Page 119.
Terhitung lima minggu setelah dinyatakan koma, pada akhirnya Taehyung siuman. Meredakan kekhawatiran orang-orang di sekitarnya. Namun meski begitu, Daehyun tak langsung bisa melihat keadaan Taehyung karena Seokjin sudah pasti berada di sisi Taehyung.
Pagi itu keluarga Taehyung berkumpul, termasuk Hoseok karena hari itu adalah hari libur. Namun meski sudah siuman, memerlukan waktu bagi Taehyung untuk bisa merespon orang-orang di sekitarnya. Tapi setidaknya mereka merasa lega karena Taehyung baik-baik saja.
Hoseok diam-diam meninggalkan ruang rawat Taehyung dan bergegas menuju ruang kerja Daehyun. Dan kebetulan saat itu Daehyun berada di ruang kerjanya.
Suara ketukan pintu mengalihkan perhatian Daehyun. Ia pun segera menyahut, "masuklah."
Pintu terbuka, Daehyun segera berdiri ketika melihat bahwa Hoseok yang datang.
"Apa Hyeong sedang sibuk?" tegur Hoseok.
Daehyun menggeleng dengan seulas senyum tipis di wajahnya. "Tidak. Kemarilah."
Hoseok mendekat dan keduanya duduk berhadapan. Bisa dilihat oleh Daehyun, kecemasan di wajah Hoseok saat ini. Namun alih-alih menanyakan alasan dari kecemasan pemuda itu, Daehyun justru menanyakan hal lain.
"Kau sudah makan?"
Hoseok mengangguk.
"Bagaimana? Apa kau sudah terbiasa tinggal di sana?"
"Apa Hyeong sedang mengkhawatirkan aku?"
Daehyun mengangguk.
"Aku baik-baik saja, semuanya berjalan dengan baik. Mereka memperlakukan aku dengan baik."
"Bagaimana dengan Kim Seokjin?"
"Seokjin Hyeong ... dia orang yang baik."
Jawaban yang terdengar meragukan itu membuat Daehyun tersenyum tipis.
"Kenapa kau datang kemari?"
Hoseok merasa enggan untuk menjawab. Namun tanpa dijawab pun Daehyun sudah mengetahui alasan pemuda itu datang ke sana.
"Kau ingin bertemu dengan ibu Youngjae Hyeong?"
Hoseok bertanya dengan ragu, "bagaimana kabar bibi?"
"Dia akan sedih ketika mendengar bagaimana caramu memanggilnya. Panggil dia seperti biasanya saja."
Hoseok hanya mengangguk dan suasana terasa sedikit canggung bagi pemuda itu.
"Kim Seokjin tidak tahu jika kau datang kemari?"
Hoseok menggeleng. "Taehyung sudah siuman, kapan Hyeong akan menemuinya?"
"Keadaan akan memburuk jika aku berhadapan Seokjin. Apa yang sedang kau cemaskan?"
Hoseok menggeleng, namun sudah jelas bahwa pemuda itu terlihat tengah menyembunyikan sesuatu.
Daehyun kemudian menegur, "katakan saja, Hyeong akan mendengarkanmu."
Hoseok menyahut dengan ragu, "tidak bisakah Hyeong melepaskan Taehyung saja?"
Tak marah, Daehyun justru menyahut dengan nada bicara yang lebih lembut, "kenapa? Kau pasti memiliki alasan ketika mengatakan hal ini?"
"Setiap kali Hyeong berjuang untuk Taehyung, Hyeong selalu terluka. Tidak bisakah ... Hyeong hidup seperti dulu lagi? Tidak bisakah Hyeong berhenti untuk terluka?"
Perlahan seulas senyum kembali terlihat di wajah Daehyun. Tak ada kesalahan dalam ucapan Hoseok. Daehyun sepenuhnya mengerti bahwa apa yang diucapkan oleh Hoseok saat ini adalah bentuk dari rasa khawatir pemuda itu terhadapnya.
"Jangan mengkhawatirkan Hyeong. Hyeong berjanji tidak akan terluka lagi mulai sekarang. Jadi ... apakah kau mengizinkan Hyeong untuk membawa Taehyung pulang?"
"Aku tidak memiliki hak untuk menahan Taehyung. Tapi ... apapun yang terjadi nanti, aku harap Hyeong tidak akan terluka lagi."
"Haruskah kita membuat janji?"
Hoseok langsung mengulurkan tangannya dan menyodorkan jari kelingkingnya pada Daehyun. Daehyun menyambut jari kelingking Hoseok dengan seulas senyum lebar. Keduanya menautkan jari kelingking satu sama lain dan membuat sebuah janji.
Daehyun berucap, "jika suatu saat nanti aku terluka, Jung Hoseok akan datang padaku dan menyembuhkan lukaku."
"Itu bukan bagian dari janji kita," protes Hoseok.
"Tapi aku sudah terlanjur mengucapkannya, haruskah kita membatalkannya?"
"Hyeong jangan terluka lagi."
Daehyun tersenyum lebar dan tautan jari keduanya terlepas. Sebenarnya Daehyun tahu bahwa Hoseok datang ke sana karena kesepian. Namun jika Daehyun menawarkan tempat di sisinya untuk Hoseok, Daehyun berpikir bahwa mungkin hari setelahnya akan lebih menyakitkan lagi bagi pemuda itu.
"Kalau begitu, aku akan menghubungi Youngjae Hyeong untuk menjemputmu."
"Aku belum meminta izin pada Seokjin Hyeong."
"Apakah dia akan mengizinkanmu?"
Hoseok menggeleng.
"Tidak apa-apa, jangan khawatir. Aku akan meminta izin pada ayahmu."
Harusnya Hoseok merasa senang, namun pemuda itu masih tampak canggung dengan keluarga barunya.
GOODBYE DAYS
Seokjin kembali ke ruang rawat Taehyung ketika kedua orang tuanya sudah pergi. Sempat menanyakan keberadaan Hoseok, Seokjin dibuat percaya oleh kebohongan kedua orang tuanya yang mengatakan bahwa Hoseok pulang bersama mereka. Sedangkan pada kenyataannya Hoseok justru pulang ke rumah lamanya, dan tentunya tanpa Daehyun.
Mendekati Taehyung, Seokjin lantas menarik sebuah kursi dan mendudukinya. Ia kemudian meraih punggung tangan Taehyung. Meski sudah siuman, kondisi Taehyung masih sangat lemah. Dan pemuda itu hanya bisa terbaring di ranjang.
Tersenyum lemah ketika memandang Seokjin, Taehyung lantas menegur, "sudah lama sekali ... aku tidak mendengar suaramu, Hyeong."
"Kau senang ... setelah mendengar suara Hyeong lagi?"
Taehyung bergumam untuk membenarkan ucapan Seokjin. " Bagaimana kabarmu, Hyeong?"
"Semua akan baik-baik saja asalkan Hyeong bisa melihatmu baik-baik saja."
"Maaf ..."
"Kenapa kau meminta maaf?"
"Aku sedang dihukum karena melarikan diri dari Hyeong."
Taehyung tak keberatan untuk mengakui kesalahannya. Tak perlu repot-repot bertanya pada Seokjin, kedua orang tua Seokjin telah memberitahu Taehyung tentang keadaan Daehyun. Dan tentunya tanpa sepengetahuan Seokjin.
Seokjin tersenyum lembut dengan tatapan prihatin, "kau tidak harus mengatakan hal itu."
"Aku ... tidak akan melarikan diri lagi."
"Jangan memikirkan apapun. Yang terpenting sekarang adalah kesehatanmu ... kau harus sembuh, dan kita mulai semuanya dari awal."
Taehyung kembali tersenyum. "Aku merindukanmu, Hyeong ..."
Seokjin menggenggam tangan Taehyung menggunakan kedua tangannya, berharap bahwa Taehyung mengetahui seberapa besar kasih sayangnya terhadap pemuda itu.
Dengan penuh sesal Seokjin lantas membuat sebuah pengakuan, "Hyeong minta maaf, Hyeong sudah membuatmu terluka. Jika kau ingin marah, Hyeong akan menerimanya ... Hyeong bersalah, maafkan kakakmu ini, Kim ..."
Taehyung tersenyum lebih lebar, menemukan hal yang sudah sangat lama tidak ia dengar dari Seokjin.
"Sudah sangat lama, aku tidak mendengar Hyeong memanggilku seperti itu."
Seokjin menjatuhkan pandangannya dan tersenyum lebar. Namun entah kenapa ia justru ingin menangis saat itu. Seokjin berpikir bahwa Taehyung telah kembali seutuhnya pada dirinya. Namun hal itu tidak benar-benar terjadi pada Taehyung.
Taehyung tak melupakan bagaimana ia berlari ke arah Daehyun saat berada di bandara. Pemuda itu masih mengingat perasaannya waktu itu. Dan hingga detik ini, pemuda itu masih memiliki perasaan yang sama.
Dalam ketidakberdayaannya, Taehyung berucap dalam hati, "aku ingin melihatmu, Daehyun Hyeong ..."
Air mata lantas keluar dari sudut mata Taehyung tanpa sepengetahuan Seokjin. Dan saat itu, orang yang ingin dilihat oleh Taehyung tengah memperhatikannya dari luar ruangan.
Berdiri di depan pintu ruang rawat Taehyung. Daehyun hanya bisa melihat pemuda itu melalui kaca transparan pada pintu. Meski tak begitu jelas, namun kekhawatiran Daehyun sudah cukup terobati ketika melihat interaksi yang dilakukan oleh Seokjin dan juga Taehyung.
"Sampai kapan Hyeong akan seperti ini?"
Daehyun menoleh ke samping dan mendapati Kihyun yang sudah berdiri di sana. Daehyun lantas kembali memandang ke dalam ruangan dan menjawab,
"Aku akan membawanya pulang setelah dia menginginkannya."
Kihyun menatap prihatin tanpa bisa memberikan saran apapun. Namun ia akan menghargai keputusan yang kelak akan diambil oleh Daehyun.
Selesai ditulis : 06.03.2021
Dipublikasikan : 25.03.2021
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro