Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Page 109

Taehyung dan Hoseok saat ini tengah berada di dalam bus yang akan mengantar mereka ke pemberhentian yang berada di dekat rumah mereka. Sebelumnya keduanya tampak seperti seorang teman yang sangat akrab ketika membeli makanan ringan di kedai pinggir jalan, namun kini. Dalam perjalanan pulang, keduanya tampak seperti orang asing ketika tak ada pembicaraan di antara mereka.

Seperti biasa, Taehyung memilih kursi di dekat jendela dan membiarkan Hoseok duduk di sampingnya meski masih banyak kursi yang kosong di sana. Sampai di pemberhentian pertama, bus berhenti. Beberapa orang turun dan ada beberapa pula yang naik. Saat itu Hoseok menolehkan kepalanya ke arah Taehyung dan mendapati Taehyung yang masih melihat ke luar.

Hoseok kemudian memberanikan diri untuk menegur, "kau akan pergi?"

Taehyung menoleh dan lekas menyahut, "ke mana?"

"Bersama Daehyun Hyeong."

Taehyung sempat terdiam sebelum memberikan sebuah anggukan. "Jung Ssaem sudah memberitahumu?"

Hoseok mengangguk dan kembali menghadap ke depan. "Daehyun Hyeong adalah orang yang baik, tapi dia mudah terluka ... karena kau akan tinggal bersamanya, tolong jaga Daehyun Hyeong baik-baik. Sebagai gantinya, aku juga akan menjaga Seokjin Hyeong."

Seulas senyum terlihat di wajah Taehyung sebelum tangan pemuda itu dengan ringannya memukul kepala Hoseok tak terlalu keras. "Bodoh ... kenapa bicara seperti itu?"

Hoseok sedikit terkejut, bukan hanya karena Taehyung yang tiba-tiba memukulnya, tapi juga karena senyum di wajah Taehyung.

"Kenapa? Kau tidak terima aku memukulmu?"

"Kenapa kau memukulku?"

"Karena kau bodoh. Bagaimana bisa kau meminta orang sakit untuk menjaga Jung Ssaem."

Hoseok bingung harus merespon bagaimana, merasa takut jika apa yang akan dia katakan akan menyakiti hati Taehyung nantinya.

Dengan gugup pemuda itu lantas berbicara, "bukan begitu ... kau, menurutku kau adalah orang yang sangat keren."

"Tentu saja, aku memang dilahirkan untuk menjadi orang yang keren," sahut Taehyung dengan nada membanggakan diri.

Taehyung kemudian merangkul bahu Hoseok. "Kau ... dengarkan baik-baik. Sebentar lagi kita akan bertukar tempat. Kau adik Seokjin Hyeong, dan aku adik Jung Ssaem. Kita akan menjadi teman baik ... aku juga akan menjelaskan pada Jimin tentang situasi keluarga kita. Pokoknya setelah ini, kita semua akan hidup dengan damai."

Hoseok menatap ragu, mendengar perkataan Taehyung yang sepertinya begitu mudah untuk diucapkan. Melihat reaksi Hoseok, Taehyung menggunakan tangannya yang lain untuk memukul dada Hoseok.

"Sejak tadi hanya aku yang berbicara. Jika kau membosankan seperti ini, bagaimana bisa kita menjadi teman?" Taehyung menarik tangannya kembali.

"Kau mau menjadi temanku?"

Hoseok menyahut dengan canggung, "bukankah kita sudah berteman?"

Taehyung tersenyum lebih lebar. "Kau harus menjadi sedikit pintar jika ingin berteman denganku."

Taehyung menghela napas dan kembali menyandarkan kepalanya, menyisakan segaris senyum yang berhasil menarik perhatian Hoseok. Hoseok tidak tahu harus bersikap bagaimana. Taehyung menghadapi masalah mereka dengan begitu tenang dan dia berharap bisa menjadi seperti Taehyung suatu hari nanti.


°°°°

Setelah menempuh perjalanan yang cukup jauh, kedua pemuda itu pada akhirnya kembali ke rumah. Berjalan menyusuri ruang tamu, Taehyung menghentikan langkahnya dan berbalik ke arah Hoseok yang berjalan di belakangnya.

"Kau naiklah dulu, aku akan ke dapur mengambil minum."

Keduanya lantas berpisah, Taehyung yang berjalan ke dapur dan Hoseok yang bergegas ke lantai atas. Membuka pintu kamar Taehyung, Hoseok tertegun ketika mendapati Seokjin duduk di tepi ranjang dan memandang ke arahnya.

Seokjin kemudian berdiri dan menghampiri Hoseok. "Baru pulang?"

Hoseok mengangguk. Pemuda itu kemudian mendapatkan usapan singkat pada puncak kepalanya.

"Kau sendirian? Di mana Taehyung?"

"Dia pergi mengambil minum di dapur."

"Begitu rupanya ... ada hal yang ingin Hyeong bicarakan dengan Taehyung, bisakah kau menunggu di kamar Hyeong sebentar?"

Hoseok sempat memandang Seokjin sebelum mengangguk dan kembali menutup pintu dari luar. Namun bukannya pergi ke kamar Seokjin, Hoseok justru berdiri di samping pintu. Sedangkan Seokjin berjalan mendekati jendela.

Saat itu Taehyung yang baru sampai sedikit heran karena mendapati Hoseok berdiri di luar kamar. Taehyung pun menghampiri Hoseok dan bertanya, "kenapa masih berdiri di sini?"

"Seokjin Hyeong ingin berbicara denganmu?"

Taehyung kemudian masuk dan menarik perhatian Seokjin yang kemudian berbalik. Menutup pintu dari dalam, perhatian Taehyung tersita pada koper yang terdapat di tengah ruangan. Pemuda itu menatap bingung pada Seokjin yang berjalan mendekatinya.

"Kau baru pulang?"

"Koper milik siapa itu?" Taehyung balik bertanya.

Seokjin menghentikan langkahnya di hadapan Taehyung. "Besok, kita akan pergi ke London."

Taehyung terkejut akan pemberitahuan Seokjin yang sangat mendadak, dan tentunya rencana itu adalah inisiatif Seokjin sendiri yang ingin menghindar dari ancaman Youngjae.

"London? Untuk apa?"

"Kau akan berobat di sana. Kita akan tinggal di sana sampai kau sembuh."

"Aku tidak ingin pergi," tolak Taehyung secara langsung.

"Kenapa?"

Tatapan Taehyung sedikit gemetar. Dengan kedua tangan yang terkepal, Taehyung kemudian berucap, "aku ... tidak bisa pergi bersama Hyeong. Aku ... akan pulang bersama Jung Ssaem."

Tatapan yang semula terlihat lembut, berubah menajam hanya karena satu nama. Dengan nada bicara yang tiba-tiba terdengar dingin, Seokjin menyahut, "apa yang baru saja kau katakan?"

"Aku sudah memutuskan, aku akan pulang bersama Jung Ssaem."

"Bukan kau yang akan memutuskan. Aku sudah mengemasi barangmu, besok pagi kita akan pergi ke bandara."

"Hyeong!" Taehyung tiba-tiba membentak dengan air mata yang tertahan di pelupuk matanya. "Aku mohon hentikan ... kita harus menerima kenyataan. Hoseok sudah tinggal di sini, sudah sepantasnya aku tinggal bersama Jung Ssaem."

"Kau sudah berani membentak kakakmu? Bukan kau yang akan memutuskan."

"Hyeong bukan kakakku."

Batin Seokjin tersentak. "Apa yang baru saja kau katakan, Kim Taehyung?" gumam Seokjin tak percaya.

"Aku ... ingin menjalani hidup yang tenang seperti dulu. Tapi itu tidak bisa aku lakukan karena Hyeong terus saja bermusuhan dengan Jung Ssaem. Aku mohon biarkan aku pergi, aku ingin kembali pada keluargaku," ucap Taehyung dengan nada memohon.

"Keluarga apa yang kau maksud? Mereka hanya orang-orang gila yang terobsesi padamu ... jadilah anak yang patuh dan jangan menyakiti siapapun."

"Hyeong yang menyakiti semua orang!" Air mata itu meloloskan diri dari kelopak mata Taehyung.

"Lihatlah dirimu sekarang. Kau menjadi anak nakal setelah mengenal orang itu ... dengarkan baik-baik. Tidak ada penolakan, kita akan pergi ke London besok."

"Aku tidak mau."

"Jika kau tetap keras kepala, terpaksa aku akan menyakiti Jung Daehyun."

"Hyeong!" Taehyung marah.

"Istirahatlah dan bersiaplah untuk pergi besok," Seokjin segera meninggalkan kamar Taehyung.

"Seokjin Hyeong! Kenapa Hyeong seperti ini? Kenapa?!" tuntut Taehyung, namun terabaikan begitu saja ketika Seokjin meninggalkan kamarnya.

Seokjin sempat bertemu pandang dengan Hoseok, namun tanpa mengucapkan apapun dia pergi begitu saja. Sedangkan Hoseok segera membuka pintu dengan pelan dan menahannya ketika tercipta celah kecil yang membuatnya bisa melihat sosok Taehyung yang berdiri memunggunginya dengan kepala menunduk. Hoseok tahu bahwa pemuda itu tengah menangis, dan untuk kali pertama bagi Hoseok melihat Taehyung benar-benar menangis.


Selesai ditulis : 27.09.2020
Dipublikasikan : 28.09.2020

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro