Tears and Rain (chapter 12)
"Apapun yang aku lakukan aku tidak bisa mengelak kalau aku memang terlahir seperti ini, terlahir sebagai seorang idiot. Bukannya aku tak mensyukuri apa diriku sekarang hanya saja aku tidak bisa melawan takdir Tuhan yang telah membiarkanku lahir ke dunia dengan keadaan seperti ini. setidaknya.... bisakah kau menerimaku, seperti aku menerima keadaan yang tak kuinginkan ini? bisakah kau menerimaku sebagai bagian saudara yang kau sayang, bisakah aku merasakan kasih sayangmu meski sekejap? Dan bisakah kau memberikan sebuah harapan padaku meski itu hanya sekejap. Sebuah harapan bahwa kau akan selalu disisiku, menjagaku dan memberikan pelajaran apa itu kehidupan yang lengkap. Tolong pedulikan aku... tolong jangan campakan aku... tolong jangan anggap aku orang asing dimatamu, dan tolong anggap aku sebagai adikku. Meski kenyataanya kau sulit untuk menerimanya....."
-Sehun-
.
"Tak ada minyak dan air dalam kamusku, tak ada kata kebencian dalam hatiku. Rasa sayangku tak habis meski termakan waktu, meski aku semakin dewasa, dan umur bertambah, tak ada kata lelah untuk mempedulikanmu. Seorang adik yang menjadi salah satu harta yang berarti dalam hidupku. Tak ada sedikitpun rasa tak suka terhadap segala tingkah polosmu, yang ada aku merasa bangga dengan sifat baik dan kekanakanmu. Bagiku kau adalah sebuah anugerah yang diberikan Tuhan untukku, jangan lelah untuk menjadi adikku, karena aku tak lelah menjadi kakakmu. Begitu pula dengan orang-orang yang masih menyayangimu, karena mereka tak akan lelah mempedulikan dirimu. Barangkali kau merasa kaulah yang paling menderita? Jangan... jangan berpikiran seperti itu, karena aku tak akan membiarkannya. Membiarkan dirimu yang sudah melekat dalam rasa sayang dan saudaraku menderita. Karena aku adalah kakakmu... kakak yang akan membuatmu bahagia. ya, tentu saja adikku... karena kakak menyayangimu...."
-Park Chanyeol-
.
.
.
(Author **** POV)
Seoul, 21.30 p.m.
Malam semakin larut namun tak menghentikan badai hujan yang terus bergemuruh. Deru petir semakin keras kala hujan semakin deras, hanya saja angin kencang tak melanda lagi. Membuat kengerian sedikit berkurang meski kenyataannya itu tak berarti. Berjuta-juta, berliter-liter air turun dengan lancarnya.
Membuat mendung yang menggumpal di atas langit gelap sana sedikit menipis, apalagi tanah yang basah akan genangan air begitu nampak terlihat dengan jelas. Mungkin beberapa orang akan memilih bergelung dalam hangatnya selimut tebal, membiarkan tubuh mereka tergeletak pulas di atas kasur empuk dan luas mereka. Sungguh merupakan hal yang membahagiakan bukan?
Tapi....
Berbeda dengannya, jika kebanyakan orang mencoba mengarungi mimpi di malam yang mulai larut atau menikmati secangkir kopi hangat justru ada yang berbeda darinya. Ah, bukan... tapi mereka. Ya... mereka, tiga orang yang berada dalam satu marga dan keluarga yang sama. Sepasang suami istri dengan anak laki-laki mereka. Menaiki mobil sedan hitam yang merupakan alat transportasi mereka menerobos lebatnya hujan. Tak dapat dipungkiri jika ternyata mereka menerobos alam yang sedang menangis deras, tak menghiraukan jika esoknya mungkin mereka akan sakit dengan cuaca yang tak bersahabat ini.
"Chanyeol?"
Brukkkk....
Baru saja suara itu hendak menyeru, tiba-tiba saja namja dengan wajah bak pangerannya turun dengan raut kepanikannya. Mengabaikan dirinya yang sudah basah meski hanya sebentar lantaran kedua kakinya sudah berada di salah satu kedai. Disanalah dia mengedarkan pandangannya, menatap sekitar berharap menemukan seseorang yang ia cari dalam kepanikannya. Dan sungguh Chanyeol dirinya benar-benar panik setengah mati.
"SEHUN, KAU DIMANA!!!???"
Suara yang begitu berat namun keras, membuat beberapa orang yang bersantai dan duduk di dalam ruang yang hangat dan kering itu menatap dari balik kaca yang menhadap jalanan besar itu. terlihat dengan jelas bukan? Bagaimana punggung namja tinggi dengan jaket hitamnya itu? apalagi rambut Chanyeol yang sedikit basah akan hujan dan berantakan memberikan kesan keren padanya. Tak dapat dipungkiri jika anak kedua dari keluarga Park itu dianugerahi ketampanan luar biasa, tak jauh beda dari sang kakak pertama Park Suho, dan adik kesayangannya Park Sehun.
"SEHUN, INI HYUNG! KAU DIMANA SAENG??!" Mencoba memanggil, namun terdengar samar lantaran hujan mampu menutupi suara beratnya.
"PARK SEHUN, KAU DIMANA uhukkk...uhukkk...uhukkk..."
Entah kenapa tenggorokannya terasa sakit begitu juga dadanya yang terasa sesak, pening di kepalanya terasa membuat dia segera menyandarkan tubuhnya di kaca kedai. Bertumpu dengan sikutnya, dan menjaga tubuhnya agar tidak oleng.
"SEHUN?? Uhuk...uhukkk...uhukkk shhhh..."
Meringis menahan pening di kepala, apalagi setelah dia terbatuk membuat dirinya sesak dan oksigen terasa sulit untuk ia hirup.
Bahkan derasnya hujan terasa sedikit di tubuhnya manakala dirinya berandar di depan kaca kedai, dari kejauhan kedua orang tuanya segera turun. Bergerak dengan cepat dengan masing-masing payung yang mereka bawa. Wajah kepanikan dan juga raut kekhawatiran nampak jelas diwajahnya apalagi melihat tubuh sang anak yang mulai limbung. Merasa ada hal buruk yang akan terjadi membuat kedua pasutri itu segera bertindak.
"SEHUN Akhhh..... argghhhhhh!!!!"
Mengerang...
Sakit....
Tentu saja saat dengan nyata kedua orang tuanya melihat bagaimana sang anak yang mengernyit sakit. Membuat seorang wanita cantik dengan panggilan ibu itu hendak menangis saja.
"Chanyeol, omo!! Kau tidak apa-apa nak?" memegang kedua bahunya, dibantu oleh sang suami. Ya, melihat tubuh sang anak yang ambruk membuat kedua orang tua itu diliputi rasa khawatir apalagi mereka tahu jika Chanyeol belum meminum obat karena panik mencari Sehun yang pergi entah kemana.
"ARGHHHHHH.... SAKITTTT, SHHHH...." Meringis menampilkan gigi putihnya dan jangan lupa raut wajah yang merasakan sakit luar biasa. Bahkan tanpa mereka sadari beberapa orang yang sedari tadi berada di dalam kedai keluar, melihat kejadian dimana seseorang mengerang sakit dengan tarikan hebat di rambutnya.
"Hikkksss... sakit argghhhhh... hikkkssss, eomma hikkksss... appa hikkkksss... ss-sakittt!!!"
"Chanyeol nak bertahanlah appa akan memanggil bantuan!"
"Chan anakku, hikksss... jangan membuat takut eomma hikksss... Chanyeol??!"
"Hikkksss... eomma, kepalaku hikkkss... rasanya sakit argghhhh!! Mau pecah hikkksss... arghhhhh...."
Beberapa orang segera mengerumuni kedua orang yang panik setengah mati menenangkan sang anak yang begitu kesakitan, bahkan ada di antara mereka mencoba membantu menopang tubuh Chanyeol agar bangun, membuat tubuh Chanyeol sedikit tenang saat tubuh itu memberontak sakit. Namun, ada beberapa juga yang justru memilih diam sembari berbisik dan ada juga yang merekam kejadian itu dengan ponsel mereka tanpa memikirkan bagaimana nasib seseorang yang tengah mereka rekam.
Terus...
Dan terus...
Entah sejak kapan hujan mulai mereda namun, rasa sakit itu tak mereda sama halnya dengan hujan yang berlangsung saat ini. dan justru rasa sakit itu semakin parah lantaran erangan kesakitan Chanyeol semakin keras membuat beberapa orang di antara mereka merasa iba, mencoba membantu sebisa mereka atau ada juga yang diam dan bingung mau melakukan apa.
"Hikksss... sakit, hikkksss sakit argghhhhhh..."
Terus saja erangan itu terjadi, bahkan tanpa sadar rambut Chanyeol semakin rontok lantaran tarikan tangannya yang begitu keras. Ya, jika kalian tahu Chanyeol mencoba meredakan rasa sakitnya dengan caranya sendiri meski kenyataannya caranya membuat dia terluka sendiri bukan?
"Hikkkss... Sehun hikkksss.. tolong hyung hikkkss... sakit, sakit.. arghhhhhh..."
Menendang, menggelengkan kepalanya ke kanan dan kekiri dengan gerakan cepat. Erangan dengan desisan kesakitan keluar dari bibirnya yang memucat, wajah yang sedikit memucat dan keringat dingin keluar dari leher dan juga dahinya. Kelopak bawah yang sembab lantaran menangis merasakan sakit yang luar biasa. Dan jangan lupa kedua kaki yang sudah ditahan oleh sang ayah dan salah seorang pengunjung disana. Mencoba menenangkan kedua kaki yang sudah memberontak itu, sementara sang ibu?
Dirinya mencoba berbicara melalui isakannya, menenangkan yang kedua memberikan harapan untuk kuat dan bersabar. Mengatakan bahwa bantuan akan segera datang dan mampu mengurangi rasa sakit yang di derita olehnya.
Rambut hitam yang berantakan itu juga sempat diusap sang ibu, mencoba mengurangi rasa sakit sang anak melalui usapan kasih sayangnya meski hal itu tidak berarti.
"Hikkksss... sakit, sakit appa hikkkss... eomma.." tangis dengan rintihan yang keras membuat beberapa kebingungan apalagi, bantuan yang sudah mereka panggil tak kunjung datang. Apakah cuaca buruk menjadi penghambat para medis untuk datang kesini?
"Hikksss... sakit hikksss Sakit..."
Menangis, dan mengatakan apa yang ia rasakan. Dan jujur itu terdengar pilu jika kalian tahu.
Tes...
Tes...
"Astaga Chanyeol, suamiku kenapa bantuan belum datang hah??!!" rasa panik sang ibu akhirnya muncul, kala kedua matanya melihat cairan kental keluar dari kedua kedua hidung sang anak.
"CHAN, DENGARKAN APPA?! BERTAHANLAH NAK?!!"
Melihat bagaimana wajah pucat dan kacau itu membuat sang ayah dirundung rasa panik yang luar biasa, apalagi merasakan tubuh sang anak yang terasa sangat lemas. Bahkan kedua kaki yang ia pegang malah tak memberontak kuat seperti tadi.
"Eomma... Appa..." rinitihan lirih?
"Chanyeol? Nak jangan tutup matamu, sadarlah anakku Chanyeol!!" membentak dengan keras, menampar pelan dan cepat kedua pipi sang anak, manakala sang ibu melihat bagaimana sikap sang anak yang tak memberontak tapi hendak berganti dengan raut wajah yang semakin pucat dan pucat. Dengan sayang sang ibu mengusap mimisan sang anak dengan pakaian putihnya, membuat noda berwarna merah pada baju lengan mahalnya. Namun tak masalah baginya yang terpenting dia berusaha memastikan sang anak baik meski kenyataannya cukup sulit memang.
"Sa...sakit, aku aku akhhh..." entah kenapa penglihatan Chanyeol makin memburam di tambah lagi rasa sakit kepalanya semakin bertambah dan rasa sakit itu seperti sebuah jarum yang menusuk kulit. Chanyeol tidak tahu bahkan dia sendiri rasanya sangat berat untuk mempertahankan kelopak matanya agar membuka.
Dan suasana yang tadinya panik kini berubah menjadi ketegangan luar biasa, saat melihat Chanyeol yang tenang. Namun, ada makna berbeda dari kata tenang tersebut...
Membuat kedua orang tua itu hanya membelalakan mata dengan rasa tegang yang berpacu dalam diri mereka dan jangan lupa bagaimana sang ibu yang tetap memukul pelan kedua pipi sang anak berharap sang anak mempertahankan kesadarannya.
"Chanyeol, eomma bilang jangan tutup matamu. Tetap bukalah matamu kau dengarkan apa yang eomma bilang hem?" berujar lembut meski kenyataannya ada air mata yang jatuh dari kedua kelopak matanya. tak akan ia biarkan sang anak menutup mata meski hanya sebentar. Katakanlah jika sang ibu egois, tapi ini yang terbaik bukan? Membuat sang anak agar tetap berada dalam kesadarannya, agar apa yang ia takutkan tidak terjadi.
"Eomma... Chanyeol akh, kepalaku berat eomma... rasanya Chanyeol ingin tidur."
"Jangan berkata begitu Chan, eomma tak akan membiarkanmu tidur. Bukankah kau mencari Sehun? Hem.. ingat sayang Sehun akan sedih melihatmu begitu tetap sadar ya? Kau sayang eomma, appa, suho dan Sehun kan?"
Rasanya sangat miris jika kalian melihat bagaimana sang ibu menjaga agar sang anak dalam keasadarannya.
Hujan deras sedikit mereda makin lama rintik itu berubah menjadi gerimis, dan pada akhirnya bantuan yang dinantikan telah tiba, sebuah mobil dengan tulisan ambulance datang. Ada sedikit kelegaan dari hati kedua orang tua itu manakala mendengar suara sirine mobil yang telah datang.
Taptaptaptaptap...
Derap langkah cepat bersamaan dengan pintu ambulance yang telah terbuka, beberapa orang dengan pakaian medisnya bergerak cepat dengan ranjang lipat kesehatan yang mereka bawa. Dengan segera mereka melakukan pertolongan pertama.
Memberikan masker oksigen, berharap agar sang korban segera sadar. Tanpa sadar kedua orang tuanya memilih mundur membiarkan para medis melakukan aksinya. Terlihat dengan jelas bagaimana sigapnya para perawat melakukan pertolongan pertama. Terlihat banyak sekali darah yang keluar dari kedua lubang hidung Chanyeol, beberapa lembar tisu jatuh di atas lantai kedai.
Namun, meski begitu....
Ada kekhawatiran yang begitu besar....
Tubuh Chanyeol telah berada di atas ranjang pertolongan tersebut, dengan kelopak yang tertutup dan membuka pelan. Dalam kesadarannya yang setengah, membuktikan betapa mengkhawatirkannya seorang Park Chanyeol.
Dan saat tubuh itu mulai masuk dalam ambulance....
Kedua bibir pucat itu bergumam lirih, memanggil atau bergumam.... tak ada yang mendengar dan taj ada yang mengetahuinya. Namun perlu kalian tahu ada satu kata yang Chanyeol sebut dalam tidurnya. Yaitu....
'Sehuun...'
Tes...
Diakhiri dengan setetes air mata...
Air mata yang jatuh dari sudut kelopak matanya.
.
.
.
.
"Hiikkkksss.... hyung, Chanyeol hyung hikkksss... hyung..."
Bergumam lirih, dengan kedua telinga yang ditutup rapat. Bukan hanya itu saja angin malam yang menyerang dirinya membuat Sehun menggigil dalam duduknya.
Jujur Sehun tak berpikir jika pada akhirnya acara kabur yang ia buat malah berdampak seperti ini. jiwa bocahnya begitu menakutkan, tak seperti gambarannya ternyata alam lebih kejam terhadapnya.
Dalam otaknya Sehun berpikir apakah alam juga ikut jahat padanya, seperti Suho sang kakak yang begitu membencinya? Lalu kenapa? apakah Sehun melakukan kesalahan besar.
Jawabannya tentu saja tidak...
Alam tidak salah, bahkan alam melakukan tugasnya dengan baik. Melakukan berdasarkan takdir yang telah di tentukan Tuhan, mungkin Sehun berpikir jika alam jahat padanya, tapi....
Pada kenyataanya Sehun tak mengerti jika alam melakukan hal yang wajar.
"Hikkksss.... Suho hyung, hikkksss Chan Chan hyung hikkksss.... dingin dingin, Sehun hikkksss... hikkksss... ti-tidak suka..."
Menyedihkan....
Sungguh-sungguh menyedihkan gumaman tersebut.
Apalagi tubuh Sehun telah basah lantaran tertimpa hujan yang menerpanya dengan bantuan angin dan jangan lupa bibir yang memucat menggigil kedinginan.
Memilih menenggalamkan wajahnya di kedua lutut kakinya.
Takut...
Takut...
Takut...
Dan takut....
Itulah yang ada dalam pikiran Sehun saat ini.
Hingga hatinya tak berhenti berbicara bahwa saat ini Sehun membutuhkan, membutuhkan mereka....
Mereka yang disayangi Sehun, mereka yang selalu dipikirkan Sehun dan mereka yang sangat berarti bagi Park Sehun.
1 menit...
2 menit...
3 menit....
4 menit....
5 menit...
Waktu berjalan dengan cepat bukan?
.
"Chan hyung hikkkksss..."
"....."
"Suho hyung hikkksss...."
"....."
"Takut... hikkksss Sehun takuttt hikksss...."
"....."
"Se-sehun..."
"Gwenchana?"
tunggu...
Suara siapakah ini, terdengar asing di telinga Sehun tapi, sepertinya Sehun pernah mendengarnya. Tapi dimana?
"Sehun kenapa kau ada disini?"
Tunggu....
Sepertinya Sehun memang pernah mendengarnya, seketika dirinya diam. Tak lagi terisak malah dirinya penasaran dengan seseorang yang menegurnya saat ini.
Hingga...
"Sehun?"
"Hyung?" ucapan lirih dengan bola mata yang membola lantaran terkejut dan jangan lupa hidung memerah dengan kelopak mata yang begitu sembab.
Saat itulah ada rasa iba saat seorang dokter muda dengan nama Kyungsoo melihatnya.
"Sehun astaga kenapa kau ada disini? ada apa denganmu Sehun?"
Berjongkok menyamakan tinggi dengan si polos, menatap sedih ke arah Sehun yang begitu terlihat menyedihkan, rambut hitam berantakannya juga diusap sayang oleh Kyungsoo.
"Kyung Kyung hyung.... hikkssss... dingin..." ucapan Park Sehun yang bagaikan seorang bocah.
Bahkan tubuhnya menggigil.
"Astaga tubuhmu panas Sehun."
"Kyung-Kyungsoo hyung ak...aku... aku..."
Bruukkkkk....
"Sehun astaga!! Yaaakkk Sehun bangun!!??"
Saat itulah kepanikan melanda, mengguncang kencang tuuh yang ambruk saat ini.
"Sehun bertahanlah hyung akan membantumu..." dengan segera Kyungsoo mengangkat tubuh ambruk yang tak sadarkan diri itu.
Semoga Sehun baik-baik saja...
.
.
.
"Kau tidak tahu apa yang aku lakukan dengan sikapku untuk kebaikanmu Chanyeol."
Menatap jendela, itulah yang dilakukan Suho, apalagi kedua matanya terpejam meski sebentar.
"Kau tidak tahu Chanyeol... kau tidak tahu..."
Gumaman itu...
Mata terpejam itu...
Tes...
Dan tetes air mata itu jatuh begitu saja....
Dan satu yang perlu dipertanyakan, apa yang kau pikirkan Suho?
..................
Tbc...
Hai semua aku kembali dengan chap ini, semoga kalian suka dengan chap ini. oh ya btw gimana dah ngefeel belum? Atau malah tambah gaje ya, maaf jika masih jelek author masih banyak belajar dan ide kadang pasang surut kaya ombak muehehe...
Oh ya jangan lupa vommentnya ne....
Maaf kalau typo dan gaje....
Maaf juga kalau up lama, karena real life begitu sibuk. Hingga membuatku harus menyicil sedikit demi sedikit ketikan supaya bisa up.
Btw semoga gak bosan ama jalan ceritanya, dan jangan bosan ama author ya....
See you...
Sampai jumpa...
Gomawo and saranghae....
#el
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro