Page 115.
Kelopak mata Seokjin perlahan terbuka. Mengerjap beberapa kali ketika merasa bingung dengan tempat ia berada saat ini. Dia yang ketiduran di sofa lantas bangkit. Mencoba mengembalikan kesadarannya sepenuhnya.
"Kau sudah bangun?" tegur Boyoung yang kemudian menghampiri putra sulungnya.
Seokjin memandang ke tempat Taehyung dan mengenali di mana saat ini ia berada. Dia kemudian menggaruk keningnya sembari berucap, "jam berapa sekarang?"
"Pukul delapan."
Pergerakan Seokjin terhenti, tampak tertegun. Ia segera memandang sang ibu dan bertanya dengan terburu-buru, "ayah di mana?"
"Ayahmu keluar sebentar."
"Hoseok? Bagaimana dengan Hoseok?"
Boyoung tampak terkejut. "Ya ampun! Ibu lupa memberitahunya."
Seokjin tampak panik. "Kenapa Eomma tidak membangunkan aku?"
"Kau terlihat sangat lelah, ibu tidak tega membangunkanmu."
Seokjin memakai sepatunya dengan terburu-buru dan segera beranjak dari tempat duduknya sembari meraih jasnya.
"Aku akan melihat keadaan Hoseok."
Setelah keluar dari ruang rawat Taehyung, Seokjin pun berlari. Sejak awal dia berencana untuk menjemput Hoseok saat pemuda itu pulang. Namun sayangnya dia justru ketiduran. Dan kedua orang tuanya yang terlalu panik karena kondisi Taehyung lantas melupakan keberadaan Hoseok.
Dalam perjalanan, Seokjin mencoba untuk menghubungi Hoseok. Namun setelah beberapa kali mencoba, Hoseok tak juga menjawab panggilannya dan semakin membuatnya panik.
"Kenapa kau tidak menjawab teleponnya?"
Seokjin menaikkan laju mobilnya. Dan setelah sampai di kediamannya, dia memarkirkan mobilnya di depan gerbang. Memasuki halaman rumah, Seokjin segera memasuki rumah untuk memastikan bahwa Hoseok sudah pulang.
"Hoseok, kau sudah pulang?" lantang Seokjin sembari berjalan menuju lantai atas.
Namun setelah tak menemukan jejak Hoseok di sana, Seokjin mengelilingi bangunan itu untuk menemukan Hoseok yang memang tidak ada di sana. Berhenti di ruang tamu, Seokjin lantas menghubungi ibunya.
"Eomma, apakah Hoseok memiliki kunci rumah?"
"Tidak, ibu lupa memberikannya. Apa dia tidak ada di rumah?"
"Mungkin dia mengikuti kelas tambahan, aku akan pergi ke sekolahnya sekarang."
Seokjin memutuskan sambungan dan segera meninggalkan rumahnya. Satu satunya tempat yang ada dalam pikirannya saat ini adalah sekolah. Seokjin berharap bahwa saat ini Hoseok masih berada di sekolah. Setidaknya jika itu terjadi, rasa bersalahnya akan berkurang.
GOODBYE DAYS
Youngjae mengajak Hoseok makan malam di sebuah kedai yang tidak jauh dari jalanan. Sejenak menyisihkan masalah yang kini ia hadapi, si Pengacara mencoba menutupi apa yang terjadi pada Daehyun saat ini dari pemuda itu. Namun ia juga menunjukkan sifat liciknya.
"Hoseok, bisa kau berikan ponselmu?"
Tanpa ada rasa curiga Hoseok menyerahkan ponselnya pada Youngjae. Si Pengacara membuat ponsel Hoseok dalam mode diam dan menaruh ponsel tersebut di hadapannya.
"Baiklah, selamat makan."
"Selamat makan," sahut Hoseok dan keduanya memulai makan malam damai mereka.
"Makanlah yang banyak, kau terlihat lebih kurus dibandingkan dengan saat terakhir kali kita bertemu."
"Hyeong selalu mengatakan hal itu setiap kali kita bertemu."
Youngjae tersenyum lebar. "Benarkah? Aku tidak sadar sudah mengatakan hal itu."
Perhatian Youngjae teralihkan oleh layar ponsel Hoseok yang menyala. Sembari mencuri pandang pada Hoseok, Youngjae melihat siapakah yang menghubungi Hoseok saat itu. Dan setelah melihat nama Seokjin, tangan Youngjae bergerak dengan alami membalik ponsel Hoseok sembari mengalihkan perhatian Hoseok.
"Makanlah yang banyak."
"Hyeong."
"Ada apa?"
"Kenapa Hyeong bisa ada di sana?"
"Bukankah aku sudah menjawabnya?"
"Hyeong tidak benar-benar menjawabnya."
"Kau sendiri, kenapa kau duduk di sana?"
"Aku tidak memiliki kunci rumah."
"Jika tidak memilikinya, seharusnya kau memintanya."
Hoseok menghembuskan napas kesal dan kembali menyuapkan sup ke dalam mulutnya.
"Habiskan makananmu dan kita pulang setelahnya."
"Pulang ke mana?" tanya Hoseok dengan hati-hati.
"Ke rumah kita, memangnya ke mana lagi?"
Hoseok menaruh sendok yang ia pegang dan tampak sedikit canggung. Membuat Youngjae menatapnya penuh tanya.
Youngjae lantas menegur, "ada apa?"
Hoseok kemudian berbicara dengan sangat ragu, "aku ... akan pulang ke rumah Seokjin Hyeong saja."
"Kenapa?"
"Daehyun Hyeong menyuruhku tinggal di sana."
Youngjae tersenyum tipis. "Kakakmu itu tidak ada di rumah."
Pandangan yang sempat terjatuh itu lantas kembali mengarah pada Youngjae.
"Apa ... Daehyun Hyeong pergi menyusul Taehyung?"
Youngjae kembali tersenyum. "Kenapa kau berpikir seperti itu?"
"Kemarin Daehyun Hyeong mengejar Taehyung ke bandara."
"Tidak, dia tidak pergi ke manapun," sahut Youngjae dengan cepat.
"Youngjae Hyeong mengatakan bahwa Daehyun Hyeong tidak ada di rumah."
"Dia menginap di rumah sakit?"
"Kenapa? Apa terjadi sesuatu pada Daehyun Hyeong?"
Youngjae menggeleng, masih mempertahankan garis senyum di wajahnya. Menolak untuk memberitahukan keadaan Daehyun pada Hoseok.
"Dia memiliki pekerjaan yang tidak bisa ditinggalkan. Dan lagi pula Taehyung tidak jadi pergi."
Hoseok menatap penuh tanya, "dari mana Hyeong tahu?"
"Taehyung masih berada di Korea."
"Maksud Hyeong?"
"Saat ini semua keluargamu sedang berada di rumah sakit."
Batin Hoseok tersentak. "Apa terjadi sesuatu pada Taehyung?"
"Dia mengalami kecelakaan. Dan mungkin karena terlalu panik sehingga mereka lupa untuk menghubungimu ... Hoseok, dengarkan baik-baik. Jangan berpikir bahwa mereka telah menelantarkanmu. Tidak, mereka tidak melupakanmu ... aku datang karena Seokjin meminta tolong padaku untuk menjemputmu."
Sebuah kebohongan yang tak mampu disangkal oleh Hoseok. Dan entah apa tujuan Youngjae sehingga ia melakukan kebohongan yang jelas tidak memberikan keuntungan sama sekali untuknya.
"Habiskan makananmu. Sepertinya aku terlalu lama membawamu pergi."
Dengan seulas senyum yang melebar, Youngjae mengambil ponsel Hoseok dan mengirimkan alamat mereka berada saat ini kepada Seokjin setelah puas membuat pria itu kebingungan mencari keberadaan Hoseok.
Setelah menghabiskan makanan mereka, Hoseok dan Youngjae keluar dari kedai. Dan saat itulah mobil Seokjin datang. Dengan wajah yang tampak khawatir, Seokjin menghampiri Hoseok.
"Hoseok, kau baik-baik saja? Kenapa kau tidak menjawab teleponku?"
Hoseok merasa bingung. Dan Youngjae segera menengahi, "kita harus berbicara, Tuan Kim Seokjin."
Seokjin mengarahkan tatapan tak bersahabatnya pada Youngjae dan menyuruh Hoseok pergi, "Hoseok, masuklah ke mobil lebih dulu."
Hoseok mengangguk dan berpamitan pada Youngjae, "Hyeong, aku pergi dulu."
Seokjin memperhatikan Hoseok, dan setelah Hoseok menjauhi tempat keduanya. Saat itu Seokjin segera mencengkram kerah pakaian Youngjae dan berbicara dengan nada mengancam.
"Apa maksudmu melakukan semua ini?"
Youngjae menurunkan tangan Seokjin dengan halus dan menatap tanpa minat. "Kau harusnya berterimakasih padaku."
Netra Seokjin memicing. "Untuk alasan apa aku harus berterimakasih padamu?"
"Kalian menelantarkan anak di bawah umur sendirian di depan rumah. Setidaknya berikan dia kunci agar dia bisa menunggu di dalam rumah ... bagaimanapun juga, Hoseok tetaplah adikku. Jangan berpikir bahwa kau bisa mengekang anak itu. Dia bukan Taehyung ... lagi pula perjanjian kita masih berlaku."
"Sudah selesai bicaranya."
"Belum."
Seokjin tampak sangat kesal. Namun ia mencoba untuk menahan diri. "Kalau begitu bicaralah sesukamu."
Seokjin lantas meninggalkan Youngjae. Namun teguran Youngjae segera menghentikan langkahnya.
"Jangan beritahukan pada Hoseok."
Seokjin berbalik.
Youngjae kembali berbicara, "tentang Daehyun. Jangan biarkan anak itu tahu."
Seokjin tak memberi jawaban dan pergi begitu saja. Begitupun dengan Youngjae yang bergegas kembali ke rumah sakit.
Dalam perjalanan, Hoseok memberanikan diri untuk menegur. "Hyeong, aku dengar dari Youngjae Hyeong."
"Maafkan kami, seharusnya kami mengabarimu."
Hoseok menggeleng. "Terima kasih."
Seokjin sekilas menatap penuh tanya. "Untuk apa?"
"Seokjin Hyeong meminta Youngjae Hyeong untuk menemuiku."
Dahi Seokjin mengernyit. "Apa yang sedang kau bicarakan, Hoseok?"
"Youngjae Hyeong mengatakan bahwa Seokjin Hyeong menyuruhnya untuk menjemputku."
Seokjin tertegun. "Dia mengatakan itu padamu?"
Hoseok mengangguk, menciptakan sedikit rasa bersalah di hati Seokjin setelah perlakuan kasarnya pada Youngjae tadi.
"Bagaimana keadaan Taehyung sekarang?" tanya Hoseok dengan ragu.
"Dia akan baik-baik saja. Sekarang aku akan mengantarmu ke rumah. Jika ingin mengunjungi Taehyung, lakukan saja besok."
Hoseok mengangguk patuh dan berhenti bertanya. Namun saat itu Seokjin terpikirkan oleh sikapnya pada Youngjae dan perkataan Hoseok tentang Youngjae. Pada akhirnya dia tidak mampu melihat kebenaran di sekitarnya ketika pikirannya tengah kacau
GOODBYE DAYS
Kembali ke rumah sakit, Youngjae menemukan Kihyun saat memasuki ruang rawat Daehyun.
Kihyun lantas menegur, "kau kembali?"
"Di mana ibuku?" Youngjae balas menegur dan berdiri berseberangan dengan Kihyun.
"Bibi terlihat lelah, jadi aku menyuruhnya untuk istirahat di rumah."
"Terima kasih," ujar Youngjae singkat.
Kihyun tersenyum tipis, melihat sosok Youngjae yang benar-benar berbeda dari sebelumnya. Kihyun kemudian memandang Daehyun dan kembali memulai pembicaraan.
"Aku pikir Daehyun Hyeong sangatlah beruntung."
"Apa maksudmu?" tatapan menyelidik Youngjae kembali memandang Kihyun.
Kihyun kembali memandang Youngjae dan berucap, "dia memiliki keluarga yang sangat menyayanginya."
"Apakah itu sebuah cibiran?" sinis Youngjae.
"Kau bisa menyebutnya dengan apapun. Pulanglah, hari ini biar aku yang menjaganya."
"Kau memiliki banyak pasien yang sedang menunggumu. Jangan bertingkah seakan-akan kau adalah pengangguran."
Kihyun tertawa pelan. "Kau benar. Tapi aku memiliki banyak hutang budi yang belum aku bayarkan kepada kakakmu," Kihyun kembali memandang Daehyun, "setidaknya, dengan memastikan bahwa dia baik-baik saja-"
"Pastikan kau tidak mengganggu tidurku," sahut Youngjae yang kemudian berjalan menuju sofa dan berbaring di sana.
Kihyun yang melihat hal itu hanya bisa tersenyum sebelum kembali menjatuhkan pandangannya pada Daehyun. Namun saat itu Kihyun berhasil menangkap pergerakan jemari Daehyun.
"H-hyeong?" gumam Kihyun. Ia pun bergegas memeriksa kondisi Daehyun dengan wajah yang tampak sangat serius.
Kihyun kemudian mencondongkan tubuhnya dan berbicara dengan pelan di samping wajah Daehyun, "Hyeong, Daehyun Hyeong. Kau bisa mendengarku?"
Netra Kihyun melebar ketika ia melihat pergerakan dari kelopak mata Daehyun. Ia kembali menegakkan tubuhnya dengan seulas senyum yang melebar.
"Yoo Youngjae," panggil Kihyun tak terlalu keras.
Youngjae melongokkan kepalanya. Dan netra sang pengacara segera membulat ketika melihat Daehyun membuka mata. Youngjae dengan segera melompat dari sofa dan bergegas menghampiri Daehyun.
"Hyeong ..."
Selesai ditulis : 20.12.2020
Dipublikasikan : 20.12.2020
Kapan Taehyung sadar?
Saat itu terjadi, berarti cerita ini akan segera tamat.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro