Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Story Night

Note: Sebelum masuk ke dalam cerita, perlu di ingat bahwa apapun yang di suru untuk memilih, pilihlah dengan baik karena pilihanmu menentukan Endingmu. Selamat bermain :)

Good or Bad End Night

Suara pecahan vas mengikutsertakan perdebatan antara seorang gadis dengan serorang pria parubaya. Jeritan kata 'tidak' dan beberapa kata penolakan terlontar dari mulut gadis itu.

"(y/n)!" bentak sang pria parubaya, diikuti mendaratkan tamparan keras dipipi gadis bernama (y/n).

Kamu yang menerima itu terdiam sambil memegang wajah yang semula menjadi pendaratan tangan besar sang ayah. Ayahmu mentap tidak percaya apa yang telah dia perbuat pada putri satu-satunya. Dengan air mata semakin mengalir deras di sudut matanya, kamu berlari keluar rumah meninggalkan sang ayah dengan raut wajah penuh kekecewaan.

Kamu terus berlari ke arah hutan masih memegangi pipinya yang merah akibat tamparan keras dari sang ayah. Tidak peduli kedua kakinya mau membawanya kemana tapi, yang kamu inginkan hanyalah menjauh sejauh-jauhnya dari ayahnya. Kedua kakimu tidak sanggup berlari lagi. Kamu pun terduduk dan berusaha menenangkan hatinya yang lagi kacau balau.

Hari pun mulai petang dan kamu pun mulai lebih tenang--- tidak seperti tadi. Kamu pun bangun dan melihat sekeliling----- menyadari bahwa----dia telah masuk bagian hutan lebih dalam. Kamj pun kambali panik karena dia tidak tahu menahu jalan keluar dari hutan ini. Kamu pun mulai mengambil jalan secara acak---berharap kalau jalan yang dia pilih dapat menuntunnya kembali ke desa.

Hari pun mulai malam dan kamu masih belum juga menemukan jalan menuju desanya. Rasa takut mulai mencekam hatinya. Matanya menatap was-was disekitarnya, takut jika bila ada binatang buas yang siap menerkamnya. Kabut hutan mulai menyelimuti arah pandangmu. Membuatnya semakin takut dengan suasana yang tercipta. Dengan perlahan kamu mulai mempercepat langkahnya dan berakhir berlari sekencang-kencangnya. Dalam pikiran'aku tidak mau mati' ikut mendominasi perasaan penuh ketakutan.

Kamu yang tidak memperhatikan jalan -----berakhir tersandung akar pohon---membuat dirinya tersungkur kedepan. Kamu mengaduh kesakitan, air matanya kembali membanjiri pipinya. Sebuah sinar lampu neon-----membuatmu mengadah dan melihat sebuah mansion putih besar berdiri kokoh di depannya. Kamu pun segera bangkit dan berjalan terpincang ke arah mansion. 'aku harap tuan rumah ini mau menolongku'pikirnya.

Akhirnya kamu berdiri tepat di depan pintu manison besar tersebut hendak mengetuk pintu----berharap orang di mansion ini dapat menolongnya. Sebelum di ketuk, pintu mansion itu telah terbuka---- menampilkan interior yang sekilas terlihat sederhana tapi terkesan elit dan elegan.

"Selamat datang di mansion kami, nona,"ucap seorang pria bertubuh tegap, berpakaian seperti bulter----membungkuk hormat padamu.

"Itu. Anu. A-aku tersesat di hutan. Jadi bolehkah aku menginap disini semalam?"ucapmu

"Ikut saya nona,"ucap bluter itu dengan tatapan datar sambil berjalan---meninggalkan dirimu yang masih mematung di depan pintu.

Menyadari kamu masih berdiri disana. Bulter itu berbalik dan menatap gadis yang kini memeluk dirinya,"Apa kau akan berdiri disana seperti orang bodoh, nona,"ucapnya dengan datarnya.

"Ma-maaf,"ucapmu tersikap dan mulai berjalan mengikuti bulter tadi. 'perkataannya tajam sekali'pikirmu.

Pintu mansion pun mulai tertutup dengan sendirinya. Kamu pun kambali mengarahkan pandangannya ke arah bulter yang berjalan di depannya.

Sepanjang jalan terdapat lukisan-lukisan cantik bertenger di dinding. Kamu terlihat begitu takjub dengan lukisan yang terpajang---- hingga langkahnya berhenti di depan sebuah patung pria berpakaian bulter dengan seulas senyuman yang terlihat mempesona. Kamu pun berjalan mendekati patung itu. Awalnya kamu sempat ragu , apakah ini benar-benar patung sungguhan atau bukan? Pikirnya. Polesan patung itu terlihat begitu hidup dan nyata seperti aslinya. Kamu hendak ingin menyentuh wajah patung itu hingga tangan patung itu memegang tanganmu. Sepontan kamu menjerit dan berusaha meronta agar terlepas.

"Hahaha... Kamu kaget yah"ucap patung pria tersebut.

"Lepaskan aku!"serumu

"Bukankah kau ingin menyentuhku non-"sebuah pukulan keras mendarat di kepala pria tersebut. Membuat tanganmu terlepas darinya, segera kamu mengambil langkah mundur menjauhi pria tersebut.

"Jangan menjahili tamu kita seperti itu El!"seru seorang gadis mengenakan gaun dark red sambil berkacak pinggang.

" Aduh...sakit tau!"umpat pria yang bernama El dan kembali mendapat jitakan dari seorang pria berpakaian bulter berdiri di samping gadis tersebut.

"Jangan tidak sopan pada madam, El. Maafkan kelancangan bulter El, madam,"ucap pria itu sambil membungkuk hormat

"Hahaha...Yah ampun Devian, tidak perlu se-fomal begitu. Lagipula El memang seperti itu, bukan?"

Kamu terlihat kebingungan melihat kejadian tak terduga di depanmu saat ini. Gadis yang di panggil madam pun menatapmu dengan senyuman dan berjalan mendekatimu.

"Maafkan bulterku yah. Dia memang sedikit jahil. Namaku Dichiany Rainsworth panggil aja aku Dichan, Siapa namamu ?"ucap gadis itu sambil memegang kedua tanganmu.

Kamu sedikit tersikap ketika merasakan tangan gadis di depanmu sangat dingin seperti es.

"I-itu. Namaku. (FL/n),"ucapmu

"Wah...nama yang cantik. Nah (y/n) lebih baik kamu bersihkan tubuhmu. Sepertinya kamu mengalami masa-masa sulit. Felix akan mengantarmu ke kamar tamu, Felix."

"Yes, madam,"ucap Felix yang muncul entah darimana membuatmu sedikit kaget.

"Antarkan tamu kita ini ke kamar tamu, aku mohon."

Sejenak Felix menghela nafas kasar dan mengangguk sebagai jawaban. "Ikut aku,"ucap Felix padamu.

Kamu menatap Dichan dengan pandangan ragu dan sepertinya dia menyadarinya, "Tidak apa-apa (y/n). Felix tidak akan berbuat macam-macam denganmu,"ucap Dichan sambil tersenyum.

"Kalau kamu tidak mau, biar aku yang-"ucapan El terhenti ketika Dichan menginjak kaki El dengan sepatu vanthopelnya. El menjerit kesakitan sementara Dichan tersenyum puas.

"Hei! Kau mau diam disana?"ucap Felix dingin membuatmu langsung mengikutinya.

Felix pun berhenti di depan sebuah pintu bercat gloden dengan ukiran mawar merambat di pintunya. Felix pun mendorong pintu itu dan terlihat interior kamar super besar dan elegan. "Ini kamarmu, aku pergi dulu."

Kamu berbalik ingin mengatakan sesuatu, tetapi ucapannya terhenti karena Felix sudah tidak berada di sampingmu lagi.'cepat sekali perginya'pikirmu.

Kamu pun mulai masuk ke kamar super besar dan menutup pintu kamar. Kamu pun mengagumi setiap sudut kamar ini. Kamu melihat ada setidaknya dua tiga pintu, satu pintu keluar, satu pintu menuju balkon dan satu lagi adalah kamar pakaian sekaligus ada kamar mandi di dalamnya.

Kamu tidak menyangka bakal menginap satu malam di kamar yang semewah dan elegan seperti ini. Merasa tubuhmu sedikit lengket kamu pun langsung menuju ke pintu dimana ada ribuan pakaian serta pintu kamar mandi di dalamnya.  Kamu sedikit terkejut menyadari bahwa kamar mandinya sudah siap di gunakan seolah sudah mengetahui kalau akan ada orang yang ingin mandi, mungkinkah Felix salah menunjukan kamar padamu?

Katika kamu ingin keluar dari kamar mandi suara seorang pria membuatmu menghentikan langkahmu, "Nona (y/n) yang cantik, saya El membawakan baju yang akan anda kenakan karena akan ada pesta makan malam, jangan lama-lama yah di kamar mandi." kamu mendengar suara langkah sepatu meninggalkan kamarmu.

"Jadi aku tidak salah masuk kamar?"gumanmu.

Kamu pun mengurungkan niatmu untuk keluar dari kamar mandi, kamu pun berjalan ke bathub dan merendamkan tubuhmu disana. Sensasi aroma mawar yang menyegarkan memenuhi indra penciumanmu. Kamu pun merasakan tubuhmu benar-benar rileks dan segar kembali.

Kamu menatap tanganmu, kamu jadi teringat pertengkaranmu dengan ayahmu, apakah ayah sudah makan? Apakah dia mencemaskanmu? Kamu pun mengeleng pelan dan berpikir besok pagi kamu meminta tolong pada mereka untuk menunjukan kemana arah menuju desa terdekat. Setelah lama kamu berendam kamu pun memutuskan untuk menyudahinya dan berjalan keluar dari kamar mandi dengan handuk melilit di tubuhmu.

Kamu melihat gaun indah berwarna [fav colour] tergeletak di atas kasur. Kamu pun mengambilnya dan segera kembali ke ruang pakian untuk mengenakan gaun yang kini kamu pegang.

Kamu melihat dirimu yang sudah mengenakan gaun tersebut, sangat indah dan terlihat pas sekali dengan tubuhmu. Kamu sedikit berputar karena menganggumi keindahan gaun yang kamu kenakan sangat cocok denganmu.

Ketika kamu keluar dari kamar, kamu melihat seorang pria berpakaian bluter tersenyum manis padamu.

"Kamu terlihat sangat cantik, nona (y/n)."

Kamu merasakan kedua pipimu memanas karena di puji oleh pria berpakaian bulter di depanmu. Sepertinya dia juga bulter disini. Pria itu berjalan mendekatimu dan memegang kedua bahumu, "Rambutmu belum di tata, bolehkah saya menata rambut anda, nona (y/n)?"

Dengan sedikit gugup kamu mengatakan iya, bluter itu pun terkekeh pelan dan menuntumu ke meja rias. Kamu duduk di depan meja rias dan bluter itu mulai menyisir rambutmu.

"Nama saya Edrick Haliday, maaf kalau saya belum mengenalkan diri saya sebelumnya."

"I-iya, tidak apa-apa."

"Apa anda suka dengan aroma mawarnya?"

"Eh?"

Edrick terkekeh pelan, "Bukan apa-apa, nona (y/n)."  Edrick mengambil beberapa hiasan rambut dan mengenakannya pada rambutmu.

"Selesai, bagaimana nona (y/n)? Anda suka?"

Kamu menatap dirimu yang kelihatan sangat cantik, hiasan rambutmu menjadi nilai plus untuk penampilanmu hari ini. Kamu tidak menyangka kamu akan secantik ini. Kamu menganguk sebegai jawaban.

Edrick mengulurkan tangannya padamu, "Ayo kita menuju ruang makan, nona (y/n)." kamu pun menerima uluran tangannya dan betapa terkejutnya dirimu Edrick mencium tanganmu, membuat kedua pipimu terasa panas.

"Maafkan kelancangan saya nona (y/n), bisakah tidak mengadukan ini pada madam? Habisnya nona cantik sekali malam ini." Edrick mengedipkan sebelah matanya padamu membuat desiran aneh menjalar di sekujur tubuhmu terutama jantung dan pipimu.

Kamu hanya mengangguk pelan dan Edrick menuntunmu menuju ruang makan. Di sepanjang jalan menuju ruang makan tidak ada yang bicara baik kamu maupun Edrick hingga seseorang memelukmu dari belakang.

"Yah ampun, kau membuatku berdebar-debar nona (y/n)." suara hembusan nafasnya terasa begitu mengelitik di telingamu.

"Ka-kau..." suara pukulan terdengar keras membuat pria yang memelukmu melepaskan pelukannya dan mengaduh kesakitan.

"Apa-apaan sih kau ini!"ucap El dengan nada kesal sambil memegang kepalanya.

"Jangan tidak sopan pada tamu, El. Kau mau kena hukuman lagi dari madam dan Devian?"ucap Felix sambil mengusap tengkuknya.

"Baiklah, aku tidak akan melakukannya lagi," rengutnya sambil berjalan meninggalkanmu bersama dua bulter di sisi kananmu.

"Antarkan dia, merepotkan sekali,"keluh Felix sambil berjalan meninggalkanmu dan Edrick.

Edrick tersenyum padamu dan kembali menuntumu menuju ruang makan. Sampai di ruang makan kamu menatap takjub ruang makan yang begitu besar dan megah, meja makan panjang telah tersaji makanan dan minuman mewah. Kamu melihat Dichan sudah berada disana bersama Devian dan bluter yang menbukakan pintu utama untukmu tadi. Edrick melepaskan tangannya darimu dan berjalan mundur.

Dichan langsung menghampirimu dan memegang kedua tangamu, "(y/n), selamat datang di pesta kami," Dichan membawamu sedikit berputar.

"Ku harap kau menyukainya, ayo aku tunjukan dimana kau akan duduk." Dichan menuntunmu ke arah kursi makan.

Devian mendorong kursi untukmu dan kamu disuru untuk duduk disana. Dichan pun duduk tepat di sebelahmu. "Ayo semuanya duduk di tempat masing-masing, kita akan mulai pestanya,"ucap Dichan riang di ikuti kata ayo dari El.

Pesta malam itu sangat meriah, beberapa canda tawa menghiasi pesta tersebut tidak lupa mereka memperlakukanmu dengan sangat baik. Kamu tidak menyangka bahwa nyoya rumah ini memperbolehkan seorang bulter duduk bersama di meja makan, kamu tidak sengaja melihat jam besar yang berdiri telah menunjukan pukul 11:55.

"Sudah jam 11:55," gumanmu yang kelihatannya di dengar oleh Dichan.

"Benarkah?" Dichan melihat ke arah jam, "kau benar, lima menit lagi tengah malam. Lebih baik kita sudahi pestanya malam ini," ucap Dichan sambil bangkit dari tempat duduknya.

"Hee...kok cepat sekali usainya, ayolah lima menit lagi kita berpesta," keluh El sambil meletakan dagunya di meja makan.

"Madam benar El, sebaiknya kita akhiri pesta hari ini, semuanya kembalilah ke kamar kalian." ucap Devian.

"Revan, antarkan (y/n) ke kemarnya," ucap Dichan berjalan sambil menutup mulutnya yang tengah menguap.

"Baiklah, ayo." Revam berjalan mendahuluimu dan kamu habya mengikutinya dari belakang.

Sampai di depan kamar kamu mengucapkam terima kasih pada Revan, "Sudah tugasku melayanimu nona (y/n)." Revan mengambil tanganmu dan mencium tanganmu.

"Selamat tidur nona (FL/name)." Revan pergi meninggalkanmu yang mesih mengontrol detak jantungmu. Kamu sempat melihat Revan tersenyum tipis padamu.

Kamu pun mengeleng keras dan berjalan masuk ke dalam kamarmu. Hembusan angin menerpamu dan kamu melihat Felix duduk di dekat jendela yang terbuka sambil menatapmu dengan tajam.

"Tidak seharusnya kau ada disini."

"Apa maksudmu?"

"Pergi sekarang, atau tidak selamanya." angin bertiup kencang membuatmu menutup matamu.

"Pilihlah dengan cepat, keluar sekarang atau terjabak selamanya disini." bisik Felix di telingamu membuatmu menjauh darinya. Bagaimana bisa dia tiba-tiba sudah berada disampingmu.

"Aku tidak mengerti." Felix menatap datar padam dan berjalan keluar dari kamarmu.

"Selamat malam," ucapnya sambil menutup pintu kamarmu.
Kamu pun berjalan ke arah jendela terbuka dan menutupnya kembali karena angin malam berhenbus dengan kencang. Kamu duduk di pinggir kasur memikirkan maksud perkataan Felix.

Apa Felix hanya bercanda? Ataukah dia tidak suka dengan kehadiranmu disini? Matamu perlahan mulai memberat. Kamu pun mulai membaringkan tubuhmu di atas kasur yang begitu empuk. Perlahan kedua matamu terpejam dan kamu mulai terlelap menuju dunia mimpimu.

***

Kamu pun terbangun dari tidurmu dan melihat ke arah jendela, "Loh, kok masih gelap? Padahal aku merasa aku sudah tidur cukup lama." kamu mencari jam di kamar ini tapi tidak menemukannya. Kamu merasa sedikit aneh, kamu kembali menaiki tempat tidurmu dan kembali melelapkan dirimu ke dunia mimpi, mungkin kamu terlalu cepat bangun.

***
Kamu pun terbangun untuk sekian kalianya tapi yang kamu lihat dari jendela adalah kegelapan, kamu merasa sedikit takut. Apakah ini mimpi? Batinmu dan kemudian kamu mencubit lenganmu.

Kamu meringis sakit dan itu berarti ini bukan mimpi. Kamu pun beranjak dari tempat tidurmu dan berjalan keluar untuk melihat jam. Sepanjang koridor kamu tidak menemukan jam satupun hingga kamu teringat pada jam besar yang berdiri kokoh di ruang makan. Dengan cepat kamu menuju ruang makan dan sampai di sana kamu terkejut bahwa jam tersebut menujukan angka yang sama 11:55, lima menit sebelum tengah malam.

Suara bunyi pintu terbuka, kamu sedikit ketakutan ketika dinding di sebelah jam itu tergeser seolah ada pintu rahasia disana. Perlahan kamu berjalan ke arah sana, kamu sedikit mendorong dinding tersebut dan menemukan tangga menuju kebawah. Kamu pun dengan perasaan takut-takut berjalan turun mengikuti tangga, hingga...

"I-ini...peti mati?" kamu melihat 7 peti mati, tunggu yang satu lagi punya siapa?

"Ketahuan yah..." kamu langsung berbalik dan menemukan seluruh penghuni rumah berada di belakangmu.

Kamu berjalan mundur dengan raut wajah ketakutan. "Kelihatannya iya, apa yang akan kita lakukan kepadanya?" ucap Edrick sambil tersenyum ke arahmu.

"Yah...padahal pestanya lagi seru-serunya malah berakhir seperti ini, payah," ucap El sambil menatapmu bosan.

"Burung cantik yang malang...kita lakukan apa padanya?" ucap Revan sambil menatap datar padamu.

Felix dan Devian hanya terdiam sambil menatapmu dengan tatapan yang sulit di artikan. Kamu menggeleng kuat dengan perasaan berkecambuk dalam hatimu.

"Ja-jangan membunuhku....aku mohon. JANGAN BUNUH AKU!!!" air matamu mulai mengenangi pipimu.

Suara hantaman kuat terdengar dari arah Felix membuat semua yang di sana menatap Felix, "DIAM!!"bentaknya keras membuatmu langsung lari ketakutan menaiki anak tangga.

Dichan melihatnya tersenyum sinis, "Ayo kita ikuti, pesta malam ini tidak akan menarik jika tidak melihat pertunjukan utamanya."

Ketika kamu sampai kembali di ruang makan, kamu melihat jam tadi dengan menunjukan angka selalu sama pukul 11:55. Kamu melihat baik-baik kedua jarum jam tersebut seperti sebuah gunting. Apakah kamu akan mengambilnya ?

A. Yes
B. No

"Oh (y/n)~ kau mau kemana? Kami tidak akan membunuhmu loh~."

Apapun keputusanmu kamu langsung meninggalkan ruang makan dan berlari menuju pintu utama masion ini. Bolak balik kamu tersesat entah kenapa jalan di rumah ini terlihat begitu rumit. Akhirnya, kamu melihat pintu depan terbuka dengan lebar, itulah jalan keluarmu dari mansion ini. Kamu pun sempat tergiang di benakmu,

A. Apakah mereka sudah Tidak mengejarku? batinmu kemudian menoleh kebelakang.

B. Aku tidak peduli mereka masih mengejarku atau tidak yang terpenting aku harus keluar dari sini. Batinmu.

Bersambung...

Sudahkah kalian tentukan pilihan kalian? Silahkan cek Ending kalian, petunjuk untuk cerita kalian selanjutnya bisa di lihat di bawah ini:

Jika kalian pilih A dan A, maka silahkan cek di Chap Ending 1

Jika kalian pilih A dan B, maka silahkan cek di Chap Ending 2

Jika kalian pilih B dan B, maka silahkan cek di Chap Ending 3

Jika kalian pilih B dan A, maka silahkan cek di Chap Ending 4.

Note: Gomen nasai minna >< Dichan gak sempat melulu dan ini sudah TANGGAL BERAPA DICHAN?!! sekali lagi dichan minta maaf untuk keterlambatan updatenya. Sampi jumpa di Ending pilihan kalian. ^^

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro