Ending 1
Ending First
Ketika kamu menoleh kebelakang untuk memastikan mereka masih mengejarmu atau tidak kamu tersandung hingga kamu tersungkur kedepan. Kamu merintih kesakitan dan berusah untuk bangun secepat mungkin.
"Kau mau pergi kemana, nona (y/n)?" suara gadis yang kamu ketahui sebagai nyonya dirumah ini membuat detak jantungmu semakin mengila.
Suara sepatu vanthopel yang digunakannya terasa menggema di telingamu seolah itu merupakan peringatan bahaya besar sedang menddekat. Apa yang harus kamu lakukan? Memohon ampun padanya ? atau ....
Kamu melihat tangan kananmu masih memegang gunting tersebut, entah apa yang merasukimu hingga tanpa aba-aba padamu, kamu langsung menusukan gunting tersebut ke perut Dichan. Dichan langsung memuntahkan darah sambil memegangi perutnya.
" Kau..." kedua matamu membulat----tidak percaya dengan apa yang telah kau perbuat. Kau langsung kabur dari sana ketika para bulternya sibuk menolong majikannya. Kembali, kamu berada di dalam hutan, benakmu terus tergiang kata 'aku telah membunuhnya, aku telah membunuhnya' hingga kamu tersungkur ke depan karena tidak memperhatikan jalan. Kabut tebal mulai menampakan dirinya, kamu pun berusaha bangun dan kembali berlari tak tentu arah.
Kamu melihat sosok bayangan pria berpakaian layaknya seorang pemburu mengenakan topi berwarna hitam. Kamu pun langsung berseru dan meminta tolong pada pria tersebut, pria itu berhenti dan menoleh ke arahmu, syukurlah dia mendengar suaramu.
"Tolong aku, aku tersesat di hutan ini, apakah kau bisa membantuku menujukan arah dimana pedesaan di dekat sini? " dia hanya mengangguk kecil sebagai jawaban, dan berjalan mengikuti sang pemburu tersebut. Tidak ada percakapan sama sekali kamu terlalu sibuk dalm benakmu sambil memeluk dirimu yang mulai kedinginan dengan hebumbusan angin malam. Setelah lama kamu berjalan, pria itu berhenti membuatmu juga ikut berhenti.
"Ada apa? Kenapa berhenti?" dia tidak menjawab pertanyaanmu, kamu pun menoleh dan melihat cahaya obor menerangi jalan, kamu pun merasa senang karena kamu berhasil pulang dengan selamat. Kamu pun langsung mengucapkan terima kasih padanya dan langsung lari kearah rumahmu. Sepanjang jalan kamu tidak melihat seseorang atau siapapun yang berada diluar, hanya ada sebuah obor yang tergantung di depan rumah. Kamu merasa sedikit aneh, apa hari ini sedang ada pemdaman listrik?, batinmu. Kamu terkejut ketika ada seekor serigala buas berdiri di depan rumahmu, warna matanya pun terlihat merah menyala. Tanpa kamu sadari kamu berjalan mundur kebelakang.
" Ayah! Cepat keluar, ada seekor serigala berdriri di depan rumah! Ayah !" tidak ada sahutan dari dalam rumah, kamu kembali menjerit memanggil Ayahmu tapi tidak ada hasil apapun, mungkinkah ayahmu sedang tidur?
Ketika kamu ingin pergi dari tampatmu, lima ekor serigala mengempungmu dari berbagai arah. Tatapan mata mereka terlihat buas seolah kamu adalah santapan yang sangat lezat. Kamu menjerit meminta tolong tapi tidak ada satupun yang keluar dari rumah atau mendengar teriakanmu. Suara tawa seseorang terasa mengema di sekitarmu. Suara tapak sepatu terdengar dari arah depanmu. Seorang pria mengenakan baju pemburu dengan topi berwarna hitam berjalan keluar dari daerah gelap di depanmu.
"H-ei ! tolong aku ! aku mohon tolong aku !" ucapmu dengan nada lirih hampir mengeluarkan air mata.
Pria itu mengangkat senjatanya dan menodongkannya ke arahmu. Kamu terkejut dengan apa yang dia perbuat. Kamu mengeleng keras dan memohon ampun padanya. Pria itu mengulas senyum iblis dan perlahan menarik pelatuknya. Suara tembakan berserta bercak darah mengotori tanah, kamu jatuh dengan keadaan kepala yang tidak utuh.
Bad End
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro