Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Page 09

    Taehyung berlari keluar gedung sekolah nya menuju gerbang dan menghampiri Seokjin yang telah menunggunya di depan gerbang, karna Seokjin tidak mengizinkan nya untuk mengikuti kelas tambahan. Alhasil dia pulang lebih awal hari ini, dan tanpa ia sadari, Daehyun menghentikan langkahnya di koridor sekolah saat pandangannya menangkap sosok nya yang berlari dengan begitu riang nya.
    Seulas senyum terlukis di kedua sudut bibir nya sebelum akhirnya ia kembali melangkahkan kakinya sembari sekilas melihat jam yang melingkar di pergelangan tangan nya, masih terlalu awal untuk menjemput Hoseok karna Hoseok akan menyelesaikan jadwalnya pada jam sepuluh dan mungkin setelah ini dia akan pergi ke Rumah Sakit terlebih dulu untuk sekedar melihat keadaan di sana.



First Meet



    Taehyung dan Seokjin sampai di rumah dan begitu pintu itu terbuka, Boyoung di kejutkan oleh kedua putranya tersebut yang saling kejar-kejaran menuju lantai dua.

    "Ya! Kim, tunggu aku."

    Boyoung menggelengkan kepalanya dengam seulas senyum yang menghiasi kedua sudut bibirnya, melihat bagaimana keakraban kedua putra nya tersebut meski Seokjin sendiri sudah berada dalam usia yang pantas untuk berkeluarga. Namun putra sulung nya itu terkadang bersikap seperti anak kecil.

    Taehyung masuk ke kamarnya dan langsung menguncinya dari dalam guna mencegah agar Seokjin tak masuk ke kamarnya, dia kemudian membawa senyum lebarnya berjalan menuju meja belajar nya. Dan tepat setelah ia menaruh tas nya di samping meja, saat itu pula terdengar suara pintunya yang terketuk.

    "Kim... Buka pintunya!" Ujar Seokjin yang berdiri di depan pintu kamar Taehyung.

    "Shireoyo..."

    Senyum Taehyung melebar, dia meninggalkan meja belajar nya sembari melepas dasi sekolahnya. Namun langkahnya terhenti dengan raut wajah yang terlihat sedikit kaget ketika menyadari bahwa dia tidak sedang memakai dasi, dia kemudian menjatuhkan pandangan pada seragam nya dan bukanlah seragam yang ia pakai melainkan hanya kemeja putih polos yang sedikit kebesaran.

    Dia menepuk keningnya sendiri, dia baru ingat bahwa kemeja yang sekarang di pakainya adalah kemeja yang di pinjamkan oleh Daehyun padanya ketika seragamnya yang terkena darah nya sendiri.

    "Kim, jangan bercanda dengan Hyeong. Sekarang buka pintu nya! Hyeong ingin bicara."

    "Aku tidak ada perlu dengan Hyeong, Hyeong pergi saja. Aku ingin mandi."

    "Aish... Anak ini, cepat buka pintunya atau Hyeong dobrak." Ancam Seokjin kemudian.

    "Kenapa dia tiba-tiba bersikap seperti bar-bar, bukankah dia memang sudah tua." Gerutu Taehyung yang tak ingin merespon lagi panggilan Seokjin, dia pun berjalan ke arah kamar mandi dan membiarkan Seokjin berteriak di luar kamar nya.

    Setelah menghabiskan waktu kurang lebih sepuluh menit lamanya, Taehyung keluar dari kamar mandi dengan mengenakan baju rumahan. Lengkap dengan handuk yang masih menyampir di lehernya dan juga rambut yang masih basah, dia berjalan ke arah meja belajar nya.
 
 

   Di raihnya tas yang tergeletak di samping meja belajarnya dan mengeluarkan beberapa buku dari dalam sana, satu buku miliknya dan satu buku milik Jimin yang sebelumnya ia pinjam. Dia menaruh buku tersebut di atas meja dan memulai untuk menyalin tugas yang di berikan oleh Jeon Ssaem ketika dia tidak bisa pergi ke sekolah.
    Dia mengambil pena menggunakan tangan kirinya dan mulai menyalin, satu hal yang perlu di ketahui bahwa Kim Taehyung adalah anak yang kidal namun Seokjin selalu menyuruh nya untuk membiasakan diri menggunakan tangan Kanan meski Taehyung sendiri hanya menerapkan nya ketika berada di meja makan dan selepas itu dia lebih sering menggunakan tangan kirinya.

    Untuk beberapa waktu hanya ada suara deru napas yang bersahutan dengan suara pena yang bergoresan dengan kertas di saat wajah tenang itu menunjukkan keseriusan nya, bahkan saat pintu kamarnya terbuka dari luar, dia tetap tak ingin melepaskan konsentrasi nya pada buku tugas nya dan membuat Seokjin mengulas senyum nya sebelum akhirnya menutup pintu dari dalam dan menghampiri si bungsu.
    Seokjin berdiri tepat di belakang Taehyung, dia kemudian menumpukan kedua tangan nya pada meja belajar dan membuat wajahnya berada tepat di samping kepala si bungsu dan berhasil menyembunyikan si bungsu dengan bahu lebar nya yang seakan tengah memeluk tubuh kecil itu dari belakang.

    "Apa yang sedang kau lakukan?" Tanya Seokjin yang ikut mengarahkan pandangan pada apa yang kini menjadi fokus dari si bungsu.

    "Apa Hyeong ini hantu? Aku sudah mengunci pintunya tapi kenapa Hyeong masih bisa masuk?"

    Bukannya menjawab, Taehyung justru balik bertanya meski gerakan tangan dan bola matanya tak ingin teralihkan oleh kedatangan sang kakak.

    "Kau tidak ingat bahwa aku yang menyimpan semua kunci cadangan di rumah ini."

    Pergerakan tangan Taehyung sekilas terhenti, namun hanya beberapa detik dan dia kembali meneruskan menyalin catatan Jimin. Tampak tak perduli dengan apa yang baru saja di katakan oleh Seokjin.

    "Kau sedang sibuk?"

    "Tidak." Acuh Taehyung.

    "Apa yang sedang kau tulis?"

    "Membuat catatan."

    "Belum selesai?"

    "Sudah." Seru Taehyung yang tiba-tiba terdengar begitu semangat dengan senyum lebar yang menghiasi kedua sudut bibirnya.

    Dia menaruh penanya dan membereskan buku di hadapan nya di saat Seokjin sendiri menggunakan tangan kanan nya untuk menyisir rambut yang menutupi kening si bungsu yang tampak tak terganggu akan hal itu.

    "Sore tadi, di mobil. Kenapa kau mengatakan hal seperti itu pada Hyeong?"

    Taehyung sekilas menoleh ke arah Seokjin dan kembali membereskan meja belajarnya seakan tak pernah mengatakan sesuatu pada Seokjin sebelumnya.

    "Kenapa diam?"

    "Hyeong cerewet sekali." Gumam Taehyung.

    Seokjin seketika melingkarkan lengan nya pada leher Taehyung dan sedikit menariknya ke belakang, membuat tangan si bungsu memegangi lengannya dan melakukan protesnya.

    "Apa yang sedang Hyeong lakukan?"

    "Mengajari mu, siapa yang mengajari mu berkata sekasar itu pada Hyeong?"

    "Kapan aku pernah melakukan nya?" Sangkal Taehyung.

    "Kau mengatakan bahwa Hyeong tua bangka yang tidak akan menemukan seorang wanita pun yang mau mendampingi Hyeong, bagaimana kau bisa menyangkal setelah mengatakan hal itu." Ujar Seokjin dengan nada bicara yang terdengar sedikit kesal, karna memang hal itulah yang membuat keduanya saling kejar-kejaran sore tadi.

    "Aku mengatakan kebenaran, bukankah Hyeong memang sudah tua. Tapi meski sudah tua, Hyeong tidak pernah mengenalkan satu Noona pun pada ku. Percuma saja wajah Hyeong tampan tapi tidak ada satu wanita pun yang tertarik dengan Hyeong."

    Perkataan santai yang terucap dengan begitu ringan nya tanpa beban dalam nada bicara seorang remaja delapan belas tahunan sempat membuat Seokjin terdiam, namun setelah nya dia mendekap kepala Taehyung sembari mengusak nya dengan gemas.

    "Anak bandel, kenapa semakin tua kau semakin menyebal kan?"

    "Hyeong yang tua, aku masih muda."

    "Aish... Harus ku apakan kau ini."

    Taehyung menarik paksa tangan Seokjin dan melepaskan diri dari dekapan sang kakak dengan kulit wajah yang terlihat memerah karna Seokjin mendekapnya terlalu erat, dia segera berbalik menghadap Seokjin dengan posisinya yang masih terduduk di kursinya.

    "Jika Hyeong membekap ku, napas ku akan habis. Dan jika napas ku habis, aku bisa mati." Kesal Taehyung.

    "Eih... Kau masih kecil kenapa sudah berbicara tentang kematian, kau tidak akan mati sebelum Hyeong. Berhenti mengatakan yang aneh-aneh."

    Seokjin kembali mengusak rambut Taehyung, namun dengan cepat Taehyung mendapatkan tangan nya dan menahan nya.

    "Jika Hyeong melakukan seperti itu, kepala ku bisa pusing. Tidak bisakah Hyeong melakukan nya seperti Jung Ssaem."

    Sebelah alis Seokjin terangkat, menunjukkan keheranan akan apa yang baru saja di katakan oleh si bungsu.

    "Jung Ssaem? Apa dia guru mu di sekolah."

    "Bukan, dia Dokter baru di Unit kesehatan sekolah."

    "Dokter baru?"

    Taehyung mengangguk.

    "Memangnya apa yang sudah dia lakukan padamu?"

    "Dia mengusap kepala ku dengan lembut, bukannya dengan kasar seperti yang Hyeong lakukan." Ujar Taehyung yang terdengar seperti sebuah protes yang di layangkan untuk kebiasaan sang kakak yang sering mengusak kepala si bungsu dan hal itu membuat guratan heran semakin terlihat di wajah Seokjin.

    "Kau dekat dengan nya?"

    "Kami baru bertemu pagi tadi."

    "Tapi kenapa kalian terdengar begitu dekat?" Selidik Seokjin.

    "Aku tidak mengatakan bahwa aku dekat dengan nya."

    "Lalu kenapa dia harus sampai mengusap kepala mu? Apa dia sudah tua?"

    "Dia lebih muda dan lebih tampan dari Hyeong, selain itu dia juga terlihat lebih baik di bandingkan dengan Hyeong." Jawab Taehyung dengan asal di saat ia sendiri tidak tahu asal-usul dari Daehyun sendiri, dia hanya mengatakan nya untuk menggoda sang kakak. Dan rencananya itu sukses karna sang kakak terlihat membulatkan matanya.

     "Kau baru saja memuji orang lain di depan kakak mu ini?" Ujar Seokjin tak percaya.

    Seketika Taehyung mengulas senyum lebarnya, dia bangkit dan segera memeluk Seokjin dengan mendongakkan kepalanya. Menunjukkan sebagian giginya yang rapi di hadapan kakak nya yang terlihat sedikit kesal.

    "Apa ini?"

    "Hanya bercanda hehe..."

    "Apanya yang kau sebut dengan bercanda? Mana ada pria yang lebih tampan dan lebih baik dari Kim Seokjin, katakan siapa dia! Akan ku pastikan sendiri siapa yang lebih baik di antara kami."

    "Aniya.... Bukankah sudah ku bilang bahwa aku hanya bercanda, aku tidak serius. Seokjin Hyeong adalah orang yang paling tampan, dia juga orang yang baik."

    "Seokjin Hyeong atau Jung Ssaem?"

    "Jung Ssaem."  Cetus Taehyung dan tak lupa seulas senyum lebar yang terpampang di wajah nya.

    Mendengar hal itupun Seokjin segera melepaskan pelukan Taehyung dan segera berbalik, berjalan pergi meninggalkan Taehyung.

    "Baiklah, kemasi barang mu. Besok aku akan mengantarkan mu ke rumah Jung Ssaem, sepertinya kau lebih cocok menjadi adiknya."

    Tawa tanpa suara itu mengiringi langkahnya untuk mengejar sang kakak, dan tepat setelah Seokjin hendak membuka pintu. Saat itu pula Taehyung tiba-tiba melompat ke punggung nya dan membuatnya sedikit tersentak.

    "Apa yang kau lakukan?"

    "Aku hanya bercanda." Bujuk Taehyung pada sang kakak yang terlihat tengah merajuk padanya.

    "Turun dari sana!"

    "Shireoyo."

    "Wae? Bukankah kau sudah tidak butuh Seokjin Hyeong lagi? Bukankah kau sudah menemukan Hyeong baru yang lebih baik?"

    "Tapi aku hanya mau dengan Seokjin Hyeong."

    Seokjin tersenyum tak percaya sembari sekilas memalingkan wajah nya.

    "Seokjin Hyeong? Jung Ssaem?"

    "Seokjin Hyeong."

    Sudut bibir Seokjin terangkat, dia memukul pelan pantat Taehyung sebelum akhirnya menahan kedua kakinya. Menggendongnya keluar dari kamar untuk makan malam dengan candaan yang sesekali keluar dari mulut si bungsu yang berceloteh di saat Seokjin masih berpura-pura merajuk padanya.



First Meet



    Daehyun berlari keluar dari bagian operasi dan sekilas melihat jam tangan nya di mana waktu menunjukkan pukul 22.30 dan itu berarti dia sudah terlambat 30 menit untuk menjemput Hoseok, karna di luar dugaan nya saat ia sampai di Rumah Sakit dia justru di tarik ke ruang operasi.
    Dan beginilah akhirnya, dia berlari menyusuri koridor Rumah Sakit menuju parkiran dan segera masuk ke dalam mobilnya. Meninggalkan Rumah Sakit dengan terburu-buru.

    Dia mengambil ponselnya dan hendak menghubungi Hoseok, namun sebelum ia menemukan kontak dari sang adik. Sebuah panggilan terlebih dulu masuk ke dalam ponselnya, dia pun menerima panggilan yang tidak lain adalah dari Youngjae tersebut.

    "Ada apa?" Ujar nya tanpa basa-basi, di saat ia menaikkan laju mobilnya ketika jalanan di hadapan nya begitu lenggang.

    "Kau dimana?" Tanya Youngjae di seberang dan seperti biasa, terdengar begitu tak perduli.

    "Di perjalan ke sekolah Hoseok."

    "Pelankan sedikit laju mobil mu." Ujar Youngjae kembali yang seperti telah menghafal bagaimana kebiasaan Daehyun saat terburu-buru, dan suara malas itu berkebalikan dengan apa yang ia kerjakan saat ini. Karna pada kenyataan dia tengah memeriksa berkas dari kasus yang ia tangani di ruang kerjanya.

    "Katakan saja keperluan mu."

    "Kau terlambat menjemput nya dan membuatnya menunggu selama lebih dari 30 menit."

    "Berhenti mempermainkan ku, Tuan Pengacara."

    "Cih, kau ini. Pulanglah! Bayi besar mu itu sedang bergumul dengan selimut hangat nya."

    Daehyun menurunkan laju mobilnya dengan membawa kekhawatiran yang perlahan luntur dari wajah nya.

    "Kau menjemput nya?"

    "Aku rugi besar saat menjemput nya, siapkan ganti rugi untuk itu."

    "Kau sudah tidak waras?" Ujar Daehyun dengan raut wajah yang tiba-tiba menjadi datar.

    "Masih untung aku berbaik hati mau memungut adik mu itu, bukannya berterimakasih tapi malah mengumpat ku."

    "Terserah kau saja."

    "Cepat pulang ke rumah, Daehyunie Hyeong.... Jangan berhenti di manapun hingga kau sampai di halaman rumah atau aku akan menjual bayi besar mu itu. Annyeong...."

    Youngjae memutuskan sambungan terlebih dulu dan seketika raut wajah nya terlihat lebih serius dari saat ia berbicara dengan Daehyun sebelumnya, sedangkan Daehyun sendiri tampak menghela napas lega nya. Dengan begitu dia bisa menempuh perjalanan pulang dengan perasaan yang nyaman setelah mendengar kabar bahwa bayi besar nya telah bergumul dengan selimut tebal nya.
    Dan saat itu pula, di sisi lain. Kim Seokjin membenahi selimut adik nya yang tengah terlelap dengan wajah damai nya, dan seulas senyum simpul menghiasi wajah rupawan nya.

    "Tidur yang nyenyak, Saeng."

    Meninggalkan malam dengan seulas senyum dan menyambut pagi dengan membawa harapan yang telah terucap kemarin, mereka akan kembali bertemu dan mengukir kisah di halaman yang kosong.


Selesai di tulis : 13.06.2019
Di publikasikan : 13.06.2019

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro