Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Page 04

    Seokjin menuruni tangga dan secara kebetulan saat itu Taewoo pun baru keluar dari kamar nya. "Pagi." Sapa Seokjin yang kemudian menghentikan langkah Taewoo.

    "Pagi, di mana adikmu?" Taewoo membalas salam dari putra sulung nya dengan seulas senyum yang menghiasi kedua sudut bibirnya.

    "Mungkin dia sudah ada di meja makan."

    Keduanya kemudian berjalan beriringan menuju ruang makan dengan sedikit perbincangan tentang pekembangan Perusahaan mereka.

    "Bagaimana dengan kontrak bersama Youngjin Group?" Taewoo melontarkan sebuah pertanyaan yang tak mampu menghentikan langkah keduanya.

    "Ada beberapa hal yang masih harus di perbaiki, aku rasa Presedir Jung terlalu berbaik hati dengan perjanjian kontrak kerja ini. Aku curiga dia merencanakan sesuatu."

    Mendengar hal itu Taewoo tertawa ringan sembari menepuk bahu Seokjin beberapa kali. "Kau tidak boleh berprasangka buruk, Jung Kyung Ho itu orang terpandang dan kau harus tahu seperti apa sepak terjang Youngjin Group dalam dunia perbisnisan."

    Keduanya kemudian duduk di tempat masing-masing di saat Boyoung menghampiri mereka.

    "Ya... Aku tahu, dia seorang Presedir yang juga mempunyai dua orang putra, Jung Daehyun dan juga Jung Hoseok. Sedangkan Presdir Kim Taewoo juga memiliki dua putra, Kim Seokjin dan juga Kim Taehyung. Tapi ada perbedaan kita dengan mereka."

    "Apa itu?"

    "Dia memiliki anak tiri, seorang Pengacara kondang Yoo Youngjae. Sedangkan Presdir Kim Taewoo hanya memiliki dua putra tanpa ada putra tiri."

    Lagi Taewoo tertawa dan kali ini terdengar lebih keras. "Apa hubungan nya bisnis dengan berapa anak yang di miliki?"

    "Tentu saja ada." Seru Seokjin dengan mata yang sekilas melebar, seakan menunjukkan antusiasnya.

    "Apa yang kalian bahas pagi-pagi begini?" Ujar Boyoung menengahi di saat ia berdiri di samping Taewoo yang hanya tersenyum lebar kearahnya sembari menunjuk ke arah Seokjin.

    "Kami sedang membahas soal anak." Cetus Seokjin.

    "Anak?" Heran Boyoung yang kemudian menjatuhkan pandangan nya kepada Taewoo yang hanya memberikan nya seulas senyum tanpa arti, yang kemudian membuatnya kembali mengarahkan pandangan nya pada Seokjin.

    "Pagi-pagi sudah berbicara yang tidak-tidak."

    "Apanya yang salah, kami hanya berbicara tentang anak. Bukankah suatu hari nanti aku juga akan memiliki anak."

    Boyoung membulatkan matanya. "Kau sudah punya pacar?"

    "Ne?"

    Seokjin terlihat bingung dengan pertanyaan yang di lontarkan oleh Boyoung, apa hubungan nya anak dengan dia yang sudah memiliki pacar atau tidak.

    "Apa hubungan nya? Kenapa tiba-tiba bertanya seperti itu?"

    "Jangan bilang kau tidak punya." Sinis Boyoung karna selama ini dia tidak pernah melihat Seokjin bersama seorang gadis kecuali orang-orang dari Perusahaan.

    "Aku memang belum punya." Jawaban santai yang terkesan acuh terlontar saat ia memalingkan wajah nya.

    "Heol, kau tahu berapa usia mu sekarang? Bahkan teman-teman mu sudah banyak yang menikah, benarkah tidak ada satu gadis pun yang dekat dengan mu."

    "Eih... Apa yang Eomma bicarakan, tenang saja aku akan ikut kencan buta jika tidak mendapat gadis yang mau ku nikahi." Acuh seokjin yang sedikit merasa terganggu karna ibunya tiba-tiba membahas tentang pernikahan.

    "Sekarang sudah bukan jaman nya lagi kencan buta."

    "Bukankah Appa dan juga Eomma bertemu saat kencan buta."

    Boyoung menatap kesal kepada putra sulung nya tersebut di saat Taewoo sendiri tampak menahan tawanya.

    "Sudah, sudah. Sekarang lebih baik kita segera sarapan." Ujar Taewoo menengahi keduanya, diapun mengarahkan pandangan nya ke sekeliling untuk menemukan si bungsu yang belum terlihat sejak tadi.

    "Di mana Taehyung?"

    "Dia belum turun."

    "Jinjja? Aku pikir dia sudah di sini." Seru Seokjin.

    "Eomma akan memanggilnya."

    "Tidak, biar aku saja. Eomma duduk saja." Ujar Seokjin yang kemudian beranjak dari duduk nya dan segera meninggalkan ruang makan, Boyoung pun kemudian duduk di tempat ia biasa duduk.

    Seokjin kembali menaiki tangga menuju lantai dua, dan langkahnya mengarah pada kamar Taehyung yang bersebelahan dengan kamar nya.

    "Kim..... Kau tidak ke sekolah...? Kenapa belum turun?" Ujarnya ketika langkahnya menjangkau lantai dua.

    Seokjin membuka pintu kamar Taehyung dan sebelah alisnya terangkat ketika melihat si bungsu masih bergulat dengan selimutnya, diapun masuk ke dalam dan menghampiri Taehyung tanpa menutup pintu terlebih dulu.

    "Kim... Kau tidak ke sekolah? Kenapa masih bermalas-malasan?"

    Seokjin berdiri di samping ranjang Taehyung dan menghembuskan napasnya pelan ketika tak mendapaat respon dari si bungsu, dia kemudian menyibakkan selimut yang menutupi wajah sang adik.

    "Kau tidak ke sekolah?"

    "Eungh..."

    Sebuah lenguhan kecil di saat mata itu sedikit terbuka dengan dahi yang mengernyit secara berlebihan, membuat sang kakak memicingkan matanya.

    "Kau sakit?"

    Seokjin duduk di sisi ranjang dan menempelkan punggung tangan nya pada kening sang adik, matanya tiba-tiba melebar ketika menyadari bahwa si bungsu terkena demam tinggi.

    "Kau demam, kenapa tidak bilang jika kau sakit?"

    "Hanya sedikit." Gumam Taehyung yang kembali menarik selimut nya.

    "Kau ini, tunggu sebentar. Hyeong akan panggilkan Dokter." Ujar Seokjin dengan nada yang ketus, dia kemudian merogoh ponselnya dan sekilas mengotak-atik layar yang menyala sebelum akhirnya mendekatkan nya ke telinga.

    "Yeoboseyo, Dokter Choi bisakah kau kemari?" Seokjin terdiam menyimak jawaban dari Dokter Choi.

    "Adik ku terkena demam tinggi, jika kau sibuk aku akan membawanya saja ke Rumah Sakit." Seokjin kembali terdiam ketika orang di seberang berbicara.

    "Baiklah, kalau begitu aku tunggu kedatangan mu. Terimakasih."

    Seokjin memutuskan sambungan dan mengenggam ponselnya, dia kemudian beralih pada Taehyung yang sudah kembali memejamkan matanya. Seokjin kembali menempelkan punggung tangan nya di dahi Taehyung dan membaliknya beberapa kali sebelum akhirnya menyibakkan helaian rambut Taehyung yang menutupi kening nya.

    "Kenapa bisa demam tiba-tiba? Kemarin apa saja yang kau makan?"

    "Tidak ada." Gumam Taehyung yang tampak enggan untuk membuka matanya.

    "Lain kali jika kurang enak badan segera katakan pada Hyeong, jangan menunggu hingga sakitnya parah dan kau baru bilang."

    "Kemarin masih baik-baik saja."

    "Demam mu setinggi ini, bagaimana mungkin baik-baik saja? Kau pasti merasa kurang enak badan tapi kau tidak memperdulikan nya, lain kali katakan pada Hyeong. Membuat khawatir saja."

    "Mianhae...."

    "Mau Hyeong peluk?"

    Taehyung mengganguk lemah, Seokjin pun melepas jas beserta sepatunya dan naik ke ranjang, membuat Taehyung sedikit bergeser untuk memberi tempat pada sang kakak. Seokjin kemudian berbaring di samping Taehyung dan saat itu pula Taehyung segera memeluknya, Seokjin mengulas senyum hangat nya dengan satu tangan di gunakan Taehyung sebagai bantal dan satu tangan menyentuh punggung adik nya.

    Sebuah kebiasaan yang tidak bisa di hilangkan meski adiknya tersebut sudah tumbuh dewasa, dimana dia akan selalu minta di peluk ketika sedang sakit. Alih-alih meminta ibunya untuk memeluk nya, Taehyung lebih memilih memeluk Seokjin dan jika sudah seperti ini Seokjin pasti lebih memilih untuk mengosongkan semua jadwal dan menemani Taehyung seharian.

    "Apa ada yang sakit?"

    Taehyung mengangguk.

    "Dimana?"

    "Aku sulit bernapas."

    "Bersabarlah, Dokter Choi sedang dalam perjalanan kemari."

    Taehyung mengangguk lemah, Seokjin mengusap surai hitam itu dengan lembut. Mencoba memberikan kenyamanan pada si bungsu.

Selesai di tulis : 24.05.2019
Di publikasikan : 01.06.2019

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro