Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Young Brother ( Chapter 21)

"Semakin kau menahan tangis, maka kau akan merasa sesak. Maka menangislah, biarlah dunia tahu kesedihanmu. Saat itu tiba, maka dunia yang akan menangisimu. Kehilangan sesuatu yang ternyata baru mereka sadari."

- Chanyeol –

.

.

.

.

(Sehun **** POV)

Aku merasa di dunia mimpi, sejak aku disini aku tak akan menyangka kedatangan kakakku. Aku pikir kalau aku tersesat atau memang Kyungsoo hyung mengajakku di tempat aneh dan indah ini.

"Sehun?"

Aku menoleh, ngomong-ngomong aku menikmati buah apel yang dipetik langsung oleh kakakku. Dan rasanya manis, uhh... aku memang menyukainya.

Saat itulah Chanyeol hyung merangkul bahuku, disini kamu duduk di atas rumput hijau. Duduk di depan air danau yang jernih. Sekilas aku bisa melihat ikan yang berenang di dalamnya, bolehkah aku menangkapnya? Aku ingin memelihara satu kalau boleh.

"Kau terlihat bahagia sekarang, apa ada seseorang yang baik padamu?"

Sebentar dia mengusap rambutku, memberikan sesuatu yang nyaman dan juga meredakan rasa rindu. Jujur, aku sangat merindukan kebersamaan seperti ini.

"Ne... Kyungsoo hyung baik padaku. dia memberiku makanan manis dan lezat, tiap malam selalu membuatkanku susu coklat. rasanya sama lezatnya dengan buatan hyung." aku berceloteh, menggigit gigitan selanjutnya apel merah ditanganku. Rasanya semanis madu dan harum seperti zaitun. Ini sangat enak, dan aku menyukainya.

"Syukurlah, hyung tenang sekarang." Dia mengusap rambutku lagi, mendekatkan jarak rangkulan diantara kami. Aku hanya bisa tersenyum, aku ingin menjadi adik manja hari ini.

"Sehun, apa kau akan menangis jika hyung pergi?"

Aku mendongak ke samping, aku menatap polos Chanyeol hyung yang menatap datar ke arah danau. Bisa kulihat semburat cahaya matahari menerpa wajahnya dan itu terlihat tampan. Uuhhh... ternyata Suho hyung dan Chanyeol hyung sama-sama tampan, lalu apakah aku juga tampan seperti mereka?

"Hyung tidak akan pergi kan?" aku bertanya balik, aku tidak tahu kenapa aku berbicara demikian. Padahal hyung memberikanku pertanyaan dan aku malah bertanya balik. Kata eomma hal itu bukanlah hal baik untuk dilakukan. Tolong maafkan aku yang pelupa ini.

"Ne..." Chanyeol hyung tersenyum, menampilkan lesung pipitnya. Secara tak langsung aku sadar jika hyung semakin kurus. Seingatku dulu Chanyeol hyung memiliki pipi sedikit gembul. Ah, mungkin perasaanku saja.

Aku tetap menikmati makananku.

Sadar aku terlalu menikmati apelku, tiba-tiba Chanyeol hyung berdiri. Sebentar aku melihatnya, dan yang kulihat dia melangkahkan kakinya. Pergi mengabaikanku.

"Chanyeol hyung kemana?" aku berdiri, menepuk kedua pantatku yang kotor akan debu. Aku pun mengabaikan apel ditanganku.

Sadar akan panggilanku, kulihat Chanyeol hyung membalikan badannya. Dari jarak yang lumayan jauh aku bisa melihat dia tersenyum. Tersenyum manis ke arahku, lagi-lagi aku melihat lesung pipit di pipi kurusnya. Seperti ada yang sesak tapi aku tidak tahu, apakah hyung ingin memberiku kejutan. Tapi aku tidak ulang tahun, sebal karena setiap ulang tahun pastilah Chanyeol hyung mengerjaiku hingga aku pernah menangis. lalu apakah dia ingin aku menangis, setelahnya memberiku kue ulang tahun? Atau memang eomma dan appa juga bersembunyi. Ataukah Suho hyung juga disini?

"Chanyeol hyung ikuttt...." aku berlari cepat, menggerakan kakiku dengan langkah kecil. Aku tidak mau membuat ia menunggu lama.

Aku tersenyum, mungkin sangat manis. Sungguh....

Kulihat hyung menungguku dan...

Pluk!

"Eh??"

Aku kaget, merasakan jidatku ditahan oleh ujung telunjuk Chanyeol hyung.

"Kau dan Suho hyung baik-baik ya..."

Tersenyum, lagi-lagi membuatku penasaran.

"Kenapa?" aku bertanya, dengan memiringkan kepalaku ke kanan. Rasanya ada yang aneh.

"Gwenchana, hyung akan pulang sendiri. kau tetap disini.... hyung, menyayangimu Hunie." Aku terdiam, ini sangat aneh dan menyesakkan.

Aku hanya diam, aku tak berani menyusulnya. Saat melihat hyung yang tersenyum dan membalikan badannya. Melangkah kesana... jauh dan jauh....

Tepat dimana disana ada jalan bagai gerbang dengan dua pohon yang tumbuh di kanan dan kiri. Ini aneh... kenapa aku merasa jika hyung akan pergi jauh. Mmmm... aku bingung, apakah aku harus tetap disini atau berlari menyusul hyung. aku.. aku tidak bisa melanggar ucapan hyung untuk tidak mengikutinya.

Tes...

Tes...

"Hyung..."

Apakah aku cengeng, aku menangis tapi tak tahu kenapa.

"Hikkssss... Chan hyung hikkksss..."

Tuh kan aku menangis, aku memang bodoh dan cengeng. Aku malah menangis, rasanya ada yang sakit. Ini sakit....

Sangat sakit...

"Hikkkssss... appo... hikkksssss hati Hunie sakit hikkksssss...."

Aku benci rasa sakit ini, ini sakit saat aku dihina dan diinjak orang sekitar. Aku ingin...

"Hikkksssss..... Chan hyung, hikkksss...."

Aku harus apa?

...................

(Author **** POV)

.

.

"Chanyeol hyung."

Lirihan dari dia, membuat Kyungsoo yang baru saja membuka tirai kamar tersebut menoleh. Diliriknya Sehun yang masih mengatup kelopak matanya, samar-samar ia melihat bekas air mata jatuh dari sudutnya. 'mungkinkah Sehun mengigau?' terlintas dalam benak Kyungsoo untuk mengeceknya. Ia khawatir jika Sehun seperti itu...

"Sehun, selamat pagi?" menyapa, membangun Sehun yang masih terlelap dengan sedikit guncangan pada tubuhnya. Meski tak tega tapi dokter tampan tersebut harus melakukannya, karena bagaimanapun mengigau adalah hal kurang baik.

"Sehun?" berkali-kali Kyungsoo memanggilnya, berkali-kali juga Sehun mendengarnya. Sadar jika dia dipanggil dengan tubuh terguncang membuat namja dengan sikap polosnya itu membuka kelopak matanya.

Satu...

Semburat cahaya matahari menerpa wajah tampannya. membuat silau manik netra hitamnya, refleks tangannya mengucek-ucek kelopak kanannya karena gatal.

Dua...

Dia tidak sendiri, terbangun dalam kamar yang ia tempati beberapa hari ini. suasana yang berbeda jika biasanya dia selalu menggunakan selimut bergambar karakter dan bukannya ranjang dengan warna putih polos namun maskulin.

Tiga...

Bukan Chanyeol, tapi Kyungsoo. Itu membuat Sehun terdiam sebentar, menyadari jika ia merindukan keberadaan namja berlesung pipit tersebut.

"Kyungsoo hyung." manik mata berkaca, tatapan penuh kepolosan dari namja berperilaku bocah. Kesayangan seseorang yang berjuang dalam penyakit mematikan. Si bungsu yang kabur karena sikap ketidaksukaan si sulung. Manusia yang dipandang sebelah mata oleh dunia.

Autisme....

Salah satu penderita dari jutaan manusia di dunia.

"Gwenchana." Dipeluk dengan lembut, mendorong tubuh Sehun dalam dekapannya. dirasakannya nafas namja berusia lebih muda dari pada dia sesak. Sepertinya Sehun memang sedang mengigau. Itu kentara dari sikap yang diketahui Kyungsoo. Mungkin saja, Sehun membutuhkan apa itu ketenangan dan juga alasan. Membuat Kyungsoo yakin jika dia, selalu disamping seseorang yang telah ia anggap sebagai adik. Apapun yang terjadi.

.

.

"Aku tidak ingin." Mendorong pelan piring penuh makanan di atas mejanya. Wajah pucat dengan kelopak mata hitam bagaikan panda. Tak ada nafsu untuk menikmati semangkuk bubur khusus untuk sarapannya. Disampingnya mangkuknya juga ada obat pil yang harus ia minum.

"Kau ingin mati dengan cepat?" ujaran bagaikan kritikan pedas, dimana ucapan itu menjadi sindiran telak bagi adiknya yang keras kepala. Oh, apa sebut saja mantan adiknya.

"Jangan mempedulikanku, kau munafik. Kau tidak peduli dengan Sehun, kenapa kau harus peduli denganku." Chanyeol mendengus, menoleh ke arah tembok lebih baik dari pada bertatap langsung dengan kakaknya yang menyebalkan menurutnya.

"Kau selalu memikirkan idiot itu, apa kau waras? Kau sendiri sekarat! Jangan menolak atau aku akan memaksamu Chan!" Suho mulai mengambil mangkuknya, dengan bujukannya dia meminta Chanyeol membuka mulutnya. Tapi terdengar pedas memang.

"Kita cari Sehun maka aku akan memakannya." Seperti membuat persyaratan, menatap berani ke arah sang kakak yang datar terhadapnya.

"Bagaimana kalau aku menolak?" begitu datar sampai Chanyeol pun tertawa sumbang. Sadar jika kakaknya tak punya hati untuk mempedulikan si bungsu. ia harusnya tahu jika sang kakak adalah keturunan iblis yang laknat. Melihat jika Suho yang dulu telah mati.

"Kau banyak berubah hyung, aku seperti tak mengenalmu." Ungkapan gamblang dari seorang Park Chanyeol. Bukti jika dia muak dengan segala drama ini.

"Aku masih sama, kau yang tak bisa melihatnya." Membela diri, ditatapnya sang adik dengan tatapan dingin. Chanyeol yang tersenyum miring nan meremehkan.

"Benarkah? bukankah pertanyaan itu cocok untukmu? Tak bisa melihat, jika kau adalah monster bagi adikmu." Sindiran halus nan menajam, menyakitkan namun tak ada rasa peka. Membuat hal itu sepertinya sia-sia.

"Makan atau kau akan botak dan mati." Lagi-lagi Suho memaksa, walau dengan cara yang bengis. Membuat Chanyeol tertawa sumbang, oh ayolah dia lelah dengan semua ini. berdebat dan berdebat, ia hanya ingin seperti lainnya. Saudara yang satu susah maupun senang, ia sayang dengan kakaknya, Park Suho. Ia juga sayang dengan Sehun, adiknya. tapi kenapa? Tuhan seperti memberikan ujian padanya sebelum ajal menjemput. Apakah ia akan mendapatkan ijazah nilai ujian hidup di akhirat?

"Bukankah aku sudah parah? Aku tahu aku akan mengalami rontok, buta atau lumpuh. Kau tahu, sakit ini tak akan bisa membuatku menyerah menyayangi adikku. Apakah kau berpikir jika suatu hari nanti kau akan membutuhkan kami. Kau tidak sendiri di dunia ini hyung." terpendam dalam jelas, emosi. Menahannya dengan kuat bagaikan ruang besi yang terkunci.

"Kau sakit dan kau semakin menceramahiku. Pikirkan keadaanmu yang diambang kematian. Eomma dan appa mengkhawatirkanmu bodoh!" Suho mencengkram sendok ditangannya, urung sudah niatnya untuk menyuap sang adik. Dalam pikirannya sepertinya ia salah mempedulikan Chanyeol saat ini.

"Karena itulah, sebelum aku mati. Setidaknya aku menyadarkan hyungku yang bodoh ini." Chanyeol menatap datar sang kakak, sesekali dia menahan kelopaknya yang sedikit berkaca. Entah apa yang ia rasakan, ada perasaan kecewa, sedih yang menjadi satu.

Terlalu bingung dengan sikap sang kakak, yang nyatanya semakin bengis di depan matanya.

Akankah Chanyeol sanggup meninggalkan dunia jika keadaan seperti ini? kini, Chanyeol berpikir jika Sehun tak bisa dibiarkan hidup bersama orang seperti namja di depannya. jika bisa dia ingin Tuhan memberikan kesempatan untuk hidup lama, agar ia bisa menjaga sang adik. Melindunginya dan menyadarkan dari orang yang memandang Sehun sebelah mata. Setidaknya Chanyeol bisa melihat senyum sang adik, kebahagiaan juga pandangan orang terhadapnya. Ia hanya ingin, keberadaan Sehun digadang sebagai kebahagiaan dan bukannya rasa malu yang menyakitkan. Sudah cukup Chanyeol menyaksikan penderitaan si bungsu selama hidupnya, sudah cukup....

"Makanlah!" lagi-lagi Suho tak pergi, membuat Chanyeol sedikit terkejut dengan sikap kekeh sang kakak yang kini memperhatikan keadaanya.

Ya, Suho yang baik saat dia sekarat. Berbeda jika dia sehat wal afiat. Tentu saja, itu membuat kekecewaan yang ia rasakan meski sedikit.

"Aku makan untuk dongsaeng , eomma, appa. Dan bukan karenamu, aku ingin waktu lebih lama di dunia ini. ketika aku berhasil membuka hati batumu, aku bisa tidur dengan tenang dan damai. Menjadi abu yang lebur dalam air sungai, tanpa rasa bersalah pada Tuhan karena membiarkan saudaraku memiliki sifat iblis sepertimu."

Terdiam...

Tak ada respon dari Suho setelahnya.

Ucapan Chanyeol bukanlah main-main, itu terasa oleh Suho seorang. Berpikir jika adiknya bodoh mengatakan hal seperti itu, dalam benaknya ia berpikir. Seperti inikah Chanyeol sesungguhnya? Adik yang ia banggakan namun terlalu bodoh dengan sikap simpati dan peduli pada bungsu yang tak teranggap baginya.

Baginya Chanyeol menyia-nyiakan waktu hanya untuk memikirkan keadaan idiot yang tak berguna. Entahlah... hanya saja, Suho pikir jika mungkin ia salah memiliki adik seperti adik idiotnya. Bisakah ia mendapatkan lebih baik?

"Simpan kata-katamu setelah kau benar-benar akan mati. Makanlah dan minum obatmu, atau kau akan merepotkan semua orang dengan rontaanmu seperti kemarin."

Setelah sukses memberikan sindiran yang menyakitkan, anak pertama dari keluarga bermarga Park itu langsung berdiri. Meninggalkan Chanyeol yang terduduk diam, memandang sarapan yang mulai mendingin itu. Suho benar-benar membuang rasa simpatinya kali ini. terlalu lelah berdebat kecil dengan sang adik yang tak mengerti jalan pikirannya. Baginya, semua sama saja....

Sama-sama bodoh!

Diam...

Diam...

Diam...

Tak ada pergerakan yang dilakukan oleh namja berlesung pipit tersebut. sadar akan suatu hal, membuat sesuatu di dalam dadanya berdenyut sangat sakit. Sesuatu yang...

Tes...

Tes...

Tes...

Membuat ia menangis.

Perlahan telapak tangan itu terangkat, dengan kedua mata yang memejam setelahnya. Meloloskan kedua air mata secara bersamaan. ini terasa sakit dan terasa menyesakkan secara bersamaan. membuat ekspresi sednu kian terasa. Apalagi, wajah pucat Chanyeol menjadi awal menyedihkan untuk dibayangkan dan dilihat.

Seperti tertimpa sesuatu....

Hancur melebur menjadi satu....

Kehilangan semangat yang tersembunyi dan diharapkan...

Kata-kata bagaikan pisau tajam, atau cambukan yang mengiris. Ini adalah....

Kekecewaan terberat olehnya....

Ya, ini menyakitkan.... bagi dia yang sekarat.

"Jika aku tiba di akhir, apakah kau akan menangis? Suho hyung, dongsaengku Sehun?"

Kali ini biarkan seorang Park Chanyeol menangis, melegakan hati dan kekhawatirannya. Biarkan dia lega... selama dia masih bernafas di dunia dan jantung berdetak memompa darah.

..................

.

.

Cuaca yang cerah, dan waktu semakin siang. Ditambah hari libur yang cocok untuk menghabiskan bersama keluarga, saudara atau teman. Sekedar refreshing setelah stress dengan tumpukan pekerjaan yang membuat pening kepala. Membuang semua itu dengan melihat suasana baru juga...

Berjalan-jalan di sekitar.

"Bagaimana menurutmu?" tanya Kyungsoo, tak lupa mengulas senyum ramahnya.

Berdiri disini, di depan sebuah toko pakaian. Tempat dimana dia keluar setelahnya, menatap seorang namja dengan pakaian yang terlihat cocok dan gagah menurutnya. Sebuah kado untuk Sehun yang telah ia anggap sebagai adik kandungnya.

"Apa Hunie, terlihat jelek memakainya?"

Menundukan kepala, dengan memainkan ujung pakaiannya. Dia terlalu menampilkan tampilan barunya, bisa dibayangkan bagaimana rambutnya yang dipotong sedikit. Dengan disisir rapi bagian belakang, namun di bagian depan diberi style gaya rambut layaknya boyband. Terlebih gaya tersebut sangat cocok bagi namja penyuka anak ayam tersebut.

Oh jangan lupa bagaimana Sehun yang memakai kemeja coklat dengan celana jeans yang terlihat longgar. Kaki yang dulunya hanya memakai sandal kamar terbalut dengan sepatu kat yang bersih dan terlihat kinclong ketika dipakai olehnya. juga parfum yang menimbulkan bau maskulin untuk dia. Membuat Sehun tampil beda dari biasanya.

"Kau terlihat sangat pantas memakainya. Percaya dirilah Hunie, hyung tak menyangka jika kau sangat berbeda. bagaimana kalau kita jadikan ini sebuah moment. Chaa... berdirilah disini hyung akan memfotomu." Kyungsoo yang begitu semangat, segera mengambil ponselnya. Mengarahkan kamera 32 MP itu di depan Sehun yang seketika kaget sekaligus malu.

"ak-aku tidak mau... Hunie tidak mau di foto." Sehun yang merasa malu luar biasa, menahan tangan Kyungsoo. Dia merengek tidak mau seperti anak kecil, apalagi dia mengatakannya dengan nada cicitan. Tentu saja itu membuat beberapa pusat perhatian tertuju pada mereka.

Walau begitu Kyungsoo masa bodoh dengan sekitar, ia juga yakin jika Sehun tak sadar akan tatapan aneh orang-orang sekitar terhadapnya. Kyungsoo merasa kasihan jika orang-orang seperti itu pada Sehun. Makanya, Kyungsoo sengaja mengubah tampilan Sehun. Ia ingin orang-orang bisa melihat namja yang merengek padanya itu terlihat normal, tanpa ada tatapan merendahkan atau cibiran menyakitkan dari orang sekitar. Kyungsoo ingin hari-hari Sehun dijalani dengan mudah.

Bukankah itu niat baik dari dokter sepertinya?

"Hunie harus percaya diri, ayolah... jangan malu. Kau tinggal berdiri disana, bergayalah hyung akan membantumu dan menjepretmu , oke..."

Kyungsoo segera melangkah dia memberikan jarak antara dirinya dengan Sehun, tangannya sudah siap dengan kamera ponsel di tangannya. bahkan ia mengulas senyum penuh semangat agar Sehun yang berdiri disana mendapatkan kepercayaan diri yang tinggi.

"Kau terlihat bagus Hunie. Cobalah kau tersenyum dan bergaya apapun itu." instruksi Kyungsoo, ia seperti mendapat moment yang pas. Walau Sehun menampilkan wajah malu sekaligus bingungnya. Ia yakin jika Sehun benar-benar serba salah disana, tapi tak apa.... ia yakin jika Sehun bisa melakukannya. Dan itu hal mudah untuk dilakukan, apa lagi kalau bukan berpose.

"Kyungsoo hyung..." Sehun merengek, jujur ia tidak ingin difoto. Ia terlalu pemalu dan juga tingkat percaya dirinya sangatlah rendah. Jika bukan karena permintaan Kyungsoo, Sehun pasti akan menolaknya. Hanya saja, Kyungsoo terlalu baik dan Sehun tidak bisa menolaknya. Karena itulah, Sehun disini... menurut pada permintaan Kyungsoo untuk berpose saat difoto.

Rasanya Sehun ingin tenggelam dalam selimut mario bross kesayangannya.

Kyungsoo yang menangkap moment Sehun yang malu dan terlihat terpaksa namun sesuai dengan perkiraannya, dan Sehun yang mencoba membuat namja yang sibuk mengambil gambarnya senang. oh... ini seperti balas budi Sehun untuk Kyungsoo yang sudah menolongnya.

Berpikir demikian?

Membuat tak sadar jika....

"Idiot."

Ada seseorang yang membenci dia.

Dia yang menampilkan senyum di depan kamera Kyungsoo.

Dengan marga yang sama, juga status sebagai adiknya.

Tanpa sadar, tangannya meremat botol plastik air mineralnya kuat. hingga, terlihat sedikit kusut dan berantakan.

Park Suho....

Dia melihat Sehun, dari kejauhan.

............................

Tbc...

Berjumpa lagi dengan saya. Semoga kalian suka dengan chapter ini dan tak bosan dengan cerita yang kadang mengandung typo haqiqi. Aku harap kalian terhibur dengan jalan cerita ini

Hehehe...

Maaf kalau updete lama, harap dimaklum. Saya sekarang sudah bekerja, otomatis waktu buat ngetik berkurang ditambah laptop dipakai dan aku kasihan jika laptop tidak diistirahatkan takutnya rusak dan gak bisa dipakai. Kalau begitu nanti author hiatus beneran karena laptop rusak ehe.

Disini author berharap jika ff ini bisa menjadi inspirasi buat siapapun dan menjadikan pelajaran sesungguhnya, astatang bahasaku :v

Sekian dari saya, jangan lupa vommentnya dan injak bintangnya.

Salam bahagia untuk kalian semua...

Gomawo and saranghae...

#el

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro