Stereo (46)
"Suara dari mana itu yang datang lalu pergi setelah di cari, lalu kemanakah kau akan mencari ketidak jelasan itu ketika kau benar-benar tidak menemukannya. Apakah hatimu tahu?"
(Author ***** POV)
(Flashback **** ON)
Di sini gelap tapi remaja itu berani masuk dengan menggunakan senter kecil dari korek api yang dia bawa. Bahkan dia tidak bisa melihat dengan jelas apa yang ada di depan juga belakangnya. Hanya moda nekat dan adrenalin untuk mencari seseorang di sana.
Ketika dia berada pada salah satu ruang dimensi dimana ada tulisan 'kamar mayat' tampak sangat jelas bahwa pasti banyak hal menyeramkan terjadi. Sayangnya karena sudah tahu bahwa di sini adalah kebanyakan robot dan boneka menyeramkan tak membuat dia bergeming. "Hei idiot kau dimana?" Tak satu pun panggilan nama untuk dia lakukan, kedua matanya masih sibuk meniti setiap jengkal sisi ruangan. Hanya bisa menyentuh dengan samar dan kotor karena sedikit debu di sana.
"Idiot! Kau dimana hei apa kau disini! Jawab aku!" Dia sudah masuk melalui pintu terbuka sedikit, suara tawa menakutkan dan lampu berkedip merah mengerikan membuat suasana semakin panik. Spontan saja namja muda ini lantas berlari tak tentu arah hingga masuk dalam ruang bertuliskan auditorium. Dimana dia tersesat dengan banyak peti mati dan juga kain seperti darah pada permukaannya.
Ketika Suho tak sengaja menjatuhkan senter kecilnya mendadak tubuhnya gemetar dengan pandangan kalap, dia bahkan mengosak-asik bawah lantai untuk mencarinya, dia mendapatkannya dan ketika dia berdiri perlahan.
BOO!
"AAAAAAHHHHH!"
Mengambil jurus langkah seribu dia bahkan melupakan sebelah sepatunya dan meninggalkan begitu saja. Dia tidak bisa melepaskan senternya atau dia akan mati terjebak dalam ruangan ini selama musim panas. Tapi dia tidak bisa memungkiri bahwa dia benar-benar ketakutan saat ini.
"Sialan, aku tidak ingin masuk ke sini lagi!" Rutuknya parno dan hampir menangis karena dia sudah kalang kabut. Kakinya tak berhenti bergerak dia juga tidak tahu bagaimana caranya agar dia bisa keluar. Ketika dia tak sengaja menyandung sesuatu pada kakinya, tubuh sedang jatuh ambruk ke dalam sesuatu dan menindih salah seorang dengan lumayan keras.
"Aduhhh... Astaga sakit sekali issshhh..." Mengusap kasar dan menepuk jidatnya yang terkena kayu peti disana. Dia tidak bisa menangis lagi karena terlanjur malu pada dirinya sendiri. Lalu kemanakah kata-kata bahwa pria bukan pengecut. Di sini tidak ada nyanyian indah atau cahaya lampu bagaikan surga tapi seperti dasar jurang gelap dan merah lampu bagaikan cahaya api neraka.
Suara setan melaknat dan teriakan menakutkan lainnya, apakah benar seseorang mau masuk dan keluar tanpa ada rombongan yang pingsan. Rasanya sangat mustahil apalagi di sini ada bagian tertentu lebih menakutkan dan melanggar peraturan bagi penderita serangan jantung. Suho berfikir kalau seseorang yang sakit bisa meninggal di sini seketika.
Ketika dia mencoba bangun tak sengaja dia menyentuh sesuatu yang empuk di telapak tangannya, kenyal dan berdaging. Eh... Suho sempat mengangkat sebelah alisnya bingung. Tapi dia takut.
Perlahan dia menelan ludah susah payah di kerongkongannya dan menyinari apa yang dia sentuh itu. Saat dengan jelas kedua netranya melihat sesuatu putih dan berdaging saat itu lah dia.
"AAAAAAA SETAN AAAAAAAA"
Tubuh itu meringkuk dan Suho langsung menjatuhkan senternya begitu saja dia menutup kedua matanya dengan rapat. Dan menangis dengan setitik air mata jatuh, ketika dia enggan membalikkan badan dia langsung bergetar di tubuhnya ketika merasakan sentuhan ada di pundaknya.
Menyentuh!
Meremat!
Hingga suara lirih seperti Isak tangis menghantui Indra pendengarannya. Sampai pada akhirnya dagu seseorang jatuh di pundak dan menampilkan seseorang berkata lirih dengan panggilan kecilnya.
"Hyung..."
Karena terlalu cepat menoleh dan melihat wajah bercahaya karena senter miliknya membuat Suho terpekik dan membuang asal senternya lalu meringkuk lagi. Tapi dia sadar bahwa hantu tidak mungkin memanggil dengan sebutan Hyung untuknya. "Eh kenapa aku seperti kenal sesuatu." Karena di rundung rasa penasaran membuat namja muda itu menoleh ke belakang. Dia melihat dengan jelas bagaimana seseorang tengah menitikkan air matanya sendu.
Meminta tolong dengan suaranya yang lirih, itu adalah adiknya. Seseorang dia benci tapi di perhatikan dalam diam dan nuansa beda. Ketika dia jatuh memeluk tubuh sang kakak pada saat itulah Suho menyadari bahwa Sehun akan ketakutan setengah mati ketika ketidakmanusiaan dia hadapi sendiri.
"Aku takut hikkss... Suho Hyung aku takut." Sehun bahkan sangat erat hingga kerongkongan dan dada sang kakak sesak, tenaga besar untuk memeluk tubuh itu hingga rasanya hampir lepas dari tulangnya. "Lepaskan aku Sehun kau membuatku sesak." Racau sang kakak setelah dia sadar dari perasaan di mana dia hampir menjatuhkan posisinya. Dia melepaskan sang adik dan kini kedua nya sudah tidak dalam pelukan yang sama lagi.
"Aku yakin Hyung akan datang kau khawatir kan? Hyung akan menyelamatkan ku kan hikksss..." Sehun ingin memeluk tapi gerakannya di tahan dengan sang kakak yang menahan kepalanya mendekat. Meski terlihat kurang ajar tapi bagi Sehun itu bukan kesalahan hal besar karena dia hanya tahu bahwa kakaknya membenci tapi nampak khawatir.
"Siapa bilang aku khawatir padamu, aku ingin menyelamatkan diriku sendiri." Ucapnya dengan berdiri tanpa ada maksut menolong sang adik saat Sehun memberikan tangannya sebagai tanda dia minta tolong di bantu. "Kenapa Hyung bisa di sini apakah hyung juga tersesat." Sehun sedikit tenang rasa takutnya berkurang dengan dia yang mengusap air matanya. Dia juga tidak bisa mengatakan dengan jelas bahwa dia sangat bersyukur dan senang dia tidak sendirian di dalam sini.
Tapi keduanya seperti terjebak dalam labirin menyenangkan bersama Jawa menakutkan. Siapa pembuat tempat ini rasanya Suho akan memberikan sumpah serapahnya. "Hei jangan rangkul aku tidak suka idiot." Menepis sebentar sampai Sehun tidak sengaja mengaduh ketika jari kakak mengenai pipinya. Ini sedikit sakit karena kuku Suho belum sempat di potong, meski dia menjadi gugup tapi tak ada kata minta maaf sepatah katapun. Tapi sadar atau tidak Suho menarik tali botol minuman di pinggang Sehun," ayo ikut aku kalau kau hilang aku yang akan kena."
"Eoh, kenapa yang kena Suho Hyung kan yang hilang aku. Apa Hyung kena marah?" Entah kenapa tebakan bocah di belakangnya semakin mengerikan dan Suho hampir saja melongo karenanya. Tapi ketika di sudah tidak melihat Suho kembali sadar bahwa dia harus segera keluar atau mereka tidak akan pulang seharian. Tapi Sehun merasa bahwa tangan yang bisa menenangkan hatinya dia melangkah maju dengan cepat dan merangkul sang kakak takut. Bohong kalau dia tidak menangis kenyataan nya Sehun kecil meringkuk dengan memohon agar sang kakak segera membawa dia keluar.
Perlahan namun pasti, Suho mau tidak mau harus menerima keadaan dirinya yang siap dirangkul oleh si bungsu. "Hikkksss... Hyung hueeee ada yang menangkapku, hueee tolong Hunie." Sehun kepayahan dengan kaki yang dihentak keras dan cepat ketika merasakan sesuatu menarik celana. Ketika sang kakak menoleh ke belakang dengan wajah awas nya, dia langsung menarik celana Sehun cukup kuat.
"Penakut sekali, kau tidak tahu ya kalau tadi itu hanya besi. Jangan jadi penakut dasar idiot!" Meski Suho merasa bahwa dirinya berani dia tidak boleh mengatai adiknya kasar. Sayang sekali Sehun terlalu menurut dan tak sadar kalau ucapan kakaknya cukup menohok. Andaikan Chanyeol mendengar pasti dia yang akan mengamuk.
"Suho Hyung apakah itu jalan keluarnya?" Sehun merasa bahwa cahaya di sana menunjukkan sesuatu yang aman. Dalam diam Suho juga melihatnya dia sudah mendengar bahwa suara ramai ada di sana, ketika dia melangkah maju. Sesuatu bergerak dari belakang, ketika dia menoleh dia melihat bahwa robot menyeramkan mengejar mereka.
Hal itu berlangsung cepat dan Sehun merasa bahwa kedua telinganya mendengar suara dimana orang-orang ada di sana.
"Bodoh buka matamu jangan menangis kau membuatku malu bego!" Kasar tapi seperti hal biasa, bocah muda itu langsung membuka matanya. Dia melihat bahwa dia ada...
Di luar rumah hantu.
Sehun menoleh ke belakang, dia merasa bingung dan ketika dia melihat sang kakak di depannya dengan posisi menggendong nya dalam jepitan ketiaknya. Saat itulah dia...
"Suho Hyung, kau sudah menolongku."
Ucapan polos membuat sang kakak sadar bahwa adiknya...
Menggemaskan.
Si bungsu kesayangan, seperti namanya.
(Flashback **** OFF)
Sang ibu sudah ada di sana sekitar dua puluh menit, ketika dia melihat wajah pucat sang anak hatinya tidak membaik tapi gusar. Kai ada di sana menyiapkan beberapa alat seperti yang dikatakan oleh wanita tiga anak tersebut. "Apakah ini rumah dokter yang merawat Chanyeol?" Tanya wanita itu ketika dia melihat keadaan di dalamnya dan disana dia juga melihat ada foto Sehun terpajang bersama seseorang di sana.
"Ke-kenapa bisa ada foto Sehun, aku baru menyadarinya. Apakah dia kenal dengan Sehun?" Kaget melihat foto sang anak tengah tersenyum membuat wanita itu menunjuk dengan ekspresi penuh tanya. Kai melihat ke arah sana, dia maklum mungkin wanita itu tidak tahu menahu bahwa selama Sehun kabur dia tinggal di sini.
"Ah, sebenarnya ketika Sehun kabur dia ditolong oleh pemilik rumah ini. Ternyata dia adalah dokter yang merawat Chanyeol di rumah sakit, mungkin anda masih bingung karena faktanya Sehun memang ada di sini. Ah, dokter itu juga baik Sehun mendapatkan mainan dan ruang sendiri untuk bermain." Makin lama dia menyadari bahwa ucapan nya makin absurd di tambah lagi dua merasa wajah canggungnya semakin jelas.
Wanita itu mengangguk samar tapi ekspresinya semakin ingin tahu lantaran tak biasanya kalau anaknya itu betah tinggal di dalam rumah orang lain. Dulu di rumah neneknya saja butuh maksimal dua hari agar Sehun terbiasa dan adaptasi, tapi dia juga tak menyalahkan Sehun karena sekarang anak ketiganya sudah mulai berani menjadi lebih dekat untuk sekedar mencari teman. Sang ibu hanya tahu kalau anaknya hanya dekat dengan kakaknya, Chanyeol. Sekarang Chanyeol tengah lemah, tidak ada cara lain selain berusaha dan berdoa.
"Lalu dimana Chanyeol kenapa dia belum kembali, apakah benar dia tidak pergi jauh dari sini. Lalu kenapa dokter itu tidak kembali, apakah dia benar mencari Sehun." Sedikit curiga apalagi dia juga mendengar jika dokter ini pernah menahan Sehun untuk bertemu kakaknya. Hingga dia merasa jika Sehun akan di rebut dan sedikit takut kalau dia bertemu dengan seseorang yang memiliki pedoman untuk memiliki dengan pemaksaan.
"Mungkin saja dia akan kembali, aku minta maaf seharusnya aku yang menemani Se- oh astaga dokter Kyung, Sehun!" Kai berjengit saat melihat dokter muda itu menggendong seseorang yang membuka matanya lemas. "Sehun kau kenapa anakku, ada apa dengan Sehun kenapa dia basah sekali." Sang ibu langsung mendekati anak ketiganya dia takut sesuatu yang buruk terjadi padanya. Dia juga sedikit kesal ketika melihat Sehun yang terluka pada keningnya, sempat berfikir bahwa ini adalah perbuatan dokter muda di depannya itu.
"Apa yang kau lakukan pada anakku, kenapa kau lakukan hal ini pada Sehun!" Ucapannya sangat sarkatik bahkan sang ibu menuduhnya secara langsung tanpa mendengar alasan yang tepat. Sadar bahwa dia di salahkan membuat Kyungsoo membela dirinya. "Maafkan aku mungkin anda salah paham, tapi aku tidak melakukan hal buruk. Aku menemukan Sehun berada di sisi sungai di sana. Aku juga tidak tahu kenapa dia bisa jatuh ke sana tapi yang pasti aku menemukan dia tak sadarkan diri." Dengan nada bicara sedikit tidak suka dia mengatakannya, bagaimana mungkin dia menerima ini karena nyatanya dia juga tidak melakukan hal buruk.
Kai merasa bahwa suasana menjadi sedikit tidak mengenakkan sialnya tenggorokannya kering tanpa berani bersuara. Tapi dia juga kasihan melihat Kyungsoo di salahkan seperti ini, beruntung ketegangan selesai ketika Sehun membuka matanya dengan ucapan memanggil nama seseorang.
"Sehun, syukurlah kau sadar. Kau tak apa, nak ini eomma apa kau tidak apa sayang?" sang ibu menatap takut dan lega secara bersamaan dia bahkan membantu sang anak berdiri ketika Sehun memaksa dirinya untuk bangun. "Eomma... Eomma..." Sehun berucap dengan lirih tapi tatapan bingung mencari seseorang, berharap dia menemukannya tapi malah tidak ada. Apakah dia benar melihat kakaknya menyelamatkannya tapi Sehun juga berani yakin kalau itu bukan kebohongan. Satu kata keluar dari bibirnya di susul dengan kalimat lain yang mengatakan maksut.
"Eomma dimana Suho Hyung, Hunie mau bilang makasih eomma." Sehun mengatakan itu dengan polos kedua matanya menoleh ke belakang punggung sang ibu. Tapi dia masih belum menemukan, dia sadar bahwa di sana ada Kyungsoo, ibu, Kai dan Chanyeol yang tiba-tiba dia lihat dalam keadaan mata terpejam.
Sadar kalau anaknya cukup bingung melihat kakaknya, membuat dia langsung mengatakan hal lain agar si bungsu tidak bertanya. "Ah, kakakmu dia sedang istirahat jangan diganggu ya sayang, biarkan dia hilang pusingnya. Sehun tidak apa-apa kan? Apakah ada yang sakit?" Ibunya meneliti setiap inci tubuhnya. Sehun yang masih kebingungan kembali bertanya.
"Apakah Suho Hyung tidak ada di sini eomma, tadi Sehun jatuh tenggelam karena seseorang mendorongku. Saat aku merasa aku akan kedinginan tiba-tiba Suho Hyung sudah ada di depanku dan menolongku." Mengatakannya dengan panjang lebar tapi ketiga orang di sana seakan tidak percaya dengan apa mereka dengar. Apakah tidak salah ketika Sehun mengatakan bahwa dia melihat kakaknya dan menolongnya. Lalu kenapa bisa Suho ada di sana sementara mereka tahu kalau tidak mungkin orang apatis seperti dia mau menolong adiknya yang dia anggap bukan manusia.
Ibunya merasa mungkin si bungsu salah melihat dengan perlahan dia memberikan pengertian. "Mungkin kau salah lihat sayang, mana mungkin kakakmu menolongi mu dia bahkan suka nakal padamu bukan?" Karena dia juga kesal dengan sifat sang anak membuat ibu tiga anak ini seakan mengelak tak percaya dia sendiri juga kurang yakin kalau putra pertamanya akan melakukan hal itu.
Jika iya, kenapa selama ini Suho membiarkan, menyakiti bahkan membuat Sehun sering ketakutan jika bersamanya. Tak jarang dia memergoki Suho yang mendorong dan memukul adiknya ketika kesal, itu bukan hal baik hingga sang ibu terkadang sudah lelah dan bingung harus mengatakan apalagi. "Tidak eomma aku benar melihatnya, dia menarik ku bahkan dia membawaku ke atas dan aku bisa bernafas. Tapi kaki Suho Hyung terluka." Ada ucapan sedih di bagian akhirnya.
Sehun ingat kalau ada darah begitu banyak yang keluar darinya. Ibunya merasa antara yakin dan tidak yakin, kalau itu anaknya. Tapi dia juga tidak bilang kalau Sehun berhalusinasi, apakah benar jika seperti itu. Sehun juga tidak mungkin berbohong selama ini putra ketiganya tidak pernah mengatakan kebohongan untuk menutupi sesuatu, sekalipun dia diancam. Lantaran jiwa dia miliki masih bocah dan penurut membuat dia mempunyai kelebihan, apalagi Sehun tahu kalau berbohong itu dosa besar.
Tahu kalau ibunya merasa bingung membuat Sehun mengatakan lagi. "Suho Hyung memang menolong eomma, lihat lah dia tadi menarik lengan Hunie seperti ini." Ucapnya dengan tangan melakukan praktek. Tapi ucapannya langsung di timpal oleh seseorang di sana. "Apakah dia yang mendorongmu Sehun, aku merasa dia menolongku agar tidak dianggap pembunuh ketika dia sadar dengan apa dilakukan olehnya." Orang yang berani mengatakan hal itu adalah Kyungsoo, tanpa sadar membuat wanita itu terhenyak ketika mendengarnya.
"Tidak, Hyung tidak melakukannya dia menolongku dia bahkan berteriak panggil aku. Sepertinya begitu dan aku masih ingat..." Makin lama cara bicara nya makin lirih dia sedikit lupa dengan apa yang dikatakan kakaknya waktu itu. Entah kenapa rasanya Sehun menjadi sedih mendengarnya tapi dia juga tidak bisa mengatakan apapun lagi selain, kakak menolongku.
"Sudah tidak apa nak, jangan dipikirkan lagi. Sekarang eomma bantu kau ganti baju ya." Usapan sayang dengan kepala sudah di usap. Sehun hanya mengangguk bingung akan tetapi tatapannya tak fokus, entah kemana.
Baik Kai dan Kyungsoo saling berpandangan satu sama lain saat menanyakan ketidak percayaan yang terjadi, mungkinkah benar? Tapi jika iya apa motifnya. Mereka memang tak percaya jika tak melihat bukti nyata.
Kini sekarang yang menjadi fokus adalah keadaan Chanyeol, bagaimana cara agar dia membaik dan bertahan hidup. Bagaimana dia bisa sembuh dan melakukan aktifitas seperti sedia kala, kasihan jika dia harus bertahan lebih lama dengan cita-cita yang di pendam.
"Aku harap kau bertahan Chan, jangan sampai semua orang menangisi mu. Aku yakin kau dengar, lihatlah Sehun dia memang ada untukmu." Kai sahabat yang baik, meremat tangan sahabatnya dengan erat dengan tuturan penyemangat penuh mantap.
Tuhan menjadi saksi atas doa kecilnya, harapan menjadi nyata. Bukan sekedar harapan menjadi harapan tak sampai.
Dalam diamnya Sehun masih yakin jika yang dia lihat adalah kakaknya, Park Suho.
.
Kresek penuh obat dengan handuk warna merah darah mengenai kain itu, seseorang menyobek dengan cepat menggunakan giginya. "Akh sial, shhhh sakit sekali." Meringis dan menggigit sisa sobekan bungkus itu dengan erat. Sobekan perban dia pasang dengan tidak benar, tapi dia masih berusaha dan menuangkan alkohol di kulit nya. Rasa perih menyerang dengan cepat hingga otaknya terasa berputar. Dia ingin berteriak tapi di satu sisi dia tidak mau tetangga di sekitarnya mendengar teriakan itu.
"Sial sakit sekali aargghhhh!" Suho merasa kulitnya akan lepas dari dagingnya ketika menarik salah satu batang tajam yang menancap di kulitnya. Darah enggan berhenti untuk mengucur deras, sekarang waktu menunjukkan pukul lima sore dan belum ada yang pulang. Kesempatan Suho untuk bisa mengobati dirinya sendiri.
"Hhhh... Aku rasa aku akan benar-benar mati jika melakukannya lagi." Dia mengambil perban itu dengan cepat di sisi ranjangnya, dia melepaskan setiap gulungan itu dengan sedikit ngawur. "Kuharap aku tidak hhhh... Terlambat, aakkhh..." Sial perban seperti ini saja menggesek lukanya hingga perih. Parahnya di dalam kulkas tidak ada es batu.
Dia menjadi resah sekarang di satu sisi dia berjalan pincang, Sehun pasti sudah mengatakan hal kejadian tadi pagi. Dia lupa jika Sehun itu akan berbicara jujur, entah siapa yang bodoh tapi dia merasa bahwa yang dia lakukan hanya hati majemuk. "Sepertinya aku harus benar-benar mengurung diriku sendiri." Gumamnya dengan membuang bekas darah disana. Jam sudah menunjukkan pukul lima lewat lima belas menit. Ternyata membalut luka seperti ini tidak bisa sembarangan dan dia sendiri akui bahwa dia kaprah parah.
Sepertinya membuang sampah sekarang akan dia lakukan ketimbang ada keluarga lain yang ingin mencari tahu, entah kenapa sejak kecil dia menyukai yang namanya kesepian. Dalam diam dan langkah kaki menuruni tangga, sepintas pemikiran berjalan menunjukkan bahwa dia masih ingat bagaimana Sehun tenggelam.
Sepertinya dia akan hilang akal, karena setiap kali perputaran ingatan itu terus berlangsung. Akan tetapi semua lamunannya buyar ketika seseorang memanggil namanya dari jarak dekat.
"Suho kau mau kemana nak?" Ayahnya memanggil dengan menatap dia datar, tapi tangannya sibuk mengaduk cangkir di sana. Ayahnya membuat kopi hitam kesukaannya. Suho tidak punya ekspresi apapun sama sekali, dia hanya menatap jengah. "Buang sampah." Jawabnya singkat tapi cara bicaranya pincang, dia tidak bisa membohongi bagaimana sakitnya jika dia mencoba untuk berjalan biasa.
"Kenapa dengan kakimu?" Ayahnya mengangkat sebelah alisnya dia mencoba mendekati sang anak, tapi wajah Suho terlihat tidak nyaman. "Aku tidak apa, jangan khawatir appa." Melihat anaknya berusaha mengelak sang ayah tidak sedikitpun mundur.
"Angkat lengan bawah celana mu, apa yang kau sembunyikan Suho." Sang ayah kini berdiri di depannya sengaja untuk menghalangi anaknya keluar. Dia tidak bisa diam ketika melihat anaknya menyimpan rahasia, terlabih dia telah membaca pesan singkat sang istri. "Katakan pada appa, apa yang terjadi. Apakah kau terluka, kenapa kau membuang sampah itu apa isinya?" Melirik ke sana dan melihat dengan tatapan curiga, tapi tangannya langsung bergerak ke belakang punggung.
"Appa tidak harus tahu, ini bukan hal yang penting." Elaknya dengan tubuh yang mulai bergerak menyamping, dia tidak mau bertele-tele. Apalagi kakinya terasa sakit sekali, dia akan memakan simpanan ramen dan seduhan air panas dari termos kecil yang beberapa hari dia beli sengaja. Sengaja agar dia tidak turun dan sengaja agar dia tidak bertemu dengan lainnya, dia malas dengan pertanyaan yang susah dia jawab.
"Kenapa bisa di sebut hal tidak penting aku ayahmu, karena aku ayahmu aku berhak menanyai hal ini.
Cepat turuti perintahku nak!" Sang ayah masih bersabar, di satu sisi dia juga ingat bagaimana ketika dia menampar anaknya. Masih ada bekas miliknya di sana, dia merasa bahwa ini kesalahannya karena tidak mendengarkan penjelasan. Kali ini tidak lagi karena dia tidak ingin dianggap ayah tidak adil.
"Apakah appa akan menyalahkan ku lagi, bagaimana kalau aku tidak mau. Aku tidak apa tenanglah." Meski dia terlihat kejam tapi dia masih punya sisi hormat, masih ada walaupun itu tak nampak. "Maafkan appa karena sikap kemarin. Appa tidak tahu dan malah menuduh mu, Sehun mengatakan semua dan appa mengaku salah." Ucap penuh sesal, dia juga tidak bisa mengatakan hal lebih lagi selain kepala tertunduk.
Suho merasa jika ayahnya tidak harus begitu, dia menghela nafasnya. Dia juga lelah menjadi durhaka sadar atau tidak ayahnya cukup terkejut ketika melihat anaknya menaruh bak sampahnya. Dia duduk berjongkok dengan posisi membuka lengan celananya. "Aku tidak ingin membuat keributan karena kita sama-sama lelah." Suho mendongak dia menatap sang ayah dengan tatapan datarnya, ayahnya langsung berjongkok untuk melihat dengan jelas apa yang terjadi.
"Ada apa dengan kakimu, kenapa kakimu seperti itu. Apa yang terjadi, apa kau jatuh kecelakaan?" Ayahnya menatap dengan tatapan bulat, dia juga menyentuh kaki sang anak. Perban belum rapi begitu pula pertanyaan untuk sang anak belum di jawab juga. "Aku hanya terluka biasa kenapa appa heboh seperti itu." Sang anak sedikit malas dengan ucapan seperti tidak berperasaan nya, tapi ketika dia lebih teliti melihat ada tetesan air mata yang jatuh ke lantai dan perban disana.
Diam....
Ayahnya menangis dengan tatapan sendu, tangannya masih bergerak untuk menyentuh perban itu bergetar. Ayahnya sangat sayang, dia melihat seorang pria tegas bisa menangis ketika melihat luka anaknya. Suho pernah dengar ada dua alasan kenapa laki-laki menangis itu jika ditinggalkan ibunya dan kedua ketika orang yang dia sayang luka seperti dirinya yang merupakan darah dagingnya.
"Appa bahkan tidak bisa melakukan apapun, kenapa aku membiarkanmu terluka. Dulu appa tidak ingin melihat mu terluka jika kau jatuh dan menangis appa yang akan merasa bersalah. Kenapa sekarang kau sangat dingin dan terluka, apakah appa melakukan kesalahan." Menyembunyikan isakan tangisnya dengan susah payah. Sang ayah tidak bisa mengatakan dengan jelas karena menahan nafas. Dia ingin terbaik untuk anaknya akan tetapi dalam realita kehidupan tidak seperti dikira.
Ketiga anaknya tidak akur dan kekacauan sering datang juga memberatkan. Siapa orang tua yang tidak sayang dan siapa orang tua yang mau anaknya mengalami masa depan buruk. Ayah tiga anak ini begitu menyayangi ketiga anaknya tanpa memikirkan dirinya sekalipun.
"Aku tidak melakukan kesalahan apapun, kenapa appa menangis. Sudah jangan buat appa kerepotan aku tidak masalah." Terucap dengan dingin tapi tatapan kasihan itu masih ada, meski dia sendiri juga sulit untuk bicara apalagi. "Aku tidak tahu dengan apa yang terjadi padamu, tapi terima kasih kau sudah menjadi kakak yang baik dengan menolong adikmu." Ayahnya mengatakan hal itu dengan tenang, tapi dia tidak menoleh sedikit pun hanya bisa tersenyum bangga sebagai pengakuan bahwa dia cukup bahagia dengan putra pertamanya.
Suho bungkam, kaki pincangnya berhenti melangkah. Dia juga terkejut saat mendengar ucapan itu, darimana ayahnya tahu apakah Sehun sudah pulang. Tapi jika dilihat hanya dirinya juga sang ayah yang ada disini. Lalu siapa yang memberitahu, dia ingin marah tapi tak bisa seakan dia lupa caranya. Dia melihat air mata dan menjadi amnesia dengan perasaan dirinya. Suho mendadak menjadi manusia yang payah.
Suara hati itu lumpuh seketika, melihat kedatangan seseorang dari sana.
Park Sehun yang kini menatap kakaknya dengan argumen rasa rindu dan sulit diartikan.
"Ibumu mengatakan semua dari pesan, lihatlah sekarang adikmu tersenyum ketika dia pulang. Aku yakin kau baik dan kau membuatku bangga." Ayahnya kini datang di belakangnya, dia menepuk pundak anaknya. Berbeda dengan ayahnya yang nampak masih hangat, kedua tatapan sang ibu dan Chanyeol menunjukkan dimana mereka masih enggan percaya. "Aku bahkan tidak tahu apa yang aku lakukan, idiot tetaplah idiot appa." Suho membantah dengan keras bahwa dia melakukan itu bukan nurani seorang saudara.
"Aku tidak akan pernah percaya bahwa kau kakak yang baik. Aku akan menganggap mu sebagai penjahat dalam keluarga!" Itu Chanyeol dia kini duduk di atas kursi roda dengan Kai berada di belakangnya bukan hanya itu saja disana juga ada seorang dokter muda yang kenyataannya pernah menghajar Suho. Hanya decihan kesal keluar dari mulutnya entah kenapa dia selalu tidak suka dengan keberadaan Kyungsoo.
Suho memang tidak peduli dengan semua ini, dia tidak terkejut dengan kedatangan keluarga di rumah. Pulang atau tidak sama saja baginya dalam hatinya sudah tidak ada kehangatan seperti dulu, yang ada hanyalah dingin dan semu. "Aku bahkan tidak mau percaya jika aku melakukan hal bodoh untuk menyelamatkannya saeng." Menjawab dengan nada menantang, dia sama sekali mengatakan tanpa beban. Berjalan dengan pincang dan menahan perih itu sendiri dengan ekspresi dia buat. Chanyeol sudah hafal dan hanya bisa tertawa dengan sinis.
Suho melepaskan pegangan di bahu yaitu tangan ayahnya, dan mencoba mengabaikan tatapan kebodohan manusia di depannya. Dia ingin tertawa sama seperti ketika langit mentertawakan dirinya.
Ketika tubuhnya berada di samping sang adik dan ketika dia mencoba melewatinya, di situlah Sehun menangkap lengannya hingga langkah kakinya langsung berhenti.
"Suho Hyung, kumohon tetaplah di sini."
Semua diam ketika melihat si bungsu menahan kakak tertua di sana, sang ibu mencoba mencairkan suasana tegang yang bertahan beberapa detik itu dengan mencoba mengajak sang anak masuk. Tapi gelengan Sehun membuat paksaan sang ibu luntur dan tak berdaya, ketika Chanyeol berusaha untuk membujuk Sehun agar tidak berhadapan dengan kakaknya. Saat itulah tangan Kyungsoo menahan pergerakannya kesana.
Melihat sebuah gelengan kepala menandakan bahwa tak seharusnya Chanyeol menghalangi. Mereka menyaksikan apa yang akan terjadi sekaligus awas jika Sehun mendapatkan keburukan kakaknya.
"Lepaskan aku bodoh!" Suho berusaha dengan kasat dia menggerakkan tangan itu hempas minta di lepas, tapi Sehun semakin erat untuk memeluknya. "Lepaskan aku idiot, aku sedang sibuk!" Kembali lagi menggeleng, dia juga tidak mau melepaskan tangan itu apapun terjadi.
Wajah polos sang adik seakan menjebak Suho pada ilusi, masa lalu ketika kecil dimana namja di depannya pernah terjebak dalam namanya kesialan.
"Suho Hyung kau penyelamatku, seperti dulu ketika di rumah hantu. Terima kasih hyung."
Kepala itu di taruh di lengan, dan Sehun tersenyum senang. Mendadak tubuh Suho menjadi membeku seketika.
Sebenarnya apa yang terjadi, kenapa dan mengapa semua ini bisa terjadi. Sebenarnya apa yang dimiliki oleh Sehun?
Sialnya semua orang menatap keduanya dengan tatapan sulit diartikan.
.......
TBC...
Hai semua kembali lagi dengan chap ff kesayangan kita, siapa nih yang udah nunggu semoga gak kapok ya sama jalan ceritanya.
Oh iya jangan lupa masukan, komentar dan sarannya. Jangan lupa buat kalian jaga kesehatan dan tetap makan yang bergizi.
Salam cinta dari aku buat kalian semua...
Gomawo and saranghae...
#ell
22/09/2020
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro