Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Page 101

    Pagi itu setelah semua orang telah sibuk dengan pekerjaan mereka masing-masing di hari itu, bel rumah kediaman keluarga Kim berbunyi. Boyoung pun segera bergegas menuju pintu. Melihat pada monitor yang terhubung dengan kamera di depan pintu untuk melihat siapakah tamu mereka pagi itu.

    Boyoung kaget ketika melihat Youngjae lah yang berdiri di depan pintu rumahnya. Terlihat ragu-ragu, Boyoung lantas berbalik arah. Memutuskan untuk memanggil Seokjin yang sebelumnya ia lihat memasuki ruang kerja ayahnya.

    Tanpa mengetuk pintu terlebih dulu, Boyoung masuk dengan wajah yang terlihat resah.

    "Eomma? Ada apa?" tegur Seokjin.

    "Yoo Youngjae, dia datang kemari."

    Netra Seokjin melebar, menunjukkan rasa terkejutnya. Berkas ditangannya terbanting di meja sebelum ia berjalan menuju pintu keluar dengan langkah lebar yang terlihat buru-buru.

    "Aku akan menemuinya, pastikan Hoseok tidak turun."

    Boyoung menahan lengan Seokjin. "Apa yang akan kau lakukan? Bicara baik-baik."

    "Orang seperti mereka tidak akan mengerti jika diajak bicara baik-baik."

    "Seokjin ..."

    "Eomma pergilah ke kamar Taehyung, orang itu biar aku yang urus."

    Seokjin lantas meninggalkan Boyoung dan segera menuju pintu depan. Dengan tatapan yang menunjukkan kemarahan, Seokjin menemui tamunya. Bukannya membawa tamunya masuk ke dalam rumah, Seokjin justru menutup pintu dari luar seakan menegaskan bahwa dia tidak ingin menyambut tamunya itu.

    "Ada perlu apa?" sebuah teguran dengan nada tak bersahabat dilontarkan oleh Seokjin.

    "Di mana Hoseok?"

    "Pulanglah, aku tidak ingin terlibat dengan masalah keluarga kalian."

    Seokjin hendak kembali membuka pintu rumahnya, namun saat itu suara Youngjae berhasil menghentikan langkahnya.

    "Jangan konyol."

    Seokjin berbalik, kembali berhadapan dengan Youngjae.

    "Kembalikan Hoseok padaku," lanjut Youngjae.

    "Mengembalikan Hoseok padamu? Kau ingin mengambil anak yang sudah dibuang oleh kakakmu yang sinting itu?"

    "Jaga bicaramu. Kita permudah saja ... aku mendapatkan kembali Hoseok dan kau bisa hidup tenang dengan keluargamu."

    Senyum Seokjin tersungging. "Kau memang sama saja dengan kakakmu. Pergilah dari rumahku dan jangan sekalipun kau berani menemui Hoseok."

    Seokjin hendak kembali masuk rumah, namun kali itu Youngjae segera menahan lengan Seokjin dengan paksa. Seokjin menepis tangan Youngjae dengan kasar. Dan saat itulah rahang keduanya terlihat mengeras, menandakan bahwa mereka tak bisa lagi berbicara dengan suasana yang baik.

    Suara Youngjae sedikit mengeras, namun tetap mengutamakan sopan santun, "menolak mengembalikan Hoseok dan menahan Taehyung. Kau sengaja melakukan ini?"

    "Benar, aku sengaja melakukannya. Bagaimana? Bagaimana keadaan kakakmu? Bagaimana perasaannya ketika dia kehilangan orang yang dia sayangi?"

    "Kau berlebihan, Kim Seokjin."

    "Itu harga yang pantas untuk dibayar oleh kakakmu. Aku ... aku bersumpah akan menghancurkan hidupnya. Jangan berpikir bahwa kau bisa membawa anak-anak pergi dari sini!"

    Seokjin bergegas masuk ke rumah dan menutup pintu dengan kasar. Sedangkan Youngjae menghela napas beratnya. Kembali ke mobilnya sembari sekilas menggaruk keningnya. Ada sedikit kemarahan di garis wajah Pengacara itu. Namun ia berpikir masih terlalu awal untuk memberikan peringatan lebih keras lagi pada Seokjin. Youngjae akan menunggu hingga ketegangan di kedua pihak mereda, dan baru ia akan mengajak Hoseok untuk pulang. Terlepas dari Hoseok yang telah kembali pada keluarga biologisnya.

    Dari kediaman Keluarga Kim, Youngjae menginjakkan kakinya kembali di rumah. Namun ketika mobilnya memasuki halaman rumah, saat itu Kihyun yang hendak masuk ke mobilnya sendiri lantas mengurungkan niatnya dan menunggu Youngjae untuk menyapa adik dari rekannya itu.

    Youngjae turun dari mobilnya dan segera menghampiri Kihyun. Namun sapaan pertama justru dilontarkan oleh Kihyun. "Kau sudah pulang?"

    "Bagaimana keadaannya?"

    "Aku sudah membawakan obat untuknya. Tapi ... bagaimana bisa cedera punggungnya kambuh lagi?"

    "Dia terjatuh dari tangga," sedikit kebohongan terpaksa Youngjae ucapkan untuk menutupi masalah keluarga mereka.

    "Dia harus lebih berhati-hati lagi mulai sekarang. Aku sudah berpesan agar dia datang ke Rumah Sakit, tapi sepertinya kakakmu itu sangat keras kepala ... jika rasa sakitnya sering kambuh dan tidak sembuh dalam waktu satu minggu, bawalah dia ke Rumah Sakit. Aku khawatir jika terjadi sesuatu pada punggungnya."

    "Maaf sudah merepotkanmu."

    "Tidak masalah ... baiklah, kalau begitu aku pergi dulu. Sampai jumpa."

    Kihyun masuk ke dalam mobilnya, begitupun dengan Youngjae yang berjalan menuju pintu rumah. Dan untuk hari itu, kedua keluarga masih dalam keadaan yang tenang, meski perasaan canggung itu belum bisa terlepas dari Keluarga Kim karena kedatangan anggota baru di keluarga mereka. Dan kecanggungan itu semakin menjadi ketika Taehyung kembali ke rumah itu.

    Malam itu sesuai dengan permintaan Taehyung pagi tadi. Seokjin menunggu Taehyung di depan gerbang sekolah dan tak beberapa lama, Taehyung keluar dari area sekolah bersama para pelajar lain tanpa Jimin yang berada di sekitarnya.

    Pandangan Taehyung dengan cepat menemukan Seokjin. Dan langkah tanpa semangat itu membawanya untuk sampai di hadapan sang kakak yang telah menjadi orang lain baginya saat ini.

    "Kita pulang sekarang?"

    Taehyung mengangguk dan berjalan lebih dulu. Membuat tatapan prihatin Seokjin jatuh pada punggungnya. Seokjin hendak menyusul Taehyung, namun saat itu pandangannya menemukan sosok Jimin yang baru saja keluar. Seokjin kemudian memutuskan untuk menegur pemuda itu ketika Taehyung telah masuk ke dalam mobilnya.

    "Park Jimin."

    "Oh! Seokjin Hyeong." Jimin berlari kecil ke arah Seokjin. "Ada apa Hyeong memanggilku?"

    "Ada yang ingin kutanyakan padamu."

    "Apa itu?"

    "Jung Daehyun, apa dia datang ke sekolah?"

    "Maksud Hyeong, Jung Ssaem?"

    "Benar."

    "Hari ini Jung Ssaem tidak datang. Aku dengar dari Jeon Ssaem bahwa cedera punggung Jung Ssaem kambuh."

    Dahi Seokjin mengernyit. "Cedera punggung?"

    Jimin mengangguk. "Punggung Jung Ssaem cedera saat jatuh di gunung bersama Taehyung waktu itu. Aku lihat Taehyung murung selama di kelas, mungkin dia merasa bersalah karena cedera punggung Jung Ssaem kambuh."

    Seokjin tak terlalu peduli dengan hal itu. "Ya sudah, kau masuklah ke mobil. Aku akan mengantarmu."

    "Ah ... tidak, tidak. Aku masih ingin mampir ke tempat lain, Hyeong pergi saja dulu."

    "Baiklah, hati-hati dan jangan pulang malam-malam."

    Jimin mengangguk, dan Seokjin segera bergegas menuju mobilnya. Seokjin masuk ke dalam mobilnya dan mendapati Taehyung yang menyandarkan kepalanya sehingga wajah pemuda itu sedikit berpaling dari tempatnya. Tak berniat untuk menegur, Seokjin segera menjalankan mobilnya.

    Suasana malam itu benar-benar tenang dan Seokjin mulai merasa kehilangan sosok periang yang selalu membuatnya berbicara di sepanjang perjalanan.

    Sekilas memperhatikan pemuda itu, Seokjin lantas memberikan teguran pertamanya, "kau sudah makan?"

    "Sudah," gumam Taehyung tanpa merubah posisinya.

    "Hyeong lapar, bagaimana jika kita pergi mencari sesuatu sebelum pulang?"

    "Aku ingin pulang saja, aku ingin istirahat."

    Seokjin memaksakan senyumnya. "Baiklah kalau begitu, Hyeong tidak akan memaksamu."

    Setelahnya suasana kembali hening. Pembicaraan mereka terputus begitu saja dan itu membuat Seokjin merasa tak tenang. Beberapa kali ia sempat memandang Taehyung untuk memastikan bahwa pemuda itu baik-baik saja. Namun semua terlalu jauh dari kebiasaan untuk bisa diterima begitu saja.

    Setelah beberapa saat, Seokjin kembali memulai pembicaraan, "Hyeong dengar seharian kau murung di kelas. Apa yang sedang kau pikirkan?"

    "Tidak ada," jawab Taehyung masih dengan nada bicara yang sama.

    "Kau masih marah pada kakakmu ini?"

    Taehyung tak menjawab. Sejujurnya, ia sendiripun ragu apakah ia masih bisa memanggil pria di sampingnya saat itu dengan sebutan kakak, setelah mengetahui semua fakta yang ada.

    "Hyeong minta maaf. Tidak bisakah kau kembali seperti biasanya? Jujur saja Hyeong merasa ada sesuatu yang kurang," terdengar begitu berhati-hati, namun sayangnya jawaban itu tak kunjung Seokjin dapatkan.

    "Kim ..."

    Taehyung kemudian menyahut tanpa berniat memandang lawan bicaranya, "aku tahu bahwa Hyeong akan marah jika aku menanyakannya. Oleh sebab itu aku diam saja."

    Seokjin mengulas senyum tipisnya. "Kau marah karena hal itu?"

    "Aku tidak marah."

    "Lalu ini apa?"

    Taehyung sempat terdiam sebelum kembali bersuara, "aku hanya bingung."

    "Jangan memikirkan hal lain, hanya pikirkan tentang kesehatanmu. Kami akan selalu ada di sisimu dan melihatmu sembuh ... mulai sekarang jangan memikirkan hal lain. Hyeong akan selalu di sisimu."

    Taehyung kembali berdiam diri. Tak mampu membenarkan perkataan Seokjin ketika bahkan hatinya sangat ragu ketika ia mengingat bahwa di rumah itu sudah ada Hoseok sebagai adik biologis dari Seokjin. Namun bagaimana jika kehadirannya di sana justru membuat Hoseok tersingkir dari keluarganya sendiri. Taehyung tentu tidak menginginkan hal itu sampai terjadi. Namun sayangnya ia tak memiliki keberanian untuk mengungkapkan kekhawatirannya saat ini.

    Malam itu Taehyung kembali memasuki rumah yang menjadi tempat ia dibesarkan. Dan malam itu pula, untuk kali kedua baginya bertatap muka dengan Hoseok.

    Membuka pintu kamarnya dengan pelan, pandangan Taehyung segera menemukan Hoseok duduk di tepi ranjangnya. Pandangan keduanya sempat bertemu, namun saat itu Hoseok segera bangkit dari duduknya. Berdiri menghadap pintu masuk dengan kepala yang sedikit tertunduk.

    Tanpa Taehyung sadari, saat itu Seokjin mengawasinya dari belakang. Dan saat itu Taehyung memasuki kamarnya, menutup pintu dari dalam dengan pelan sekaligus membimbing langkah Seokjin untuk meninggalkan tempat itu.

    Taehyung terdiam di dekat pintu. Memperhatikan Hoseok yang juga sempat mencuri pandang padanya. Semua terasa canggung bagi keduanya karena untuk kali pertama mereka benar-benar dihadapkan satu sama lain tanpa kehadiran orang dewasa di sekitar mereka.

    Setelah beberapa saat, Taehyung memutuskan untuk menghampiri Hoseok. Berdiri di hadapan pemuda itu, tangan kanan Taehyung terulur ke depan. Dan saat itu Hoseok mengangkat wajahnya, memandang ragu pada wajah datar Taehyung yang sama sekali tak mengintimidasi.

    "Kim Taehyung," ucap Taehyung memperkenalkan diri.

    Hoseok tak kunjung memberi respon ketika hatinya begitu ragu untuk menjabat uluran tangan Taehyung. Sebenarnya ini bisa saja menjadi awal yang baik bagi keduanya. Namun Hoseok tengah mengalami perang batin. Berpikir mungkinkah tidak masalah jika ia menyambut uluran tangan pemuda asing itu.

    Taehyung kemudian kembali berucap, "Jung Ssaem ... dia menyuruhku untuk menjadi temanmu. Jadi, bisakah kita berteman mulai sekarang?"

    Netra Hoseok sedikit melebar. Menegaskan bahwa ia cukup terkejut dengan pernyataan Taehyung. Dia kemudian berucap dengan ragu, "kau ... bertemu dengannya?"

    Taehyung menggeleng. "Aku bicara di telepon. Kau tidak mau memperkenalkan diri?"

    Tatapan gugup Hoseok jatuh ke samping. Kedua tangannya justru terkepal. Mengharuskan Taehyung berbicara lebih dari itu.

    "Kau tinggal di sini dan menempati kamar yang sama denganku. Jika kau ingin hubungan kita hanya sebatas orang asing, mulai malam ini aku akan tidur di lantai."

    Batin Hoseok tersentak, membawa kembali pandangannya beradu dengan tatapan tulus Taehyung. Saat itu Taehyung kembali mengulurkan tangannya yang masih tertahan di udara, dan kali itu dengan ragu Hoseok membimbing tangannya untuk menjabat tangan Taehyung.

    "Siapa namamu?"

    "Jung, Hoseok," jawab Hoseok dengan ragu.

    "Mulai sekarang kita berteman." Taehyung melepaskan jabatan tangannya dan kembali berucap, "kita lahir di tempat yang sama, tahun yang sama, bulan yang sama, hari yang sama, dan kemungkinan di jam yang berdekatan. Bisa dibilang jika kita adalah anak kembar ... untuk itu berhenti bersikap canggung padaku. Aku tidak ingin menjadi orang yang kejam karena membuatmu terintimidasi selama aku di sini."

    Perkataan yang lebih panjang, menunjukkan kesan yang berbeda dengan saat ia berhadapan dengan Seokjin. Taehyung belum lepas dari kebingungannya. Namun ketika ia memikirkan Hoseok, dia mulai merasa kasihan pada pemuda itu. Dan untuk itu ia bersedia mengabulkan permintaan Daehyun, meski ia ragu apakah Hoseok akan menerimanya dengan baik atau justru sebaliknya.

    "Mulai sekarang kamar ini adalah kamarmu. Lemari pakaian kita bagi menjadi dua. Jadi pindahkan pakaian di kopermu itu ke dalam lemari pakaian. Aku akan mandi dulu."

    Taehyung menuju meja belajar hanya untuk menaruh ranselnya, baru setelah itu pergi ke kamar mandi. Meninggalkan Hoseok yang masih mematung di tempat sebelumnya.

    Sejujurnya Hoseok merasa terkejut dengan sikap ramah Taehyung. Pemuda itu berbicara seperti tak memiliki beban apapun meski tatapan sendu itu tak bisa berbohong.

    Hoseok kemudian bergumam, "dia terlihat keren."


Selesai ditulis : 18.07.2020
Dipublikasikan : 20.07.2020
   
   

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro