Good Night, I'm Fine
"Kalau nanti Mafumafu meninggal..."
Makhluk albino itu sempat memberi jeda pada kalimatnya. Soraru diam-diam menahan napas. Sebuah pasak serasa menikam jantung saat kata 'meninggal' itu diucap.
"Kalau aku meninggal, aku akan menyerahkan semua yang kupunya ke Soraru-san. Hak cipta lagu, yang lain-lain, semua akan kuserahkan ke Soraru-san."
"Beneran? Yatta!"
Tentu saja itu bohong...
"Cepetan, dong!"
Apa ini yang baru saja dia katakan??
Mafumafu selaku partner unit menanggapinya sebagai candaan. Mereka tertawa bersama pada saat itu.
"Baiklah, kalau nanti aku meninggal, aku ingin kamu menyembunyikan kematianku dari orang-orang."
Yang ini Soraru tidak bohong. Ia akan percayakan kematiannya pada Mafumafu.
"Kalau begitu, nanti aku akan pura-pura jadi Soraru-san!"
Candaan, tentu keduanya tidak bermaksud mengakhiri napas segera setelah percakapan ini terpublikasi. Meski untuk bagian wasiat, keduanya sama-sama serius dengan apa yang mereka sampaikan.
Soraru masih ingat betul pelukan erat yang begitu hangat segera setelah siaran mereka berakhir. Tubuh si partner unit gemetar. Samar suara sesenggukan tertangkap daun telinga Soraru dari balik wajah yang terbenam dalam bahunya itu.
"Jangan tinggalkan aku..." lirih si putih, "aku beneran gabisa sembuh dari depresi kalau sampai Soraru-san ninggalin aku..."
Terkekeh pelan, lembut ia elus helaian salju milik yang lebih muda. "Tidak akan," ujarnya, "aku nggak akan ninggalin kamu. Makanya, kamu juga jangan ninggalin aku, ya?"
Waktu itu kamu mengangguk, kan? Kamu benar mengangguk, Mafumafu!
Tatapan Soraru kosong. Tubuh itu terbujur kaku dengan senyum tipis tersemat pada wajah yang kini sama pucat dengan rambut si pemilik raga. Karangan lili dan krisan putih yang ada di sekitar memang harum, tetapi membuat sesak dada si pemuda raven.
Sedikit mendongak, biru safirnya bertemu merah darah sang partner dalam foto. Wajah di foto itu tersenyum, sama seperti jasad di depannya. Yang berbeda hanya rona kehidupan begitu cerah yang hanya dijumpai dalam foto.
Ah... Mulai sekarang dia takkan bisa melihat sepasang merah delima itu lagi...
Kemudian tatapannya beralih. Sakata, Amatsuki, Urata, Luz, dan yang lain menangis. Mereka tentu juga merasakan kehilangan yang begitu dalam. Terlebih, kematian Mafu memang begitu mendadak. Yang berbeda hanya Soraru. Mungkin dialah satu-satunya yang tidak menangis dalam rumah duka itu.
Oh, benar... Ia sudah lekat dengan figur seorang 'ibu' bagi mereka. Karena itu, Soraru tidak boleh menangis...
Ia harus terlihat baik-baik saja.
Ia rengkuh para utaite yang rata-rata lebih muda dari dirinya itu. Sambil tersenyum lembut, ia memberi penghiburan, "Mafu sudah tenang disana. Karena itu, kalian juga jangan terlalu larut dalam kesedihan, oke?"
Tiada satupun dari mereka memaksa Soraru menangis. Mereka paham betul sebagai satu-satunya orang yang berada di sisi Mafu di saat-saat terakhirnya, airmata si raven tentu telah kering. Terlihat sekali dari sisa bengap pada kantung mata Soraru.
Tak hanya rekan-rekan. Para penggemar turut berkabung mendengar kabar ini. Pasca pemakaman, Soraru langsung mengadakan siaran, menyampaikan pada para penggemar bahwa Mafu telah hidup dengan baik. Ia pergi tanpa meninggalkan penyesalan apapun. Karena itu, si albino tak mengharapkan pendengarnya jatuh dalam kesedihan berlarut-larut. Mereka harus melanjutkan hidup dalam senyuman, memaknai setiap karya yang Mafu tinggalkan sebagai kenang-kenangan yang selalu ada menemani perjalanan hidup mereka.
Awalnya tidak ada masalah. Seperti wasiat Mafu, Soraru harus mengurus kepemilikan hak cipta lagu Mafu. Si raven juga akhirnya memutuskan untuk pindah dan menempati apartemen si albino. Mengurus Iroha dan Poteto, merawat setiap barang yang ditinggalkan sebaik mungkin tanpa lewat satupun.
Selepas dua minggu berjalan, barulah masalah muncul.
"Katanya, Mafumafu meninggal karena kelelahan? Aku rasa nggak begitu, loh!"
Cuitan seorang pengguna twitter membuat gempar orang-orang. Banyak yang kemudian membalas kalimat tersebut dan seketika mempopulerkannya.
"Hari sebelumnya dia siaran langsung, Mafumafu-san masih baik-baik aja kok. Kamu benar! Jangan-jangan ada konspirasi?"
"Katanya yang terakhir bersama Mafu-san itu Soraru-san, ya?"
"Iya, kudengar Soraru-san juga yang nelpon ambulans dan bawa Mafu-san ke rumah sakit."
"Tapi... Kok aneh ya? Apa benar Mafu-san meninggal karena kelelahan?"
"Hei, kalian ingat, tidak? Mafu-san pernah bilang akan menyerahkan semua asetnya ke Soraru-san kalau nanti dia mati? Jangan-jangan..."
Satu balasan. Satu balasan twitter itu yang jadi pemantik. Orang-orang seketika menaruh atensi pada Soraru. Memang banyak yang membela, tetapi tak sedikit pula yang berujung menghujat Soraru karena dituduh 'membunuh' Mafumafu.
Atas pasal inilah Urata ditemani Sakata dan Amatsuki datang mengunjungi Soraru hari itu.
"Soraru-san, kita harus menuntut orang-orang ini!" Sakata melayangkan gugatan. Namun bukan persetujuan, malah kekeh pelan ia dapat sebagai balasan dari si raven.
"Mereka nggak bermaksud jahat, kok... Sebentar lagi juga paling reda."
"Tapi Soraru-san! Mereka bahkan ada yang menuduh Soraru-san beberapa kali bersikap dingin pada Mafu! Malah ada yang bilang kalau Soraru-san sebenarnya benci sama Mafu! Padahal, kan, sama sekali nggak begitu!" Amatsuki tak mau kalah.
"Aku, kan, memang sulit berekspresi. Bisa jadi memang ada yang melihat aku seperti itu."
"T-tapi Soraru-san..."
"Aku nggak pa-pa..." Ah, mereka benci melihat senyuman tegar itu. Pun Soraru yang menenangkan mereka bertiga, mereka amat membencinya.
Tepat setelah Soraru membimbing tiga tamu ini pulang, notifikasi dari ponsel masuk. Soraru membukanya. Oh, ada pesan Line dari Luz.
"Soraru-san, aku memang orangnya bodoh dan nggak tanggap, tapi kalau Soraru-san cerita, aku pasti dengerin kok. Jangan dipendam sendiri, ya. Nggak cuma Luz, yang lain juga khawatir..."
Lagi-lagi tawa pelan lolos dari bibir si raven. "Duh... Anak anjing kita ini imut sekali, ya? Anak baik, anak baik..." ia berceletuk sendiri.
Betapa beruntungnya... Dia memiliki teman-teman yang baik. Mereka yang selalu berusaha memberi bantuan semampu mereka. Tetapi... Rasanya tetap saja ada yang kurang...
Tak lama senyuman itu perlahan luntur. Soraru menghempas tubuh di sofa, kemudian meringkuk. Samar mulai terdengar isakan. Bahkan, Iroha dan Poteto hanya bisa mengusal pria itu sembari mengeong pelan.
"Dingin..." lirihnya, "aku kedinginan, Mafu... Peluk aku, dong?"
Urata betul-betul risau. Sejak kunjungan ke kediaman Soraru tempo hari, ia bersama utaite yang lain ramai-ramai membuktikan Soraru tidak ada kaitannya dengan kematian Mafu. Ia sudah bicara berkali-kali bahwa si raven adalah orang yang paling terpukul atas kepergian Mafu, orang yang paling sayang pada si albino. Mafu meninggal betul karena kelelahan akibat tekanan kerja. Bukan perkara bunuh diri atau bahkan dibunuh seseorang.
Utaite lain juga mengatakan hal yang serupa, selaku pihak yang lebih mengenal Soraru ketimbang para penyebar hoax itu. Bahkan, Kiyo juga sampai mengecam orang-orang yang berani menuduh Soraru.
Namun kelihatannya usaha mereka masih belum cukup. Keributan terus berlanjut semakin parah. Banyak orang menuntut Soraru menyerahkan diri dan mengaku kalau dia penyebab kematian Mafu. Mereka juga menuntut agar hak cipta lagu milik Mafu tidak jatuh ke tangan Soraru. Bahkan, orang-orang mulai melakukan boikot terhadap Soraru dan melaporkan akun youtubenya ramai-ramai. Soraru mulai banyak menerima surat ancaman. Terlebih tidak jarang terdengar suara gedoran pintu di tengah malam.
Soraru memang tak pernah memberi tanggapan. Meski hal ini memicu persoalan semakin besar sehingga ia makin dihujat, Soraru selalu mengatakan bahwa dia baik-baik saja.
Tetapi sudah sebulan ini Urata tidak melihat Soraru aktif di twitter. Saluran You Tube miliknya pun tak ada unggahan terbaru. Urata sudah menanyakan hal ini di telepon. Tetapi Soraru menjawab dia hanya sedang bingung mau cover lagu apa dan sedang tidak ada ide membuat lagu. Bagaimana bisa Urata tidak cemas mendengar jawaban penuh dusta itu?
Sampai suatu hari, sebuah video live amatir bagai petir menyambar di siang bolong.
Saat itu juga Urata meninggalkan pekerjaannya. Si pemuda rakun bergegas pergi ke tempat dimana video itu diambil. Rupanya Sakata dan Amatsuki sudah disana. Suasana ramai. Orang-orang semua tertuju pada sebuah titik yang sama; atap gedung. Seorang pria terlihat berdiri disana.
Tentu ketiga orang ini panik. Mereka tahu persis siapa yang berada di tempat itu. Karenanya mereka bergegas masuk ke gedung, berlari lewat tangga darurat sekencang-kencangnya. Disaat telah mencapai lantai terpuncak, mereka bertiga serempak berteriak, "Soraru-san!"
"Sayang, sayang, Mafuku sayang... Sayang, sayang, mari bernyanyi, mari menari... Sayang... Mafuku sayang... Lagu apakah yang akan kita dendangkan hari ini? Sayang... Lihatlah para penonton bersorak... Mari kita berganti... Ke lagu yang berikutnya... "
Mereka yakin blazer yang tengah 'berdansa' dengan Soraru adalah milik si albino. Sambil terus bersenandung kakinya melangkah ringan, seolah tengah menari dengan sang partner.
"Selamat malam, selamat tidur... Kita kan bernyanyi lagi di esok hari... Tidur yang nyenyak, Mafuku sayang..."
Pada titik itu, ketiganya langsung tersadar. Soraru telah mencapai batasnya. Soraru kelelahan mencoba mengatasi dan menanggung semua sendiri. Ia rindu, merindukan sosok junior yang selalu hadir sebagai penglipur hati saban kali kemelut menimpanya. Mereka tak menyangka, perkataan Soraru bahwa ia tak bisa membayangkan bagaimana kehidupannya tanpa ada Mafu rupanya akan jadi semenyedihkan ini.
Maka dari itu Urata bergegas menelpon nomor darurat selagi Sakata dan Amatsuki berlari demi menahan tubuh si raven.
"Soraru-san, mou yameyou... Kami disini, Soraru-san. Kami disini..." Sakata membujuk sambil menangis.
"Hentikan, Soraru-san... Mafu-kun nggak akan senang lihat Soraru-san begini... Kita turun, yuk?" Amatsuki menambahi tak kalah sesak.
Meski telah dicekal dua orang, lisan Soraru tak berhenti melantunkan lagu, yang tak pernah mereka dengar sama sekali sebelumnya. Lirik yang terus diulang-ulang, dengan tatapan kosong nan redup dari kedua mata.
"Selamat malam, Mafuku sayang... Mari bernyanyi lagi, di esok hari...
...Aku merindukanmu..."
-
-
-
Sudah tiga bulan Soraru dirawat di rumah sakit jiwa. Mentalnya benar-benar rusak. Psikiater mengatakan pria itu terlalu stress dan overthinking karena terdoktrin rumor. Belum lagi fakta bahwa dirinya ternyata adalah orang yang paling belum bisa menerima kepergian Mafumafu. Tekanan psikologis yang besar akhirnya membuat mental si biru jatuh, hingga berakhir dalam keadaan seperti sekarang.
Hari ini Urata berniat menjenguk seniornya itu. Untuk kunjungan kali ini, ia mengajak Luz sebagai kawan menjenguk.
Setelah melapor di ruang reservasi, seorang perawat mengantar keduanya ke sebuah paviliun tertutup. Setelah bicara dengan perawat yang berjaga, mereka dipersilakan masuk.
"Soraru-san, ada tamu berkunjung..."
Pria berpakaian serba putih yang semula duduk di sebuah kursi menghadap jendela berbalik dengan riang. "Mafu!" ia berseru bungah.
Sontak si raven berlari menerjang tubuh Urata dan Luz. "Mafuku datang berkunjung? Soraru kangen... Pelukan Mafuku hangat, hangat..."
Urata merasa maklum ketika melihat raut terkejut Luz yang dibarengi titikan airmata dari ujung netranya. Setiap berkunjung, siapapun itu, Soraru selalu menganggap mereka semua Mafumafu. Dirinya juga begitu. Ini kali pertama Luz, wajar dia tidak tahu.
Urata terkekeh kemudian. Sembari mengelus punggung si pria raven, ia berujar, "Soraru-san, kita jalan-jalan, yuk?"
Suasana damai nan asri sangat terasa di danau yang berada di samping rumah sakit jiwa itu. Urata dan Luz mengekor di belakang Soraru yang melangkah setengah berlari dengan riang.
"Jalan-jalan bersama Mafuku~~ Menyenangkan~ menyenangkan~" si raven bersenandung.
"Pelan-pelan, ya, Soraru-san! Nanti jatuh loh!" Urata mengingatkan setengah berteriak. Soraru menjulurkan lidah. "Ih, Mafuku cerewet! Berisik!"
Urata tertawa kecil mendengarnya. Sejenak kemudian ia menghela napas panjang. "Rasanya lumayan aneh, ya, melihat orang yang biasanya tenang dan bersikap dewasa jadi bertingkah bocah kayak gini," si rakun berkomentar.
Luz mengangguk, sedikit menunduk. "Biasanya Soraru-san yang mengayomi dan memerhatikan kita. Sekarang, giliran kita yang memberi perhatian pada Soraru-san," pemuda jangkung itu mengimbuhi.
"Benar, ya," Urata setuju. Manik zamrudnya menerawang angkasa jernih diatas mereka, "Soraru-san selalu tegar di depan semua orang. Biarkan dia istirahat dulu untuk saat ini. Kuharap, Soraru-san cepat sembuh dan bisa segera berkumpul dengan semuanya kayak dulu..."
Terdengar lagi lantunan lagu. Keduanya menoleh, mendapati tubuh Soraru berputar riang sambil bersenandung. Begitu bahagia. Bahkan, Urata bisa merasakan orang itu lebih bahagia dari biasanya hari ini.
"Hari ini adalah hari paaaling bahagia buat Soraru!" pria itu berseru keras. Senyumnya merekah. Dengan ekspresi yang begitu bungah ia melanjutkan dengan lantang,
"... Karena hari ini, akhirnya Soraru bertemu dengan Mafumafu!"
Dor!
Urata dan Luz seketika tercekat. Hal itu terjadi terlalu cepat tanpa bisa dicegah. Tubuh si raven tersungkur dengan darah mengalir deras dari kepala. Tidak jauh dari sana, sosok yang menodong pistol barusan cepat-cepat kabur.
Luz secara refleks berlari ke arah Soraru. Dia peluk raga yang semakin dingin itu sambil menangis menyebut namanya berkali-kali. Sementara Urata memanggil petugas keamanan, selagi dirinya mengejar pelaku penembakan barusan.
"Soraru-san! Soraru-san!!" Luz meraung-raung, persis seperti bocah kehilangan ibunya. Biru safir semakin meredup. Meski demikian, kedua sudut bibir Soraru terangkat.
Dibawah birunya langit hari itu, si raven mengembuskan napas terakhirnya dengan tenang.
-
-
-
Pagi itu suasana kompleks makam teramat sepi. Pria zamrud berdoa di depan sebuah nisan. Tak lama sepasang netranya terbuka. Senyum kecil ia berikan selagi berjongkok. "Yokatta nee, Soraru-san," gumamnya.
"Beritanya ramai sekali. Pelaku yang menembakmu sudah ditangkap. Dia... Fans fanatik Mafu yang termakan rumor dan nggak terima. Kalau kamu, pasti memaafkan dia, huh? Sayang sekali kami beda..."
Urata mendongak, menatap pahatan nama si raven yang terukir pada nisan. Pria itu melanjutkan kalimatnya, "Kau tahu? Akhir-akhir ini hashtag JusticeforSoraru lagi trending di twitter, loh. Orang-orang ramai mengadakan petisi agar para oknum yang memicu rumor dan menuduhmu ditangkap dan diadili. Polisi udah bergerak. Mereka dituntut atas kasus pencemaran nama baik..."
Senyum getir ia berikan. Urata lalu mendengus, "...Ironis, ya? Kamu harus mati dulu kayak gini, baru mereka bergerak membelamu. Kami nggak terima sama sekali, loh..."
"Tapi seperti katamu, kami nggak akan terpuruk," Urata berdiri. Membersihkan celananya yang agak kotor. "Lihat kami dari sana, ya, kalian berdua! Kami akan terus maju, mengejar cita-cita dan melanjutkan hidup dengan baik. Kami akan melakukannya demi bagian kalian berdua juga."
Si rakun akhirnya pamit. Sebelum melangkah pergi, ditatapnya langit biru yang begitu cerah. Meski terasa sesak, Urata tersenyum tipis.
"Oyasumi, After the Rain. Sayonara..."
***
Bahahahah, betapa nikmatnya bikin anak orang menangos di malam hari pas melepas penat setelah beraktivitas seharian:)
Sad banget, ya... Soraru yang awalnya bertekad bakal ngelanjutin hidup dengan tegar demi Mafu juga, malah berakhir kayak gitu:""
Ngga tahu, akhir-akhir ini Kafka demen banget bikin angst AtR -- kalo baca? tidak sih.... Nangedd:"""
Tapi ntahlah kalian nangis ato tidak. Kafka nggak yaken:"")
Tapi serius, gengs, yang kayak begini tuh bisa banget kejadian betulan di dunia nyata. Bukan cuma ke AtR, tapi bisa terjadi ke semua orang. Makanya kita harus selalu jaga sikap dan hati-hati kalau bertutur kata apalagi di medsos. Bisa jadi dengan satu kata aja yang kita ucapkan sembarangan, kita jadi ngehancurin hidup seseorang.
Terus untuk masalah kematian Mafu, itu juga bisa terjadi loh. Banyak kasus orang meninggal gara-gara kecapekan. Untuk yang terjadi di cerita ini, Mafu meninggal karena berusaha keras memenuhi ekspektasi dan tuntutan fans sampai akhirnya overwork dan lupa diri. Jadi, sebenarnya secara nggak langsung yang ngebunuh Mafu adalah para fansnya sendiri...
...dan para fans itu malah nuduh Soraru yang ngebunuh Mafu. Bangke:v
Pesan moral yang bisa diambil, para entertainer dan konten kreator itu juga manusia. Kalau bisa, jangan suka nuntut macam-macam yang berlebihan sampe harus banget gitu pada yang bersangkutan. Mereka bisa merasa stress dan tertekan. Mereka juga punya kehidupan pribadi. Butuh istirahat dan penghiburan.
Kadang Kafka juga suka gitu ngarep AtR lebih produktif lah, ngarep si ini cover itu, cover anu, bikin ini, bikin itu... Tetapi nggak berani nuntut. Sumpah Kafka takut banget kalo sampe abis Kafka request ini itu si utaitenya jadi overwork sampe collapse, sumpah takut banget. Udah sering Kafka dengar berita utaite ngedrop akibat kelelahan. Soraru aja kalo nggak salah pernah overdosis obat? Hiiih pokoknya jaga kesehatan kalian om-om dan tante-tante kesayangan kita semuaa:"""" kami selalu dukung kerja keras kalian...
Sama... Ini. Author wattpad juga manusia--/digeplak/
Maaf, maaf, becanda becandaaa( TДT) maapin Kafka hwhwhw--
Bonus pict 'pemanis' untuk book ini:)
Yoi. Done. Dah kelar. Book ini cuman oneshoot. Makasih yaa udah mampir dan voment di book ini:D
Sampai ketemu di project Kafka yang laen. See u all. Bubyeee~~
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Betewe, ada yg minat dan butuh asupan MafuSora?:)
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro