Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Page 114.

    Hari itu, baik Daehyun maupun Taehyung telah ditemani keluarga masing-masing. Keduanya berada di bangunan yang sama namun lantai yang berbeda. Dan malam itu, entah apa yang membawa Youngjae hingga ia memutuskan untuk pergi ke ruang rawat Taehyung.

    Bukan untuk berkunjung, melainkan hanya melihat keadaan di dalam ruangan dari luar. Youngjae melihat keberadaan Kihyun bersama kedua orang tua Seokjin, namun ia tak bisa menemukan keberadaan Seokjin karena pandangannya tak mampu melihat keseluruhan ruangan itu.

    Youngjae sekilas melihat jam tangan di pergelangan tangannya dan berpikir bahwa mungkin saja saat ini Seokjin sedang menjemput Hoseok karena seharusnya Hoseok telah meninggalkan sekolah sejak sore tadi.

    Perhatian Youngjae segera teralihkan oleh pintu di hadapannya yang tiba-tiba terbuka. Dan Kihyun yang baru saja membuka pintu sedikit terkejut melihat Youngjae di sana.

    "Kau di sini?"

    Youngjae segera menaruh jari telunjuknya di depan mulutnya sendiri, mengisyaratkan agar Kihyun tetap diam. Dia pun meninggalkan Kihyun, dan Kihyun menyusul setelah menutup pintu ruang rawat.

    Berhenti di tikungan, Youngjae menunggu kedatangan Kihyun guna memastikan sesuatu.

    Kihyun yang sudah berada di hadapan Youngjae lantas menegur, "apakah ada hal yang ingin kau katakan?"

    "Aku ingin menanyakan sesuatu padamu."

    "Tentang apa?"

    "Apa Seokjin meninggalkan rumah sakit?"

    Kihyun menggeleng. "Dia berada di ruang rawat Taehyung. Sepertinya dia ketiduran."

    Dahi Youngjae sedikit berkerut, menatap penuh selidik. "Kau tidak melihat Hoseok?"

    "Tidak. Hanya ada Seokjin dan keluarganya di ruangan itu."

    Batin Kihyun tersentak setelah menyelesaikan ucapannya. Merasa bahwa mungkin ucapannya terlalu lancang karena pada kenyataannya Hoseok sudah menjadi bagian dari keluarga Seokjin.

    "Aku minta maaf jika perkataanku terlalu berlebihan."

    Youngjae sekilas memandang ke arah ia dan Kihyun datang sebelumnya lalu kembali memandang Kihyun.

    "Aku titip kakak dan ibuku," ucap Youngjae sebelum meninggalkan Kihyun.

    Seulas senyum tipis lantas terlihat di wajah Kihyun. Dia kemudian berucap, "ada bagusnya dia bersikap seperti ini sejak awal. Kenapa dia baru bersikap manis setelah kakaknya terluka?"

    Kihyun lantas menyusul Youngjae, namun memiliki tujuan yang berbeda dengan si Pengacara. Naik dua lantai, Kihyun berinisiatif untuk mengunjungi Daehyun. Namun dalam perjalanan ia bertemu dengan Jooheon yang memang bertanggungjawab terhadap kondisi Daehyun.

    "Hyeong," Jooheon menegur lebih dulu.

    Kihyun membalas teguran Jooheon sembari tersenyum seakan ingin mencibir Jooheon, "ada apa dengan wajahmu?"

    "Daehyun Hyeong seperti itu, bagaimana kau bisa tersenyum saat ini?"

    "Haruskah aku menangis?"

    "Eih ... kau ini. Aku sudah sangat frustasi tapi kenapa Hyeong sama sekali tidak membantuku."

    Wajah Kihyun tiba-tiba terlihat serius. "Ada apa? Apa terjadi sesuatu pada Daehyun Hyeong?"

    "Bukan itu ..."

    "Lalu?"

    "Sejak Daehyun Hyeong dibawa kemari, Direktur terus saja memburuku. Kau tahu betapa istimewanya Daehyun Hyeong bagi orang tua itu ... sejak pagi dia terus memanggilku hanya untuk memarahiku. Memangnya aku tahu kenapa Daehyun Hyeong bisa sampai seperti ini?"

    Kihyun menghela napas, tampak tak tertarik dengan masalah hidup Jooheon. "Bagaimana keadaan Daehyun Hyeong sekarang?"

    "Belum ada perkembangan. Dia pasti sangat menderita ... ibunya terus saja menangis di dalam sana."

    Jooheon tiba-tiba teringat sesuatu yang harus ia tanyakan. "Tapi tunggu sebentar ... bukankah tadi pagi Taehyung dipindahkan dari Rumah Sakit Hyunjin? Incheon? Benar?"

    Kihyun mengangguk.

    "Daehyun Hyeong juga dipindahkan dari sana. Aku dengar anak itu mengalami kecelakaan, Daehyun Hyeong juga. Apa ... mereka terlibat kecelakaan bersama?" selidik Jooheon.

    Kihyun menepuk bahu Jooheon beberapa kali dan berucap, "cukup lakukan tugasmu dengan baik. Aku akan mengunjunginya sebentar.

    Kihyun lantas berjalan melewati Jooheon. Namun hanya beberapa langkah dan ia kembali berhenti oleh teguran Jooheon.

    "Hyeong."

    Kihyun menoleh.

    Jooheon berucap dengan tatapan yang ragu, "kemungkinan untuk kembali pulih sangatlah sedikit. Kita harus bersiap dengan kemungkinan terburuk yang akan terjadi."

    Kihyun tersenyum tipis. Bukan untuk perasaan senang, melainkan untuk sebuah keprihatinan. Dia kemudian berucap, "jangan biarkan keluarganya mengetahui tentang hal ini."

    "Bagaimana Hyeong bisa bicara seperti itu? Mereka adalah keluarganya. Apapun kondisi Daehyun Hyeong, mereka harus tahu karena mereka adalah keluarganya."

    "Jangan membantah, lakukan saja apa yang aku katakan. Percayakan pada Daehyun Hyeong, dia bukanlah orang yang lemah."

    Kihyun lantas benar-benar pergi meninggalkan Jooheon. Dan saat itulah Jooheon menggerutu, "di saat seperti ini, kenapa dia masih bisa tersenyum?"

    Perhatian Jooheon kemudian teralihkan oleh ponselnya yang bergetar di dalam saku. Mengambil ponselnya, seketika helaan napas frustasi keluar dari mulut Jooheon ketika ia melihat nama sang pemanggil. Dengan sangat kesal ia kembali melanjutkan langkah yang tertunda sembari menerima panggilan.

    "Ya, Direktur. Aku akan segera ke sana, mohon tunggu sebentar. Kita akan bicara setelah bertatap muka." Dia lantas menggerutu, "orang tua ini benar-benar menjengkelkan."



GOODBYE DAYS


    Youngjae menepikan mobilnya di jalanan perumahan yang sangat sepi. Sejenak memandang sekeliling, Youngjae kemudian melangkahkan kakinya mendekati gerbang salah satu rumah. Dan saat itulah pandangannya menemukan sosok Hoseok yang duduk di depan pintu seorang diri dengan masih mengenakan seragam sekolah. Sesuai dugaan Youngjae, sepertinya keluarga baru Hoseok telah melupakan keberadaan pemuda itu.

    Youngjae lantas membuka gerbang dan berjalan mendekati Hoseok. Namun Hoseok yang saat itu menyembunyikan wajahnya di antara tangan yang terlipat di atas lutut, tak menyadari kehadiran Youngjae hingga pria itu berdiri di bawah anak tangga tepat di hadapannya.

    Youngjae kemudian menegur, "kau tidur?"

    Hoseok dengan cepat mengangkat kepalanya dan sedikit terkejut melihat Youngjae berada di sana.

    "Youngjae Hyeong?"

    Youngjae tersenyum dengan lembut. "Berapa lama kau sudah menunggu di sini?"

    Hoseok tak menjawab. Namun Youngjae yakin bahwa pemuda itu sudah berada di sana dalam waktu yang cukup lama. Youngjae lantas menempatkan diri duduk di samping Hoseok dan kembali mempertemukan pandangan keduanya. Sebuah usakan lantas jatuh pada puncak kepala Hoseok.

    "Kau bisa menghubungi salah satu dari mereka, kenapa justru menunggu di sini?"

    Hoseok menjatuhkan pandangannya dan menggeleng. Dia kemudian berucap, "aku tidak ingin merepotkan mereka."

    Youngjae tersenyum tak percaya, namun tampak memaksakan diri. "Tentu saja kau harus merepotkan mereka."

    Mendengar ucapan Youngjae, Hoseok kembali memandang pria itu.

    Dan Youngjae kembali berucap, "jika kau tidak merepotkan mereka, mereka tidak akan mengurusmu dengan baik."

    Hoseok kemudian mengalihkan topik pembicaraan, "kenapa Hyeong bisa ada di sini?"

    Youngjae mengendikkan bahunya. "Tidak tahu. Mobilku tiba-tiba berhenti di sekitar sini dan aku melihat anak hilang duduk di sini sendirian."

    "Aku bukan anak hilang."

    Youngjae tersenyum lebih lebar dan sekilas memeluk Hoseok lalu membiarkan satu tangannya tetap di bahu Hoseok.

    Hoseok kembali bertanya, "kenapa Hyeong kemari?"

    "Kau pikir untuk apa?"

    "Seokjin Hyeong sudah membawa Taehyung pergi."

    "Lalu apa masalahnya denganku? Aku tidak memiliki urusan dengan Taehyung."

    Hoseok menatap penuh tanya. Pemuda itu benar-benar berpikir bahwa kedatangan Youngjae ke sana adalah untuk menemui Taehyung.

    "Jadi Hyeong datang kemari untuk apa?"

    "Kau belum makan? Kau tidak lapar?"

    "Hyeong ingin membelikan aku sesuatu?"

    Youngjae tersenyum tak percaya. "Akan aku belikan asal kau mau menggantinya dua kali lipat."

    "Kenapa Hyeong selalu perhitungan jika masalah uang? Bukankah Hyeong terlalu serakah?"

    "Tidak, dari mana aku terlihat serakah?"

    "Jelas sekali! Hyeong tampan, pintar, kaya dan terhormat. Hyeong memiliki semuanya, bukankah itu terlalu serakah?"

    Youngjae sekilas memukul kepala Hoseok, sesuatu yang sudah lama tak ia lakukan. Ia kemudian berbicara dengan nada yang dibuat seolah-olah ia tengah kesal.

    "Jika kau merasa iri, kau harus berusaha lebih keras lagi. Tidak! Itu tidak benar. Apakah kau akan hidup hanya dengan bergantung pada standar yang dibuat oleh orang lain? Tidak peduli seberapa keras usahamu. Jika kau terus mengejar standar yang diberikan oleh orang lain, kau hanya akan mendapatkan kegagalan. Dengar baik-baik ..."

    Youngjae menarik Hoseok mendekat dan memandang ke depan sebelum melanjutkan ucapannya.

    "... apa kau pikir aku mendapatkan semua ini dengan mudah?"

    Hoseok menggeleng.

    Youngjae memandang Hoseok. "Tentu saja! Tidak ada yang bisa didapatkan dengan mudah. Kita tidak akan mendapatkan apapun hanya dengan mengandalkan ambisi. Kita perlu melakukan praktek. Tapi kau tahu apa yang terpenting?"

    "Apa itu?"

    "Jika kau terlahir dengan wajah tampan, maka itu artinya kau mendapatkan sebagian dari dunia."

    Hoseok menatap sinis. "Jawaban macam apa itu?"

    "Kau tidak percaya? Ya! Dengarkan baik-baik. Meski kau miskin dan pengangguran, kau bisa mendapatkan wanita yang kaya jika wajahmu tampan."

    "Aku tidak ingin belajar dari Hyeong."

    "Kenapa?"

    "Hyeong terlahir tampan, tentu saja Hyeong menang dari awal."

    Youngjae tertawa pelan, tampak tak percaya dengan ucapan Hoseok. "Kau pikir aku sudah tampan sejak kecil?"

    Hoseok mengangguk. "Apakah itu salah? Apa Hyeong melakukan operasi plastik?"

    "Eih ... jangan menuduh sembarangan. Jika ada yang dengar, reputasiku akan terancam. Aku bahkan tidak memiliki waktu untuk sekedar memikirkan hal itu."

    "Itu artinya Hyeong sudah tampan sejak lahir."

    "Tentu saja! Aku adalah bayi laki-laki paling tampan yang lahir di tahun itu," ujar Youngjae secara berlebihan.

    Dan untuk kali pertama, Youngjae kembali mendengar tawa Hoseok. Hal yang ia rindukan selama ini. Dan setelahnya suasana kembali menjadi tenang.

    "Temani aku makan malam."

    "Haruskah aku mengabari mereka dulu?"

    "Tidak perlu. Aku yang akan bertanggungjawab jika mereka memarahimu ... ayo."

    Keduanya berdiri, dan Youngjae merangkul bahu Hoseok. Membimbing langkah pemuda itu untuk menuju mobilnya.

Selesai ditulis : 18.12.2020
Dipublikasikan : 18.12.2020

   

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro