. Sekarang kita makan."

    Boyoung berdiri dan menyodorkan tangan nya ke arah Taehyung yang kemudian memberikan piring kosong nya kepada sang ibu, sebelum akhirnya piring kosong nya kembali dalam keadaan penuh.

    "Tentang study tour itu, apakah Park Jimin juga ikut?" Tanya Boyoung ketika ia kembali ke tempat duduk nya.

    Taehyung mengangguk di saat mulut nya penuh dan ketika tidak ada Seokjin di sekitar nya dia makan dengan menggunakan tangan kiri tanpa protes dari sang ibu.

    "Jirisan itu sangat jauh, kau jangan jauh-jauh dari Jimin."

    "Memang nya aku anak kecil? Jika aku anak kecil lalu bagaimana dengan Jimin?"

    Boyoung tertawa ringan tanpa suara mendengar respon si bungsu, dia pun turut menyantap makanan nya sendiri.

    "Eoh! Eomma." Tegur Taehyung tiba-tiba seakan ia baru saja teringat akan sesuatu.

    "Wae?"

    "Kemeja putih ku yang waktu itu, Eomma taruh di mana?"

    "Kemeja putih? Kemeja yang mana? Apa maksud mu adalah seragam sekolah?"

    "Bukan... Bukan seragam sekolah, tapi kemeja putih seperti milik Hyeong."

    Raut wajah Boyoung terlihat berpikir keras, mencoba menemukan kemeja putih yang Taehyung maksud.

    "Kapan kau memakainya? Eomma tidak pernah melihat mu mekakai kemeja putih."

    "Dua hari yang lalu."

    Boyoung kembali berpikir dan setelah beberapa detik kemudian bola matanya sedikit melebar. " Ah... Maksud mu kemeja putih yang itu?"

    Taehyung mengangguk dengan cepat. "Dimana Eomma menaruh nya? Aku sudah mencarinya di lemari ku tapi tidak ketemu."

    "Eomma tidak tahu jika itu milik mu, Eomma kira kakak mu membeli baju baru."

    "Jadi Eomma menaruh nya di kamar Hyeong?"

    Boyoung mengangguk. "Eomma tidak tahu baju siapa itu karna merek bajunya berbeda dengan yang di pakai oleh ayah dan kakak mu, jadi Eomma menaruhnya di lemari kakak mu. Lagi pula, bukankah kemeja itu sedikit kebesaran untuk mu?"

    "Itu bukan milik ku, Jung Ssaem meminjamkan nya untuk ku."

    "Jung Ssaem? Dokter yang mengantar mu semalam?"

    Taehyung mengangguk sembari menyuapkan sesendok penuh nasi.

    "Kenapa dia bisa sampai meminjamkan baju nya pada mu?"

    Taehyung sempat tersentak akan pertanyaan yang di lontarkan oleh ibunya, matanya sejenak terlihat mengerjap. Mencoba mencari jawaban yang tepat selain harus berkata jujur dalam waktu yang cepat.

    "Ah... Waktu itu aku membantunya untuk memindahkan barang ke Unit Kesehatan sekolah, tapi aku tidak sengaja menumpahkan kopi nya di baju ku. Jadi dia meminjamkan bajunya padaku."

    Tanpa ada keraguan sedikit, Boyoung menganggukkan kepalanya. Mempercayai kejujuran putra bungsunya yang memang tidak pernah berbohong.

    "Kalau begitu, setelah ini cobalah cari di kamar kakak mu. Ibu meletakkan nya di gantungan."

    Taehyung mengangguk dan melanjutkan sarapan nya, setelah selesai sarapan dia pun segera bergegas ke kamar Seokjin. Namun Boyoung sedikit tertegun ketika melihat Taehyung menyisakan makanan di piring nya, di lihatnya punggung putranya yang berjalan menjauh dengan tatapan bertanya.

    "Tidak biasanya dia menyisakan makanan." Gumamnya dan tak ingin ambil pusing dia pun membereskan meja makan di saat si bungsu yang kini sudah berada di dalam kamar si sulung.

    Taehyung menutup pintu kamar Seokjin dari dalam dan segera berjalan ke arah lemari baju untuk memulai penjarahan di kamar kakak nya, di bukanya lemari baju sang kakak dan seketika matanya mengerjap ketika mendapati ada begitu banyak kemeja putih di sana, baik yang tergantung maupun yang terlipat. Tapi bersyukur dia mengingat merek pakaian Daehyun yang berbeda dengan yang di kenakan oleh kakak nya.

    Dia kemudian mulai memeriksa satu-persatu kemeja yang tergantung di sana. "Apa dia buta warna? Kenapa pakaian nya putih semua?" Gumamnya, meski tak sepenuhnya benar karna masih ada warna lain di sana.
    Hanya saja warna putih yang mendominan mengingat ia adalah seorang pekerja kantoran, tidak mungkin juga kakak nya tersebut akan mengoleksi pakaian hitam.

    Setelah beberapa menit, dia menghentikan pergerakan nya dengan tangan yang berkacak pinggang ketika kebosanan mulai melanda saat dia tidak juga menemukan apa yang ia cari. Bahkan dia sampai mengobrak-abrik pakaian yang terlipat dan tak mendapatkan hasil apapun.

    "Dimana Eomma menaruh nya?" Gumamnya yang di akhiri oleh helaan napas.

    "Dia kemudian menutup pintu lemari baju kakaknya dan meninggalkan nya begitu saja tanpa merapikan terlebih dulu.

    Dia kembali menuruni tangga dan berjalan menuju dapur untuk menghampiri ibunya, namun saat sudah sampai di dapur dia tidak mendpeaati siapun. Dia kemudian berbalik dan menuju pintu utama, mengingat bahwa ibunya pasti menyiram bunga di halaman.
    Dia pun keluar dari rumah dan menuntup pintu dari luar sebelum akhirnya menghampiri sang ibu yang memang benar tengah sibuk menyiram bunga di taman.

    "Eomma." Tegurnya di saat ia melangkahkan kakinya mendekati Boyoung yang kemudian menghentikan aktivitasnya sejenak dan melihat kedatangan putra nya.

    "Ada apa?"

    "Aku tidak bisa menemukan nya."

    "Benarkah? Ibu menaruhnya di gantungan."

    "Aku sudah memeriksa semuanya tapi tidak ada."

    Boyoung sejenak berpikir sebelum akhirnya mampu mengingat sesuatu dan berujar sembari sekilas menganggukkan kepalanya. "Ah... Mungkin saja terbawa oleh kakak mu."

    Mendengar hal itu, Taehyung mendengus sebal. "Kenapa dia malah membawanya?" Gerutunya.

    "Mungkin dia tidak sengaja, kakak mu juga tidak tahu tentang hal itu. Ambil saja ketika dia pulang nanti."

    "Ya sudah, aku ingin pergi dulu."

    "Kemana?"

    "Aku ada janji dengan Jimin, kami ingin pergi ke sungai Han."

    Boyoung mengulas senyum nya dan mengusap kepala si bungsu. " Ya sudah, hati-hati. Jangan pulang terlalu sore."

    Taehyung mengangguk. "Aku pergi dulu." Ujarnya yang kemudian meninggalkan tempat ibunya yang kini melihatnya berjalan menjauh.

    "Hati-hati, jangan lupa makan tepat waktu."

    "Ne...." Sahut si bungsu yang sekilas melambaikan tangan nya pada sang ibu yang tengah mengulas senyum.

    Diapun kembali melanjutkan langkahnya dengan riang. "Eomma memiliki senyum yang sangat manis, seandainya aku bertemu dengan gadis seperti itu." Gumamnya  yang di akhiri dengan seulas senyum.

    Dia kemudian berlari dengan langkah yang ringan menuju halte bus dimana Jimin tengah menunggu nya dan jika sudah begini mungkin saja mereka akan pulang ke rumah masing-masing ketika sore hari.



Selesai di tulis : 24.06.2019
Di publikasikan : 24.06.2019



   

    

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro