Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Page 116.

"Hyeong, kau bisa mendengar suaraku?" pertanyaan yang sama kembali terucap oleh orang yang berbeda. Dan kali ini pertanyaan itu diucapkan oleh Jooheon.

"Hyeong, bisa kau menggerakkan tanganmu? Sedikit saja, bisakah kau melakukannya?"

Ketiga orang di ruangan itu menunggu dengan cemas. Namun seperti sebelumnya, Daehyun sama sekali tak merespon dengan apapun yang mereka lakukannya. Hanya kelopak mata yang beberapa kali sempat berkedip dengan lemah.

Jooheon kembali menegakkan tubuhnya dan bertemu pandang dengan Kihyun. Jooheon memberikan isyarat agar Kihyun keluar mengikutinya. Dan setelah kepergian kedua dokter itu, Youngjae mendekati Daehyun. Berdiri di samping kepala Daehyun agar sang kakak bisa melihat wajahnya.

Youngjae lantas menegur dengan suara yang lembut, "kau mengenaliku, Hyeong?"

Daehyun menghindari kontak mata dengan Youngjae. Dan setelahnya Youngjae meraih telapak tangan Daehyun lalu menggenggamnya dengan lembut. Pandangan sang Pengacara lantas terjatuh pada tangan yang ia genggam saat ini.

"Kau harus baik-baik saja. Mulai hari ini ... aku akan mendengarkanmu. Oleh sebab itu kau harus baik-baik saja."

Bahu Youngjae berguncang pelan. Sebuah isakan perlahan keluar dari mulut si Pengacara. Untuk kali ke dua dalam hidupnya dia menangis di hadapan Daehyun. Kedua lutut Youngjae lantas terjatuh ke lantai. Tangan yang ia genggam kemudian ia satukan dengan keningnya.

Sementara Daehyun sama sekali tidak memberikan respon meski Youngjae menangis di sebelahnya. Tatapan kosong itu tak menunjukkan perasaan apapun. Dan kondisi seperti ini terus berlanjut hingga hari baru kembali dijalani oleh semua kehidupan.

Pagi-pagi sekali, ibu Youngjae datang ke rumah sakit setelah mendapatkan kabar bahwa Daehyun sudah sadar. Namun sayangnya Daehyun tak menunjukkan perkembangan apapun sejak semalam. Tak peduli berapa banyak orang yang berusaha berbicara dengannya, ia hanya akan tetap diam dengan kedua mata yang terkadang berair.

Tapi setidaknya Daehyun memberikan kabar baik bagi keluarganya. Tidak seperti Taehyung yang masih sama dengan keadaan kemarin. Pagi itu hanya ada Boyoung di sana karena setelah menjemput Hoseok semalam, Seokjin tidak kembali ke rumah sakit.

Boyoung sejenak memandang pintu sebelum kembali pada Taehyung. Ia kemudian meraih tangan lemah Taehyung dan menggenggamnya dengan lembut.

Wanita itu kemudian berbicara dengan suara yang lembut, "Taehyung, apakah kau mendengar ibu? Kami bersalah padamu, kami seharusnya meminta maaf padamu. Ibu ... ibu mendengar bahwa kau ingin pulang bersama Jung Ssaem. Ibu minta maaf karena membiarkanmu pergi bersama Seokjin Hyeong. Kau ... pasti sangat terluka."

Boyoung berhenti sejenak untuk menghela napas singkat yang terdengar berat. Sebagai seorang ibu, Boyoung merasa telah menjadi orang yang paling bersalah karena hal ini. Dia sudah mengetahui bahwa Taehyung ingin pulang ke rumah Daehyun. Namun ia tak mencoba untuk menghentikan Seokjin ketika putra sulungnya itu membawa Taehyung pergi.

Dengan satu tangan yang terbebas mengusap wajah Taehyung, Boyoung kembali berbicara, "ibu dengar bahwa Jung Ssaem sudah sadar. Maka dari itu kau tidak perlu khawatir ... ibu berjanji, ibu akan membawa Jung Ssaem padamu jika kau bangun. Oleh sebab itu, bukalah matamu dan izinkan ibu meminta maaf padamu ... kau ingin pulang ke rumah Jung Ssaem, bukan? Ibu akan mengantarmu ke sana, jadi kau harus tetap baik-baik saja. Kau mengerti? Ibu benar-benar minta maaf."

"Eomma."

Batin Boyoung tersentak. Segera ia turunkan tangannya dan menoleh ke pintu. Terkejut ketika melihat Seokjin sudah berada di sana ketika ia tidak mendengar seseorang membuka pintu sebelumnya.

Seokjin menghampiri sang ibu dengan tatapan yang menuntut setelah mendengar apa yang diucapkan oleh wanita itu.

Seokjin lantas menegur ketika sampai di tempat ibunya, namun dengan nada bicara yang kaku, "apa yang baru saja Eomma katakan?"

Boyoung terlihat gugup. "Kapan kau datang? Ibu tidak mendengarmu membuka pintu."

"Apa Jung Daehyun sudah sadar?"

Boyoung tertegun, ia berpikir bahwa Seokjin akan memarahinya karena dia mengatakan hal itu pada Taehyung.

"Ibu mendengarnya dari Dokter Yoo."

"Bagaimana keadaannya sekarang?" Seokjin berusaha untuk terlihat tak peduli. Karena memang yang ia pedulikan adalah perjanjiannya dengan Youngjae.

"Aku dengar dari Dokter Yoo bahwa Jung Ssaem tidak menyahut ketika diajak berbicara. Dia hanya terbaring meski sudah sadar sejak semalam."

Seokjin menjatuhkan pandangannya ke samping. Jika dia merasa lega setelah mendengar keadaan Daehyun setelah sadar, bukankah ia merupakan orang yang kejam. Namun alih-alih merasa lega, sudut hati Seokjin justru merasa iba. Bagaimanapun juga kecelakaan ini terjadi juga karena keputusannya.

Boyoung kemudian bertanya dan kembali menarik perhatian putra sulungnya, "omong-omong, bagaimana dengan surat dari pengadilan? Apa tidak sebaiknya kita bicarakan baik-baik dengan keluarga Jung Ssaem?"

"Yoo Youngjae sudah menarik gugatan. Eomma tidak perlu mencemaskan hal itu ... aku akan pergi sebentar. Setelah aku kembali, sebaiknya Eomma pulang dan beristirahat."

"Ibu tidak apa-apa, ibu akan tetap di sini."

"Aku yang akan tinggal di sini. Eomma pulanglah."

Boyoung hanya bisa menuruti ucapan Seokjin. Tak ingin membuat sang putra marah.

Seokjin hendak pergi. Namun tepat setelah ia memunggungi Boyoung, langkah itu terhenti. Dia kemudian berbicara tanpa melihat sang lawan bicara.

"Satu lagi ... aku tidak ingin mendengar Eomma mengatakan hal seperti itu lagi apapun alasannya."

Seokjin lantas meninggalkan ruangan itu. Membuat kekhawatiran kembali terlihat di wajah sang ibu.



GOODBYE DAYS




Sepulang sekolah Hoseok berkunjung ke rumah sakit seorang diri setelah Seokjin memberitahunya di ruangan mana Taehyung dirawat. Memasuki lift bersama beberapa orang lainnya, Hoseok berdiri di bagian paling belakang. Dan saat itu satu orang baru memasuki lift saat pintu lift hampir tertutup.

"Youngjae Hyeong?" batin Hoseok.

Hoseok merasa heran melihat keberadaan Youngjae di sana. Dan alih-alih menegur, Hoseok lebih memilih untuk mengikuti ke mana Youngjae pergi. Dan rasa penasaran pemuda itu semakin besar ketika Youngjae menyusuri lorong di depan ruang rawat yang berbeda lantai dengan tempat yang akan ia tuju.

Hoseok sempat bersembunyi agar kehadirannya tidak diketahui oleh Youngjae. Dan ketika Youngjae memasuki salah satu ruang rawat, Hoseok berlari kecil. Berhati-hati agar langkah kakinya tak menimbulkan suara terlalu keras.

Sampailah Hoseok di depan pintu ruang rawat yang baru saja dimasuki oleh Youngjae. Hoseok mengintip melalui kaca dan menemukan Youngjae berdiri di samping ranjang, di mana di sanalah Daehyun berada. Namun Hoseok tak mampu mengenali Daehyun.

"Siapa yang dikunjungi oleh Youngjae Hyeong?" gumam Hoseok.

Pemuda itu terkejut ketika Youngjae berjalan ke arahnya. Hoseok segera melarikan diri dan bersembunyi di persimpangan. Saat itu Youngjae keluar untuk menerima telepon dan sepertinya itu adalah hal yang cukup penting.

"Tunggu di sana, aku akan keluar sekarang."

Youngjae melewati tempat Hoseok bersembunyi. Berjalan menuju arah mereka datang sebelumnya dengan langkah yang tampak terburu-buru. Setelah itu Hoseok keluar dari tempat persembunyiannya.

Setelah memastikan bahwa Youngjae benar-benar pergi. Hoseok lantas bergegas menuju ruang rawat Daehyun untuk memastikan siapakah yang dikunjungi oleh Youngjae.

Hoseok menutup pintu secara perlahan sebelum mendekati ranjang dengan langkah tenang tanpa suara. Hingga pada akhirnya langkah itu terhenti ketika penglihatannya mengenali siapakah yang saat ini terbaring di ranjang. Ransel yang menyampir di bahu pemuda itu lantas jatuh ke lantai ketika wajah itu menunjukkan reaksi keterkejutan.

"Daehyun Hyeong?" dua kata yang mewakilkan rasa terkejutnya.

Selesai ditulis : 25.12.2020
Dipublikasikan : 25.12.2020

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro