If You Want Choose Devian Rexlord
" Uh? Kau memilih Devian? Pilihan yang bagus." Ucap Dichan sambil tersenyum.
Dichan menoleh ke arah Devian, " Nah Devian, tolong bawa matemu ke kamar yang dia sukai."
"Baiklah," ucapnya dengan senang hati dan berjalan ke arahmu, " Ikutlah denganku, my lady." Kamu pun merima uluran tangannya dengan takut-takut.
" Baiklah, kembaliah semuanya ke kamar, besok malam kita akan mengadakan pesta yang lebih besar dari biasanya dan pesta ini juga merupakan penyambutan untuk anggota kita yang baru." Ucap Dichan dengan riang sambil berjalan kembali ke ruangannya.
" Asik ... hei, Dichan, apakah aku boleh mengatur pestanya? Aku tidak sabar menunggu besok." Ucap El sambil berjalan mengikuti Dichiany dari belakang. Tanpa kamu sadari hanya ada dirimu dan Devian," Ayo, anda harus beristirahat, My Lady." Devian membawamu entah kemana dengan menaiki tangga menuju lantai dua.
Kamu dan Devian berdiri di depan sebuah pintu kamar, Devian membukakan pintunya dan menyurumu untuk masuk diluan. Kamu melihat seluruh isi kamar yang terlihat rapi dan elegan. Aroma harum parfum pria terasa di kamar ini. Kamu segera berbalik dan menemukan Devian berdiri di depanmu dengan senyuman yang membuat wanita manapun akan luluh.
"I-ini kamar siapa, Devian?" tanyamu
"Hm..." Devian telihat seperti berpikir dan kemudian memegang satu tanganmu membuatmu sedikit terkejut dengan rekasi Devian. Devian mendekatkan wajahnya di telinga kananmu, hembusan nafasnya yang begitu kentara membuatmu sedikit bergidik ngeri. Kamu ingin menjauh dari Devian tapi apa daya tubuhmu tidak mau di ajak kompromi. Devian menyingkirkan helai rambutmu, " lAnda begitu wangi, My lady." Bisiknya sededuktif membuatmu merinding seketika.
"Bolehkah saya menghisap darah anda, My lady." Mendengar itu kamu ingin segera menjauh sejauh-jauhnya dari Devian, tapi lagi-lagi tubuhmu tidak bisa bergerak seolah ada rantai tidak telihat meliliti tubuhmu. Kamu hanya gemetar ketakutan sambil meneguk ludah dengan susah payah, mulutmu bergetar ingin mengucapkan sesuatu tapi sangat sulit seolah suaramu tertahan oleh sesuatu.
"De...vi...an." Hanya kata itu yang keluar dari mulutmu, sementara Devian hanya terkekeh pelan mendengar dirimu memanggil namanya. " Aku anggap sebagai jawaban iya, My lady." Devian mencium lehermu di lanjutkan dengan menjilat lehermu membuatmu merasakan sensasi mengelitik di daerah lehermu.
Kedua taring Devian akhirnya menancap di lehermu membuatmu memekik tertahan. Suara isapan terasa menggema di ruang kamar. Tubuhmu perlahan terasa lemas, " De...vian, hentikan." Ucapmu lirih berusaha menjauhkan diri dari Devian, tapi Devian menarik pinggangmu dan punggungmu untuk semakin mendekat ke arahnya.
Kamu hanya bisa melakukan berontakan kecil membuat Devian terpaksa mengakhiri kegiatannya. Kamu pun mengambil langkah mundur hingga kamu jatuh terduduk, ketakutan tersirat di kedua matamu ketika menatap Devian yang sedang mengelap darah yang menetes di ujung bibirnya dengan ibu jarinya.
"Sepertinya kau menginginkan lebih dari ini ? baiklah, keinginanmu adalah printah bagiku,My Lady. " Devian melangkah mendekati dirimu yang langsung merangkak mundur menjauhi Devian hingga dirimu terpojok karena punggungmu menyentuh dinginnya dinding kamar.
"Ja-jangan membunuhku...hiks...aku mohon." Kamu mengeleng ketakutan dengan air mata yang memenuhi pandanganmu. Kamu memeluk tubuhmu dengan perasaaan takut sambil segukan karena menangis.
Devian yang melihat itu pun mendekati dirimu dan berjongkok di depanmu, kedua tangannya meraih dirimu dan memblengumu dalam pelukannya.
"Maafkan aku," bisik Devian dengan lembut.
Entah kenapa ucapan Devian sukses membuatmu membalas pelukannya dan membenamkan kepalamu di dada Devian.
"Jangan bunuh aku." Ucapmu di sela tangismu. Devian yang tidak tega melihat keadaanmu pun mengelus rambutmu dengan halus dan mencium aroma rambutmu.
" Aku akan melepaskanmu, (y/n). walaupun taruhannya adalah nyawaku sendiri," Guman Devian yang masih kamu dengar ucapannya. Devian pun menarik tubuhmu sedikit menjauh agar dapat melihatmu.
Devian menyingkirkan beberapa helai rambutmu hingga dia dapat melihat dirimu yang masih berlinang air mata. Devian mengulas senyum lembut sambil menghapus air matamu," Aku akan membawamu kembali ke tempat asalmu." Kamu menatap Devian dan berkata," Benarkah? " Devian mengangguk mantap.
"Tapi ingatlah ini, aku melepaskanmu karena aku tidak ingin melihat wajahmu yang menangis ketakutan seperti ini. Ketika kau sadar nanti kau tidak akan mengingat dengan jelas kejadian ini, aku akan senang jika kau mengingat ucapan ini, aku mencintaimu." Devian memegang kedua tanganmu.
" Devian." Kamu terkejut ketika Devian mengecup keningmu dengan lembut dan kembali menatapmu intens. " Good Night, My lady." Devian menutup kedua tanganmu dengan satu tangannya.
Kamu kembali membuka matamu dan bangun dari posisi tidurmu, matahari bersinar terang menembus celah-celah kain gorden jendelamu. Kamu kembali termenung, " Apa itu hanya mimpi?" gumanmu.
Kamu menatap kedua tanganmu, dingin, tapi sangat menenangkan, kamu mengaitkan kedua tanganmu dan memejamkan kedua matamu.
"Aku mencintaimu." Kamu terkejut mendengar suara pria tergiang di benakmu. "Suara siapa itu?" kamu melihat sekeliling kamarmu tapi tidak menemukan siapapun, kembali kamu menatap kedua tanganmu.
" Sensasi dingin ini, kenapa aku begitu merindukannya?" . kembali kamu teringat dengan ucapan 'aku mencintaimu', kamu berusaha menggali ingatan tentang siapa yang mengucapkan itu, namun hanya sekelebat senyuman lembut seorang prialah yang bisa kamu gali.
" Siapa dia? Kenapa aku begitu merindukannya?"
Kamu mendeketkan kedua tangamu di depan dada, " Aku juga mencintaimu. Siapapun dirimu..."
End ...
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro