Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

You Don't Have to Go (37)

"Jika kau pergi apa yang akan aku lakukan, masih belum terbiasa dengan namanya kehilangan."

(Author **** POV)

Setiap kesalahan mungkin ada batasnya, begitu juga dengan sebuah kesabaran juga ada titik lelahnya. Dia yang melahirkan kini seakan tidak terima jika buah cintanya menjadi seperti sekarang. Jika banyak anak yang masih membutuhkan orang tua dan saudara tapi di depannya seakan enggan. Tidak mau dan kerepotan, sebenarnya apa yang terjadi dengan anaknya. Hingga dia tidak bisa melihat ataupun mengenal akan sosoknya.

Dia bangun dengan sedikit malas meskipun dia mempunyai kewajiban untuk mengurus rumah di pagi hari hingga selesai. Lalu berangkat ke rumah sakit guna menjaga sang anak yang tengah sakit. Sarapan kali ini hanya roti panggang dengan telur mata sapi setengah matang, tanpa susu dan hanya air putih saja. Wanita ini tidak berselera untuk makan dia hanya bisa mencuci piring dan menaruhnya dalam rak dengan kasar.

Bunyi benturan antara keramik dengan besi membuat Suho sang anak mendengarnya dan menoleh kesana. Dia melihat sang ibu tidak menyahut sama sekali ketika dia bertanya. Dia lupa ucapan apa yang membuat wanita cantik si nyonya besar ini diam bungkam.

"Berangkat sendiri, jangan pakai mobil. Eomma akan ke rumah sakit, dan kau bisa pakai uang jajan mu kemarin karena eomma tidak akan beri kau uang." Wajah dingin dengan beherapa piring lagi tersisa. Air menetes di siku tangannya tak peduli apa itu. Hanya saja semakin banyak sampah menumpuk, semakin banyak pekerjaannya. Meskipun dia jengkel dia tetap menyembunyikan perasaannya karena tidak ingin bicara dan hal itu menjadi doa yang jelek.

Suho terdiam, dia sendiri seakan tak mengatakan jawaban untuk sindiran ibunya. Dia hanya mengambil satu kaleng soda dan menguknya hingga rasa dingin mengenai kerongkongannya. Mengabaikan sarapan buatan sang ibu begitu saja, dia juga tak peduli bagaimana susah payahnya wanita disana membuat. Sang ibu seperti seorang pembantu jika dilihat, karena dia tidak mendapatkan kepuasan.

Ibunya mendesah lelah akankah dia bisa menyadari anaknya, kenyataannya Suho tidak memikirkan ucapannya mengenai apa yang tidak boleh di lakukan dan apa yang boleh di lakukan. "Apakah kau akan pulang malam lagi, serta mabuk. Kapan kau akan bertemu dengan Chanyeol. Cari Sehun karena kau juga harus bertanggung jawab." Ibunya melirik tajam dia juga tak akan peduli jika sang anak akan melakukan penimpalan. Sang anak pertama terdiam dengan langkah kaki yang tak dia gerakan, langkah untuk keluar itu berhenti begitu saja. Meski dia tahu bahwa semua itu akan sia-sia ibunya seakan tidak peduli dan malah membawa nama idiot yang dia anggap bukan adiknya lagi.

"Aku tidak ingin berdebat dengan ibu." Nadanya terlihat jengkel, Suho membuang asal kaleng soda di tangannya dia juga tidak bisa diajak kompromi. Berfikir bahwa tugas kuliahnya lebih penting ketimbang lainnya. Rasa tidak setujunya semakin besar ketika ibunya bergerak cepat dan menahan dia keluar dengan pintu dia tutup.

"Cari Sehun jika kau ingin aku anggap anak Suho!" Tatapan tajam itu ada dan guratan kecewa itu nyata. Tak ada yang mengatakan hal lebih serius seperti ini sejak Suho kecil. Ibunya mengatakan hal tak menyenangkan untuk dirinya juga kehidupannya, seakan wanita yang melahirkannya sudah siap untuk membuangnya. Apakah ibunya memang pilih kasih?

"Eomma pilih kasih, apakah eomma tahu aku tidak menyukai idiot itu. Harusnya eomma tahu bahwa aku-"

"Jaga cara bicaramu nak, Sehun adalah anakmu, sampai kapanpun dia tetap anakku! Dia adalah adikmu juga adik Chanyeol." Ibunya sangat jengkel hingga dia membanting kaleng soda bekas anaknya di salah satu dinding rumahnya. Tak ada cara untuk melampiaskan kekesalannya selain dengan begini. Lalu pada akhirnya sang ibu akan marah dan menjatuhkan air mata, jika saja Chanyeol disini mungkin akan beda ceritanya. Karena biasanya dia yang akan mengajari kakaknya untuk bisa menghargai orang lain.

"Aku tahu tapi aku tidak peduli, apakah aku harus mengulanginya eomma. Jika eomma ingin cari Sehun cari saja, aku tidak peduli. Karena ada tidak nya itu bulan urusanku."

Suho mencoba mencapai kenop pintu itu dia merasa jika waktunya sudah tersita. Bukan urusannya jika bungsu hilang dan bukan urusannya jika dia harus mencari. Itu pun jika dia mau, karena dia tidak akan mau melakukannya. "Sehun bukan adikku, dia bukan keluargaku. Untuk apa aku harus menerimanya. Aku yakin dia hanya kesalahan, karena adikku adalah orang normal bukan seperti itu." Ada cacian tak langsung untuk adiknya, apakah ini adalah keberuntungan bagi Sehun sendiri karena dia tidak mendengar ucapan pedas kakaknya.

Siapa sangka jika Suho akan berkata seperti itu. Apakah ibunya akan diam? Tentu saja tidak, dia langsung menampar hingga pipi itu merah dia lakukan lagi karena dia sudah tidak tahan dengan sikap putranya. "Aku tidak akan memaafkan mu, kau keterlaluan nak. Harusnya kau tidak mengabaikan kewajiban mu, apakah kau masih pantas di sebut kakak. Kurasa tidak karena eomma tidak akan menganggap mu sebagai anak."

Tes....

Tes....

Air mata itu jatuh, bagaimana tidak air asin itu datang tanpa di minta hingga kelopaknya bengkak. Bukan hanya itu saja dia juga harus menahan segala sesak semakin bertambah besar. "Aku rasa anakku memang hanya dua orang, Chanyeol dan Sehun mereka anakku. Seharusnya aku sadar bahwa kau yang bukan anakku, bukan Sehun." Dalam setiap ucapannya dia mengatakan sebuah keseriusan. Dalam ucapannya dia mengatakan bahwa tidak akan ada kebohongan.

Tak bohong jika dia harus mengatakannya, dia akan mengatakannya pada dunia sekalipun. Karena kenyataannya, ketika hati seorang ibu sudah kecewa maka tidak akan ada ampun lagi."

"Eomma akan menyesal." Sudah ada ucapan seperti itu dengan nada lirih, membuat wanita yang berstatus sebagai ibunya menatap tercengang ke depan. "Apa yang aku dengar tadi? Kau mengancam eomma? Apa kau sudah tidak menghormati eomma iya..." Ungkapan seorang ibu dengan air mata kecewanya. Akankah dia bisa melihat bahwa putranya bukan anak kesayangannya lagi. Kenapa sikap Suho seperti ini padahal dulu dia suka mendapatkan perlakuan manja.

"Eomma tidak bisa mengaturku, aku punya keputusan sendiri. Kenapa aku harus mengikuti perintah eomma. Aku sudah bilang jika Sehun bukan adikku. Apa eomma pikir aku tidak tahu." Suho masih kekeh dengan ucapannya, dia merasa yakin bahwa adiknya bukan sekarang. Dia bahkan mengatakan penolakan jika Sehun selalu minta untuk mendapatkan kasih sayang.

"SEHUN ITU ADIKMU, KENAPA KAU TIDAK PERCAYA PADA IBUMU. APAKAH KARENA KAU MALU, DIA ADIK DI RUMAH INI. BAHKAN CHANYEOL BISA MENERIMANYA KENAPA KAU TIDAK?!"

Itu sudah bukan teriakan tapi itu adalah ucapan lantang. Dimana kedua mata itu semakin menajam melihat anaknya. Dia tidak menyesal jika dia harus menampar lagi pipinya.

"Karena aku malu memiliki adik idiot! Aku malu dengan orang-orang, dia tidak sempurna bahkan tingkahnya melebihi manusia normal. Apakah aku harus menerima kekurangannya, ya... Chanyeol bisa karena dia begitu bodoh untuk menyayangi IDIOT ITU EOMMA!"

PLAAKKK!!

"Dasar anak tidak tahu diri! Kenapa aku bisa melahirkan anak seperti dirimu! Apakah kau tidak sadar bahwa ucapanmu menyakiti eomma huh!"

"Eomma menamparku, apa eomma akan membunuhku dengan tamparanmu iya!" Ada balasan dari sang anak akan tetapi kali ini dia mengatakannya menggunakan nada jauh dari kata sopan santun.

"Jika memang bisa mengajarkanmu dan membuat mu sadar aku rela menampar anakku hingga merah dan berdarah, kau pantas mendapatkannya. Bukan Sehun yang selalu kau rendahkan!" Ibunya menangis tapi amarahnya tak turun dia juga menepuk dadanya yang sesak seakan mempertegas di depan sang anak bahwa dia akan menjadi sakit karena sikapnya.

Sayangnya anaknya dianggap bodoh dan tidak peka, dia mati rasa akan simpati dan hati. Egois!

"Aku yakin eomma sudah buta dan memihak pada anak sialan." Cara bicaranya sudah sangat mengerikan, ibunya bahkan semakin jijik saja. Akankah suaminya juga akan ikut murka jika mendengar cara bicara anaknya. Bahkan jika dia ada, pasti suaminya akan lebih memberikan konsekuensi keras pada si sulung.

Alasan dia begitu menyayangi Chanyeol dan Sehun karena keduanya sama-sama membut dia bahagia dan memberikan ketenangan. Bukannya perselisihan dengan beda pendapat, seperti tak ada darah diantara mereka. Suho juga enggan mengerti lalu bagaimana dia akan tahu bahwa dia baru saja menolak sesuatu berharga.

Dia tidak bisa melihat dan menerima Sehun dari sudut pandang Chanyeol juga lainnya. Dia hanya tahu bahwa Sehun itu manusia bodoh yang tak akan pernah dewasa.

Lalu, siapa yang gila sebenarnya?

Apakah ini kesalahannya hingga gagal menjadi seorang ibu, tak bisa mendidik putra pertamanya dan malah membuat dirinya menjadi ibu yang semakin jahat dengan membuang Suho dari marga keluarga. Rasanya ini bukan seperti dirinya dia seharusnya bisa menjaga ketiga anaknya agar tetap dalam batas kerukunan. Tapi kenyataannya dia gagal membuat Suho sadar hingga dia mendapatkan tekanan dari dorongan sang anak yang sengaja.

"Sampai kapanpun aku tidak akan mau, aku tidak menyesal eomma!"

"Park Suho kau tidak mendengarkan ku! Dengarkan aku Suho eomma marah padamu, cari adikmu atau kau tidak boleh pulang kesini."

Suara ibunya sedikit serak dengan tubuhnya yang jatuh hingga menyentuh lantai dengan kedua kaki bertekuk lemah. Ibunya menangis dengan rambut berantakan walau diikat, hatinya hancur lebur seperti sebuah kayu yang di bakar hingga habis. Ada yang kelabu dan itu bukan awan melainkan, dia kecewa dengan sikap sang anak. Tak ada respon dari si pemilik punggung yang menjauh, anaknya sudah jauh dari jangkauannya. Tidak tahu menahu bahwa suaranya masuk ke dua telinganya, ibu mana yang akan sanggup jika melihat kegagalan pada dirinya sendiri.

Mana kala langit kelabu, sedikit rintik hujan. Berharap bahwa Tuhan melakukan satu cara agar putranya sadar. Di bawah langit dia berharap, di atas bumi ini tanah mau membantunya. Apakah dia salah jika berharap anaknya akan sadar, kenyataannya Suho seakan menepis semua kebenaran mengenai dirinya dan juga keluarganya.

Dia selalu menolak apapun yang dia terima bahkan sejak kecil dia tidak pernah begitu hanya saat remaja lah Suho seperti menolak takdir. Sehun selalu ingin perhatian dari keluarganya begitu juga butuh perhatian si sulung, seakan dia tak mendapatkan kesempatan membuat Sehun meringkuk takut dan memilih Chanyeol sebagai tumpuan.

Tapi dalam keadaan seperti ini Chanyeol juga belum di katakan baik, ada harapan bahwa jika Suho tidak membenci adiknya maka Sehun akan mempunyai semangat. Mendadak pikirannya menjadi ingat akan permintaan Chanyeol, sang anak kedua meminta agar anak tertua itu tidak melakukan hal lebih ketika dia sudah tidak ada di dunia.

Kedua tangan sang ibu menyentuh tanah dengan rumput yang berembun, dengan kedua tangannya dia merasakan bagaimana kasarnya tanah menyaksikan dia menangis. Hanya Chanyeol yang bisa membuat dia bertahan untuk menasihati anaknya, juga naluri sang ibu berusaha mendobrak agar anaknya mencapai sebuah kebenaran.

Sayangnya, semua itu tak semudah dia duga.

(Flashback **** ON)

Saat itu adalah hari dimana semua orang terpukul, dimana ketika Sehun menginjak usia tiga tahun. Semua tercengang dengan apa yang dokter Lu katakan mengenai anaknya. Si bungsu jatuh pingsan dengan kepala membentur batu ketika dia bermain sepeda. Itu adalah kecelakaan kecil yang membuat rasa panik antara kedua kakaknya juga orang tuanya.

Sehun kecil tidur dengan pulas di pangkuan sang ibu, dengan tatapan kedua orang tuanya yang menatap iba. Juga Chanyeol yang mengusap lembut kepala adiknya. Tapi kurang satu orang untuk pertama kalinya tak ada disini. Dia yang selalu mengalami ketakutan dan kekhawatiran begitu besar bila si bungsu terluka.

Tapi untuk sekarang dia seakan menghilang tak menampakkan batang hidungnya. Yang ketiganya tahu adalah Park Suho kesal dan membanting pintu kamar setelah tahu kebenaran mengenai adiknya. Tak ada sahutan sama sekali ketika ayahnya memanggil namanya begitu Suho sengaja melakukannya.

Diam membisu dan menganggap seolah di luar kamarnya adalah orang asing.

"Suho buka kamarmu nak, apa kau marah dengan kebenaran? Bukankah kau peduli dengan adikmu. Jangan lakukan hal seperti ini, keluarlah nanti Sehun mencari mu." Ayahnya mengetuk pintu itu dengan risau, wajahnya menjadi takut ketika dia tak melihat bahwa kenop pintu akan di buka. Jika dia paksa anaknya akan semakin marah tapi di satu sisi, semua juga khawatir.

Sang suami menatap istrinya, menggeleng perlahan sebagai tanda bahwa dia tidak bisa membujuk anak pertama untuk mau keluar dari kamar nya.

"Mungkin Suho butuh waktu sendiri, ini terlalu berat bagi remaja seperti dirinya. Kalau dia sudah baikan dia pasti akan keluar." Ucap nyonya Park dengan memperhatikan Sehun kecil nampak damai dalam tidurnya. Sangat disayangkan anak tampannya harus menerima sakit.

Kekurangan dari kelemahan otaknya. Sebutan bagi mereka yang suka mengatakan cacat mental. Tapi tidak bagi mereka Sehun adalah keluarga juga anak istimewa. Siapapun pasti akan sangat bangga dengan kelahiran nya begitu pula dengan mereka yang sepuluh tahun menikah. Tiga anak adalah sebuah tanda bahwa Tuhan percaya pada keduanya untuk memberikan mereka seorang anak.

Beberapa detik aura canggung itu ada. Hanya Chanyeol yang mencoba untuk menahan perasaannya mengenai tanggapan sang kakak dengan menyibukkan diri bermain di pipi adiknya. Hanya saja dia tidak suka dengan suasana seperti ini.

Semua campur aduk karena mendapatkan kabar begitu beruntun. Beruntung Chanyeol mampu menghangatkan suasana serta tak membuat rasa canggung ketika dia ada disini. Rasa sayang begitu besar dengan tangan masih mengusap puncak kepala adiknya. "Sehun jangan tidur terus ya, Hyung tidak mau melihat Sehun sakit. Ayo bangun nanti aku buatkan susu coklat kesukaanmu." Bisiknya dengan lembut, melihat bagaimana bocah tampan itu menampakkan senyum manis hanya untuk adiknya.

Chanyeol bahkan mencium kedua pipi adiknya dan membelai agar adiknya merasa nyaman. Bukan hal mudah memang tapi rasa sayangnya mengalahkan kenyataan dan ketidak terimaan mengenai adiknya. Chanyeol tahu bahwa adiknya mendapatkan diagnosa tidak normal. Chanyeol tahu kalau semua ini akan terjadi karena dia bisa melihat bahwa Sehun memiliki perbedaan dari lainnya.

Jika pada awalnya sebelum orang tuanya mendapatkan kabar bahwa Sehun hanya mengalami perlambatan otak kini dia harus mendapatkan kenyataan bahwa adiknya menderita autisme. Membuat sang kakak tertua di dalam rumah ini tak peduli secara mendadak.

Semua ini memang seperti sudah diatur dan pada kenyataannya mindset Suho sudah sejak awal mengurangi perhatian juga kasih sayang pada Sehun kecil sejak dia berusia beberapa bulan ketika dokter sudah mengatakan hal berat pada pihaknya.

"Apakah kau tidak malu dengan adikmu sayang?" Ibunya nampak ragu mengatakan hal ini akan tetapi sebagai seorang wanita dia juga butuh kepastian dari putranya sendiri. Dia harap bahwa Chanyeol berbeda dengan kakaknya. Dia bisa melihat bagaimana senyum manis anak kedunya terulas dan memeluk Sehun dalam rengkuhan tidurnya.

"Eomma jangan katakan itu, kenapa aku harus membencinya. Bahkan aku sudah menggendong dan mengajak dia ke sekolahku ketika ujian. Aku menyayangi nya dan aku tidak mau dia pergi eomma. Kalau eomma membuang Sehun buang aku juga." Kedua mata Chanyeol berkaca, dia seperti ingin mengatakan bahwa Sehun adalah adiknya dan dia berhak mendapatkan kebahagiaan. Di dalam ruang lingkup kecil Chanyeol bisa melihat bahwa adiknya spesial seperti namanya.

"Aku paham, lalu apa kau akan menjaganya sayang. Jika Sehun besar mungkin dia akan sama seperti anak-anak. Jika kau bersekolah mungkin Sehun akan belajar di rumah tidak seperti lainnya. Dia akan selalu manja padamu sampai kau dewasa, apa tidak apa sayang?"

Pertanyaan begitu banyak dari sang ibu, berharap bahwa putranya akan memberi kepuasan dalam setiap jawabannya. Dia melihat Chanyeol tersenyum tanpa ragu dan semakin memeluk erat tubuh adiknya. Tubuh mudanya dan pemikiran remajanya jauh lebih dewasa ketimbang anak paling tuanya. Jika dilihat Chanyeol dan si bungsu akan menjadi saudara yang kompak.

"Aku tahu kau menyayangi adikmu, ibu senang kau bisa menerima adikmu." Ibunya mengusap air mata dia juga menangis saat mengingat kejadian dimana dia bangun setelah sadar dari kecelakaan. Ditambah lagi dia mendengar dari teman sekelas Chanyeol karena anaknya tidak bisa ikut ujian karena membawa Sehun dengan terpaksa. Apalagi anaknya paling tua tidak mau diajak kerjasama.

Semua itu dia sesali seumur hidupnya, kenapa anaknya harus mendapatkan cobaan seperti itu. Ini terlalu berat dalam usia mereka, apalagi Sehun seakan tak mendapatkan kesempatan.

"Eomma jangan khawatir aku yakin Suho Hyung akan menerima Sehun. Aku akan menjaganya jika ada yang mengganggu adikku. Aku akan menjaganya sampai aku bisa melihat Sehun bahagia. Eomma ijinkan aku jadi super Hero untuk adikku."

Chanyeol berceloteh riang akan tetapi kedua matanya masih terpejam seperti mengantuk. Tak apa jika pada akhirnya hanya dia sendiri yang menjaga adik. Karena dia yakin bahwa Sehun memiliki sesuatu yang tak dia miliki maupun orang lain.

"Chan, kau sangat baik nak." Ibunya mengusap sayang remaja itu dia juga mengecup kening Chanyeol dengan sayang. Ada air mata jatuh hingga mengenai pipi anak keduanya. Tahu ibunya menangis membuat Chanyeol bangkit dari berbaring. Menghampiri sang ibu dan memeluknya.

"Eomma jangan menangis, aku tidak suka. Lihat appa dia tidak menangis."

Entah kenapa ketika bibir sang anak kedua yang berbicara nampak sangat manis. Apalagi pria yang menjadi ayah tiga anak ini buru-buru mengusap air matanya ketika tahu bahwa putra keduanya seakan memberikan maksut.  Keduanya bangga akan Chanyeol dia tidak seperti anak lainnya, justru jiwa sosialnya lebih tinggi ketimbang satunya.bla membuat orang tuanya semakin tenggelam dalam tangis. Padahal dia juga hendak menangis juga karena kedua mata bulatnya. Apalagi kalau adiknya bangun dan melihat dia menangis pasti adiknya akan menangis pula.

Hanya Suho tak sepaham disini, dia hanya bisa melihat dari balik pintunya yang terbuka sedikit. Sangat bodoh memang mengabaikan keluarganya memilih menyalahkan Tuhan. Wajar kalau banyak yang tak sepaham dengannya.

Dalam gerakan pelannya Sehun mengucek kedua matanya, pergerakan itu gak disadari. Bahkan mereka yang terjebak pilu tidak tahu kalau ada dua mata melihat.

"Kalian..." Gumamnya dengan tatapan lemas tapi bingung, dia belum bisa bergerak karena lemas. Untuk pertama kalinya dia melihat orang tua juga kakaknya Chanyeol memeluk dan saling menangis. Tapi ketika mata itu tak sengaja bergerak dan melihat tatapan kakak tertua tajam ke arahnya.

"Dasar sialan!"

Berharap bahwa dia hanya salah mendengar kakak tertuanya menyebutnya begitu. Karena dia menyayangi kakaknya jadi Sehun hanya menganggap bahwa apa yang dikatakan kakaknya adalah....

Kebetulan.

(Flashback ***** OFF)

Sehun tidak tahu kenapa mendadak dia menangis. Saat dia baru saja menikmati sarapannya. Roti dengan susu cokelat dan itu adalah makanan yang sudah dia anggap bosan karena tiap hari dia memakannya. Biasanya dia akan mendapatkan varian makanan yang membuat dia tidak mudah bosan. Seperti yang biasa dilakukan Chanyeol ketika dia menyiapkan sarapan atau ibunya sering berikan.

Hanya menatap malas tanpa mau memasukkan makanan ke mulut, tentu saja membuat Kyungsoo menarik sebelah alisnya keheranan. Tidak bisanya Sehun begini, apakah makanannya tidak enak itu yang dipikirkan sekarang. Kyungsoo akhirnya memutuskan untuk bertanya pada namja muda itu.

"Kenapa kau tidak makan, apakah kurang enak?"

Sehun kaget saat dia tahu bahwa Kyungsoo menatapnya sedari tadi. Tubuh itu langsung meringsut dengan bahu yang turun. Bibirnya mengerucut manis seolah dia mengatakan bahwa dia takut kena marah. "anu... Kyung Hyung, aku... Emmmm..." Kedua manik mata itu menatap bingung seakan bermain dan mencoba mencari asal tidak bertatap langsung dengan sang kakak.

"Jangan takut aku tidak akan marah." Kyungsoo mengatakan itu dengan tenang agar tidak ada yang takut. "Maaf Hyung, aku tidak suka makan ini. Aku bosan.." ucapnya dengan kedua tangan saling memainkan satu sama lain. Sehun nampak takut jika dia kena marah. Hingga kuku jarinya memutih karena gemetar, siapa sangka bahwa namja muda ini semakin kuat menggigit bibir bawahnya. Seakan hatinya terguncang dari waktu ke waktu.

Kyungsoo tak ingin melihat hal seperti ini lebih lama, dia bahkan menarik piring yanh dihidangkan di depan Sehun dan mengambil ponselnya." Apa kau mau pizza atau jjangmyeon? " Dua bola mata seakan melakukan penuntutan dimana Kyungsoo yang akan membuat hidangan itu dengan cara memesan delivery.

Sehun melihat bahwa ada tatapan seperti jengkel akan sesuatu, dia dengan perlahan menggelengkan kepalanya. Dia juga heran kenapa hatinya tidak tenang seiring jam berdetak menambah waktu. Sehun seperti mempuntai firasat buruk jika dia mencoba mengabaikan hal seperti, bagaimana keadaan Chanyeol saat ini.

Susah bertanya pada dirinya sendiri dia juga tidak tahu apa jawabannya. Hanya atensi Kyungsoo yang melihat gerakan itu semua. "Aku akan memberikanmu makanan yang kau suka. Apa kau mau makan pudding dan ayam pedas?" Kyungsoo masih memegang ponselnya dia mengetik digit nomor.

"Aku tidak suka pedas, aku tidak mau makan." Sehun menarik nafasnya dia antara takut dan tegang. Semua itu adalah perasaan ratunya akan sesuatu, tapi apa daya dia hanya menumpang disini. Sedikit sebal dalam hatinya karena dia malah takut untuk pulang padahal dia punya rumah. "Kenapa, apa kau sudah kenyang. Padahal kau hanya makan buah apel." Cukup manis bagi seorang kakak untuk tersenyum. Tapi secara harfiah Sehun tidak nyaman.

Perlahan ragu itu dia buang, mungkin ini saatnya bagi Sehun untuk merengek. Dia harus melakukannya agar tidak terlalu lama meninggalkan yang ada. Seseorang masih peduli dan dia tahu hal itu, apalagi dia juga merindukan kakaknya Suho meski dia sendiri juga takut padanya.

"Kyung Hyung, aku ingin pulang kapan aku bisa pulang. Aku rindu kedua kakak." Mencicit lirih akan tetapi Kyungsoo menjadi sedikit menulikan pendengarannya dengan menatap layar ponselnya tak atur. Sehun masih ingin bicara dan ingin kembali. "Apakah aku bisa pulang, aku ingin kembali ke Chan Hyung, kapan kau akan mengantarku hyung."

Berharap, dia ingin pulang dia sudah rindu. Tak masalah baginya untuk bertemu dengan Suho yang suka marah padanya, punya kebiasaan tempramen di luar batas padanya. Tapi dia masih punya ayah ibu dan kakaknya Park Chanyeol. Jika dia tidak pulang akan bagaimana jadinya.

"Jika memungkinkan aku akan antarkan dirimu, apakah kau tidak betah dan tinggal disini lebih lama?" Kyungsoo menampakkan wajah seriusnya dia tidak tahu kenapa harinya menjadi dingin, dia juga tidak tahu kenapa mendengar nama orang itu saja dia tidak suka. Padahal salah satu pasiennya. Apakah ini sebuah kewajaran biasa karena dia sudah menyayangi seseorang bukan adiknya?

Egois...

"Kau bilang aku bisa kembali secepatnya, aku ingin ketemu Chan Hyung, dia kan sakit aku ingin melihatnya. Aku yakin dia akan sembuh." Sehun memainkan jemarinya tapi matanya sudah berkaca, dia tidak bisa menahan sesak itu sendiri. Hanya saja dia selalu diam dan mengatakan kebohongan bahwa dia baik saja. Jiwa penakutnya membuat dia nampak lemah dan payah.

"Chanyeol pasti akan sedih jika kau melihatnya dalam keadaan dia tidak baik, apakah aku akan ijinkan jika dia tidak baik begitu juga denganmu yang takut dengan kakak pertamamu. Apakah kau mau kakakmu semakin sakit memikirkan masalahmu yang kabur dari rumah?" Dengan perlahan dan turtur kata lembut Kyungsoo bersuara, dia tidak mau untuk kehilangan dalam waktu dekat.

Terdengar licik memang akan tetapi dia juga tidak bisa untuk menahan diri dan memilih sebuah realita. Dimana Sehun harus tetap di dalam zonanya apapun yang terjadi. "Aku tahu, tapi.... Chan Hyung pasti khawatir denganku. Apa aku tidak bisa menjenguknya? Aku juga kangen ayah dan ibu. Aku tidak akan bertemu dengan Suho Hyung jika Kyung Hyung takut aku kena sakit disini." Ucapnya dengan wajah memelas begitu juga tangannya yang bergerak menunjuk dadanya yang ngilu.

Lagi-lagi dia merasakan hal ini lagi ketika dia melihat bahwa keinginannya seperti tidak dituruti. Karena rasanya sangat jenuh bagi Kyungsoo mau tidak mau dia pada akhirnya bangkit dari duduknya dan mengambil susu coklat itu untuk Sehun.

"Hari ini Hunie tidak masuk sekolah dulu ya, aku akan suruh saudara Hyung untuk menjagamu. Kalau Sehun butuh sesuatu panggil aku, kau masih hafal kan bagaimana caranya menghubungiku." Senyuman tipis dengan tangan yang menunjukkan layar ponselnya. Sehun mengangguk lucu tapi dia tidak suka dengan sikap kakaknya yang tiba-tiba mengabaikannya.

Di saat waktu sudah menunjukkan kata terlambat dengan cepat jemari dokter muda itu mengambil jas nya dan segera pergi untuk menuju tempat kerjanya. "Aku pergi dulu, baik-baik di rumah." Dia mengusap rambut sang adik, dan disana dia juga mengulas senyum ramahnya.

Karena teringat sesuatu Sehun langsung meminta pada Kyungsoo agar berhenti.

"Kyung Hyung, aku ingin minta sesuatu padamu." Sehun mencegah langkah kaki itu untuk lanjut berjalan dengan menahan pergelangan tangan itu. Ada tatapan memohon sekaligus harapan agar seseorang di depannya mau membantunya. Akesn bocah begitu polos dan lucu adalah bentuk yang tidak disadari oleh Sehun sendiri.

"Iya, ada apa Hunie?" Panggilan kecil lolos dari bibirnya membuat namja muda itu melepaskan tangannya untuk tidak menyentuh pergelangan tangan sang kakak hingga mengambang. Mendadak dia bingung dan membisu, dia ingat jika kakaknya selalu memanggilnya dengan sebutan manis itu. Tapi dia tidak boleh membuang waktu, hingga tanpa sadar menggelengkan kepalanya. Dia tidak boleh melamun itu nasihat ayahnya waktu itu.

"Katakan pada Chan Hyung, kalau aku menyayanginya dan cepat sembuh. Nanti Kyungsoo Hyung kasih ini ya..." Manis dan manja, adalah hal identik pada diri Sehun yang suka dengan berbau manis dan sikap kanak-kanaknya. Dia memberikan sebuah kue brownies yang dia beli subuh tadi dari penjual keliling.

Salah satu makanan yang disukai oleg Chanyeol untuk kakaknya. "Karena Chan Hyung sangat suka kue ini aku akan berikan untuk nya. Kyungsoo Hyung aku minta tolong ya." Sehun tersenyum sangat manis. Dia memamerkan senyumannya pada dokter muda disana.

Tapi senyuman itu menyimpan setengah perasaan sedih dari Park Sehun.

Dalam diam Kyungsoo melihat di atas telapak tangannya ada kue yang juga merupakan kesukaannya. Brownies cokelat dengan cream meleleh disana, dia suka tapi sayang bukan untuk dirinya. Terlihat dengan jelas bagaimana Sehun tidak mengingat dirinya dan malah membelikan kakaknya itu kue kesukaannya.

Tanpa alasan hati itu mendadak sakit.

"Aku merindukan Chanye hyung, jadi aku percaya sama Kyungsoo hyung. Tolong buat kakak ku sembuh ya dan pertemukan aku dengan kakak."

Sial!

Kenapa rasanya sangat sakit sekali.

Bodoh! Sampai kapanpun dia tidak akan bisa menjadi posisi dia.

Seorang kakak.

......

TBC...

Hai semua aku udah berhasil up ff ini, maafkan aku yang kemarin gak up karena banyak waktu tersita jadi langsung tidur deh malamnya.

Sesuai janji aku akan usahakan selesaikan ff ini sampai end. Satu hari bakal up alias tiap hari.

Jangan lupa dukungannya ya, dan jangan lupa jaga kesehatan...

Gomawo and saranghae...

#ell

09/09/2020

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro