Somebody Else (50)
"Terbang tinggi bebas seperti kau paling bahagia di sana. Ini sama hal nya dengan sebuah mimpi. Apa yang harus dilakukan agar semua menjadi lebih baik?"
(Author **** POV)
Ini sama halnya dengan menangkap matahari pagi dengan telapak tangan. Bukan soal bagaimana kau mendapatkan hangatnya tapi bagaimana kau bisa menikmati setiap yang ada. Ketika Sehun berada di luar dengan senyuman manis tersungging ke samping, saat itulah sebuah petunjuk terjadi. Dia melihat bayangan dirinya berada di atas rumput, kebetulan dia sudah selesai berdoa dan disini menunggu ibunya datang membawa makanan.
Sang ayah pergi untuk memastikan keadaan sang kakak, dia tak apa di sini sendiri karena dia belajar untuk berani. Hanya saja dia terlalu cepat belajar tanpa pengawasan karena keadaannya dikatakan belum bisa.
"Apakah kau yang bernama Park Sehun?" Tiba-tiba seorang wanita datang menyapa, dia terlihat modis dengan pakaian dikenakannya. Bukan hanya itu saja, kacamata hitam memang pantas dia gunakan. Tentu saja namja muda disana langsung mengangguk, tanpa rasa curiga atau takut dia beratnya.
"Lalu bibi siapa aku belum pernah melihat bibi sebelumnya." Sehun mengedipkan beberapa kali mata polosnya, hal menarik adalah bahwa menipu orang bodoh itu menyenangkan dan mudah. Sampai akhirnya wanita itu bersorak dalam hatinya lalu merangkul namja muda itu. "Kebetulan aku kenal kakakmu, apa kau ingin bertemu dengannya?" Bidiknya seduktif sembari melihat sekitar, bisa dibilang cukup aman sekarang.
"Eoh kakak? Emmm... aku punya dua kakak. Maksud bibi kakak yang mana?" Wajah itu nampak penasaran tapi di sisi lain dia selalu ingat untuk tidak percaya pada orang asing. "Park Suho, kakakmu namanya Park Suho bukan? Dia bilang bahwa dia ingin kau menemuinya. Makanya aku menjemputmu." Seperti memberikan pengaruh dan masih memandang situasi.
"Ah Suho Hyung, bagaimana keadaannya aku sangat khawatir. Apakah dia sudah sembuh, pipinya warna merah."
Skakmat!
Wanita itu senang karena mangsanya begitu mudah terpengaruh, sedikit lagi dia akan bisa membujuk namja muda itu untuk ikut dengan nya. "Dia baik tapi dia bilang dia rindu padamu. Ayo kuantar kau sangat sayang pada kakakmu bukan?" Dia mengusap rambut hitam itu dengan lembut akan tetapi terlihat majemuk ketika ketidaksukaan itu muncul dalam senyuman palsunya.
"Tapi, bagaimana mungkin Suho Hyung rindu padaku. Dia selalu memarahi ku dan tidak mungkin dia mencari ku. Kalau aku di rumah pun aku diusir." Sehun mengatakannya dengan wajah polos tapi ucapan cukup masuk akal untuk orang sepertinya. Hanya saja dia tidak tahu bahwa wanita di depannya tak bisa pura-pura.
"Kau sangat sulit di atur ya, sudah aku bilang kalau kakakmu mencarimu Park Sehun." Lama-lama nada bicaranya menjadi menyeramkan, membuat wanita itu seakan tidak.bisa untuk melakukan munafik lagi. Dengan sebuah diamnya saja anak buah di belakangnya turun dari mobil. Mereka memiliki badan yang besar dan tatapan mengerikan menurutnya, tapi satu yang jelas. Sehun mengerti bahwa seseorang di depannya bukan orang yang baik.
"Eomma, appa... Gumamnya takut apalagi dengan tatapan bingung harus apa." Ketika mereka maju maka Sehun memilih melangkah mundur perlahan, ada tatapan takut di sana.
Tubuh gemetar dengan pandangan buram karena mau menangis, Sehun berharap ada orang yang menolongnya atau setidaknya ada ayah dan ibunya. Tapi kenyataannya kerongkongannya seperti tersumbat dan tidak bisa bilang minta tolong. "Aku tidak akan memaksa jika kau tidak keras kepala, ikut aku maka tidak ada yang terluka sayang." Bujuk wanita itu kini bersandar pada sebuah mobil.
Tatapan dimana wanita itu akan selalu menang dengan jabatan dan kekuasaannya. Sementara Sehun hanyalah seorang namja muda dengan keterbatasan mental.
"Lepas, aku tidak mau ikut. Jangan paksa aku, eomma... Appa tolong aku hikksss... Tolong aku."
Tubuh itu jatuh terjungkal ke belakang, botol air di lehernya pun juga karena tubuh gemetar itu semakin takut. Empat orang di depannya tidak suka berbelas kasih sepertinya hingga membuat namja muda itu menjadi membisu dan menangis.
"Kita lihat saja siapa yang akan menang, dasar namja keras kepala. Cepat bawa dia kalau perlu hajar dia kalau memberontak." Seseorang yang mengerikan begitu juga dengan perintahnya. Seberapa keras pun Sehun mencoba lepas pada akhirnya dia tidak bisa ketika dua kekangan tangan begitu kuat mencengkram. Dia berusaha memberontak tapi sia-sia karena tenaganya tidak seberapa. Begitu keras Sehun mencoba tapi mereka berhasil menghalaunya dan wanita itu kembali tersenyum menang.
"Lepaskan aku, aku tidak mau! Lepaskan aku-" jatuh tersungkur ketika seseorang memukul bagian belakang lehernya. Sakit belum sempat dia rasakan karena pada akhirnya dia seperti melayang di tuntun oleh seseorang.
"Cepat masukan dia ke dalam mobil."
Wanita dengan pakaian modis nya itu masuk dan di susul oleh beberapa anak buah di belakangnya. Tapi satu hal seorang wanita melihatnya dan itu adalah sang ibu yang mencoba menyusul mobil tersebut. Hanya sebuah usaha tak berhasil karena kakinya tersandung dan dia jatuh tersungkur di depan dengan bibir mengucapkan nama anaknya.
"SEHUN NAK! JANGAN BAWA ANAKKU, ANAKKU SEHUN?!"
Malang, kenapa dan siapa orang itu. Apa salah anaknya hingga dibawa pergi, takut terjadi hal buruk akhirnya dia memutuskan untuk pergi mencari suaminya. Melupakan belanjaan baru saja dia beli, haruskah dia memanggil polisi juga? Mungkin saja orang itu adalah orang yang bisa berbuat lebih buruk pada anaknya.
"Halo suamiku, kau dimana? Se-Sehun dia di culik hikkss... Tolong aku..."
-
Suho membuka matanya ketika dia mendengar suara memanggil namanya juga sebuah ketukan pada meja seperti jam dinding yang berbunyi. Itu adalah suara dimana dia sedang di kurung pada sebuah ruang. Apalagi pria disana kini mengembangkan senyum jahatnya, dia tidak bisa diampuni.
Belum juga matanya terbuka semua tapi sebuah air sudah banyak mengguyur wajahnya. Membuat Suho langsung terbatuk karena mulutnya kemasukan air. "Ku pikir kau mati ternyata nyawamu banyak, sangat beruntung karena kebanyakan orang akan mati setelah aku hajar. Bagaimana, kau menikmati mimpi indahmu?" Terdengar enteng sekaligus mengerikan tapi bukan Park Suho jika dia tidak memberikan sebuah tatapan tajam menusuk.
Tentu saja dia akan membunuh pria disana begitu bebas dari tempat busuk ini. "Berhubung kau sadar aku punya berita bagus, kakak ku akan membawa sesuatu untukmu. Kau pasti akan suka dan tetap di sini agar kau tidak membuat kesalahan." Santai sekali dan menepuk pipi lebam itu sengaja tanpa peduli ringisan kesakitan darinya. Sialnya Suho seakan tidak bisa melepaskan jeratan di tangannya, ikatan ini begitu kencang.
"Kau tidak akan mendapatkan apa kalian mau, biadab!" ucapan diantara nafas tersenggal Suho tidak mau menuruti perintah manusia setan di depannya. Tanpa ada ketakutan Suho melambungkan air liurnya begitu saja tepat mengenai wajah pria jahat di depannya. Oke, sepertinya ada yang sangat marah dengan langsung pria itu membuang muka, menatap muak sekaligus dendam. Dia memperhatikan air liur itu di tangannya.
"Hahaha kau sangat menjijikan!"
PLAAAAAKKK!
Terlalu bungkam dia akhirnya memukul dengan keras pipi itu hingga Suho jatuh berada di sisi kanan. Begitu kuat hantaman itu mengakibatkan namja itu kesakitan dengan menahan ringisan, tulangnya seakan patah jika terus seperti ini.
Mencoba bertahan walau sulit kendalanya seluruh tenaganya habis dan dia dihajar hingga tak bisa bicara banyak, ingin rasanya dia meminta bantuan polisi andaikan ponselnya tidak hilang. Lebih menyedihkan lagi dia tidak tahu bagaimana keadaan Chanyeol sekarang. Mendadak dia ingat bayang akan adiknya di rumah. Seharusnya sejak dulu dia tidak menuruti iblis di depannya.
Menyesal?
Bahkan untuk mengiris tangannya saja mungkin tidak akan cukup dan bukan itu yang diinginkan.
"Aku menyesal telah menjadi penurut mu, kau adalah manusia biadab yang pernah aku kenal. Kau akan mati!" Ucapnya penuh dengan ancaman, itu bukan sebuah permainan atau apa tapi kenyataannya adalah dia benar-benar membutuhkan keahlian seorang psychopat.
"Issshhh jika bukan karena kakakku, aku sudah meremukkan jantungmu. Lihat saja kau akan menyesal dan menarik semua katamu, kau tidak tahu berhadapan dengan siapa kau sekarang!" Tunjuk nya marah dengan tatapan mata nyalang.
"Tahu apa kau, aku bisa menghancurkan dirimu lebih dahulu." Ucapnya dengan serius, untuk sekarang dia tidak akan mau lagi menjadi pemberontak dia akan menjadi pembunuh mulai sekarang. Karena dialah yang membuat kehidupannya hancur dalam sekejap.
Pada akhirnya tubuh itu bergerak makin keras untuk memberontak, kedua kaki itu berusaha untuk mendorong dirinya sendiri. Minta di lepas hingga kursi itu bergerak dan bergesekan pada sebuah lantai. Percobaan yang sia-sia karena tali itu membelitnya dengan kuat tanpa memberi belas kasihan pada kulitnya.
Akhirnya dia berteriak dengan keras meluapkan emosinya juga kekesalan dalam dirinya. Sungguh bodoh memang dia tidak bisa melakukan hal ini dengan mudah, dia malah ingat bagaimana dirinya berusaha dan terus mengusir adiknya dari rumah.
"Hahaha lakukan saja sesukamu kau tidak akan berhasil melakukannya, ayo lakukan dasar pria bajingan. Kau tidak akan bisa membalas dan melawan, seperti kata kakakku kau hanyalah seorang budak." Dia menendang sekali tubuh itu dengan keras tak peduli jika Suho akan mati seketika jika dia salah menendang tepat di urat sarafnya. Masih sama dia melakukannya hingga puas dan tertawa dengan kejam, lupa dunia hingga suara ketukan berhasil membuat pria itu berhenti walau akhirnya pria itu mendecih tidak suka.
"JU-HO BUKALAH PINTUNYA APA KAU MEMBUATKU MENUNGGU HUH!"
Suara begitu keras hingga Suho mendengarnya, Juho itukah panggilan kecil wanita itu pada adiknya yang kejam, terdengar lucu karena nama kecil itu dianggap sebagai bukan kata pantas untuk pria katanya pembunuh.
"Awas saja kalau kau tertawa." Ucapnya nada mengancam sembari membuka pintu di sana, dalam hatinya merutuk sial karena kakaknya sudah membuat dia malu setengah mati dengan panggilan cukup kekanakan itu. "Kau tentu saja malu, kupikir kau tidak punya urat malu heh!" Jujur ini adalah hiburan karena dia bisa meledek, awalnya wajahnya terlihat bangga karena sudah melontarkan emisi ejekan tapi ketika melihat Sehun di sana mendadak emosi dalam dirinya terguncang.
Siapa pria yang di bawa masuk dengan kepala tertutup karung hitam disana? Sementara tubuhnya nampak tidak asing bagi seorang Park Suho. Dia memakai baju kemeja birunya dan tidak ada memberontak karena tubuhnya di bawa dengan cara dibawa diangkat seperti karung beras.
"Kau pasti akan menurut sudah kubilang kau adalah babu kami." Ucapnya dengan memukul sebuah tongkat yang dia ambil di sisi dinding disana. "Apa yang akan kau lakukan, katakan padaku apa yang kau lakukan huh!" Bentaknya dengan suara keras, dia juga berusaha bergerak dengan keras untuk bangun.
Ikatan itu tidak lepas bahkan sekalipun kakinya bergerak mencoba berontak, semua terasa sangat sia-sia hingga kedua matanya melihat bahwa tutup itu lepas dari wajahnya. "SEHUN, KAU KENAPA SEHUN. APA YANG KAU LAKUKAN PADA ADIKKU HUH! BIADAB, APA YANG KAU LAKUKAN!" Teriaknya keras hingga semua bisa mendengarnya, kedua pipinya langsung menempel begitu dekat dengan lantai kepala sebuah kaki menginjak dirinya.
"Kau tadi berlagak sekarang lemah, dasar bodoh! Kau bilang dia adik yang kau benci kenapa nampak peduli?" Karena ada maksut dia membantu kursi itu untuk bangun. Melepaskan tali itu dengan cepat dan meremehkan dengan jelas. Suho masih berusaha dengan keras apalagi dia murka melihat luka lebam bisa ada di wajah adiknya.
"Sialan aku akan bunuh kau, apa yang kau lakukan pada adikku. Sialan!"
Wanita disana sesungguhnya tidak menyukai kata kasar di menatap Suho dengan tatapan tajam. "Ikat dia bersama dengan adiknya, agar dia puas tanpa tahu bahwa aku sudah begitu baik padanya." Perkataannya begitu sombong apalagi dengan tangan memainkan kuku jari nya. Warna merah mencolok membuat mata sakit.
Diangkat nya tubuh namja muda itu tanpa peduli kalau Sehun sedikit sadar ketika bagian tengkuknya nyeri. Suho dihadapkan pada sebuah tembok dimana tangannya diikat bersamaan dengan tali sang adik. Apakah mereka berdua menjadi tahanan sekarang?
"Apa yang kau lakukan pada adikku, apa kau membuat dia terluka. Awas saja aku akan membunuhmu sialan!" Kedua mata itu kini menatap tajam, tak peduli jika yang dia hadapi adalah seorang wanita. Suho berhadapan dengan iblis jadi dia tidak berdosa jika melakukan ancaman.
"Kau hanya tahu bagaimana cara menyakiti adikmu, oh aku tahu kau melakukannya agar dia aman. Tapi sayang aku tidak sebaik itu, melihat kau terluka dengan adikmu berdarah mungkin akan menjadi menarik. Tunggu eksekusinya akan berjalan dan kau tidak perlu repot tenang saja." Kepala itu dia gerakkan menyamping, dengan kasar. Dia tertawa seiring melihat penderitaan orang lain, ini adalah hiburan untuk hidupnya yang kelam.
"Lihatlah wanita sialan aku sudah membuat penderitaan untukmu. Kau menyayangi anakmu bukan, lihatlah akan ada banyak acara yang akan ku gunakan melawan mu."
"Lepaskan aku wanita sialan! Aku akan membunuh, lepaskan aku!" Suho masih terus berusaha tapi di sisi lain dia tidak bisa melakukan gerakan menendang tembok atau dia akan membuat Sehun tak sadarkan diri terluka. Dia menjaga keseimbangan karena Sehun tidak sadar dalam keadaan tidak seimbang.
Nafasnya tersengal dan tatapan benci itu ada, dulu dia menatap benci itu untuk adiknya tapi sekarang tidak lagi.
"KAU AKAN MENYESAL, KAU AKAN MENYESAL BODOH!"
Apakah itu sebuah ancaman, bahkan dikatakan sebagai gertakan pun sepertinya juga bukan. Hanya dianggap sebagai sandiwara lucu tak bermutu.
Pergi meninggalkan keduanya, dia mempercayakan keduanya pada dua anak buah disana. "Jaga mereka jangan sampai lolos aku akan memotong gaji kalian jika mereka sampai lolos." Dia memberikan kunci gudang pada kepercayaannya. Bukan hanya itu saja lirikan tajam dia berikan ke arah Suho, sedikit nakal dengan mengedipkan sebelah matanya.
Sebenarnya dia menyukai namja muda itu atau tidak? Atau memang tabiat nakalnya ada sampai dia menjadi tua? Jika Suho tahu bahwa masa lalu wanita itu dengan ibunya tidak baik maka sudah jelas siapa yang salah sebenarnya. Tentu saja wanita itu lalu kenapa dia menyalahkan sang ibu, sampai sekarang Suho tidak percaya kalau ibunya orang yang tidak baik seperti wanita itu bilang.
Sial!
Sepertinya dia dan sang adik terjebak, hanya panggilan lirih yang bisa dia lakukan. Tubuhnya juga sedikit lemas karena perutnya belum terisi. "Sehun apakah kau baik? Apa kau sudah sadar? Kenapa kau bisa ada disini Saeng." Dia mengetuk keningnya di tembok, sungguh malang nasib keduanya. Dia tak masalah jika dirinya mengalami hal ini, tapi kenapa sang adik harus ikut juga. Padahal dia berusaha membenci Sehun agar wanita itu tak berani mengganggu, berharap bahwa usahanya mengubah pikiran kalau Sehun bukan orang berarti baginya berhasil.
Takdir berkata lain, yang dia lakukan semua itu tak ada artinya dan gagal.
Untuk sesaat sang kakak ingin bernafas pasrah hari ini.
.
Suara tangis seorang wanita itu tercekik, dimana dirinya menjadi ibu paling gagal di dunia. Tak seharusnya dia meninggalkan sang anak sendiri, dia juga tidak bisa melakukan keputusan untuk membuat Sehun langsung mandiri. Dia menyalahkan dan mengatakan bahwa dia adalah ibu paling bodoh dan teledor.
Sang suami berusaha keras untuk menenangkan istrinya dia memeluk dan mengatakan ucapan penenang. Tapi, semua itu percuma karena wanita itu sudah kehilangan kepercayaan dirinya dalam ungkapan bahwa dia bisa menjaga sang anak.
"Kai bisakah kau menjaga rahasia ini dari Chanyeol jika sudah sadar kami tidak sanggup, kami takut jika keadaannya akan memburuk. Polisi bilang mereka akan segera menemukan pelaku." Sang ayah nampak pucat dan lelah dia juga tidak istirahat seharian. Sungguh hal ini membuat bebannya semakin berat untuk dia bawa.
"Tapi bagaimana kalau Chanyeol memaksaku untuk jujur, anda tahu dia sangat peka apalagi mengenai adiknya." Kai menjawab dengan nalarnya, dia hafal kalau temannya itu bukan orang yang mudah untuk di buat percaya. Sekalipun dia berbohong maka Chanyeol akan marah besar dan tidak akan percaya lagi.
"Katakan saja kalau Chanyeol di rumah dan dia istirahat. Nanti aku bantu untuk meyakinkannya, juga tolong bawa istriku pulang dia harus istirahat dan makan." Dia memberikan kepercayaan pada anak muda di depannya, dia anggap Kai sebagai anaknya juga di satu sisi dia juga kenal dengan sang anak membuat dia tak khawatir lagi. "Aku tidak ingin pulang suamiku, aku ingin menunggu Sehun. Tolong cepat temukan dia hikksss... Aku tidak mau sesuatu yang buruk terjadi padanya." Ucapnya memohon dengan mata sembab mendongak nya. Dalam hatinya dia berdoa dan berharap jika semua baik saja tapi hatinya tidak akan bisa lega sampai kapanpun.
"Dengar istriku aku tidak ingin kau sakit, ingat kesehatanmu juga penting jika anak kita tahu kau sakit mereka akan sedih. Biarkan Kai antar kau nanti aku juga akan istirahat lalu jika Sehun di temukan aku akan langsung menghubungimu." Ucapan dengan kata lembut dia juga tidak bisa membiarkan air mata itu jatuh. Selama dia menikah dengan istrinya tak pernah pun dia kasar atau membuat dia menangis, hanya mungkin perdebatan salah paham yang maklum terjadi dalam rumah tangga.
"Bibi benar kata paman, percayalah Sehun pasti akan di temukan." Kai mengulum senyum dan mengatakan hal itu untuk membantu ayah Chanyeol. Akhirnya setelah satu menit berfikir, wanita dari tiga anak itu mengangguk setuju. Dia akan menurut karena dia sadar ini juga untuk kebaikan. Kai menatap sang paman sekali lagi dan mengangguk, mendapatkan balasan sama akhirnya dia membawa pergi sekarang.
Tapi hal itu masih mengganjal dalam hati sang ayah ketika dia tidak bisa mengatakan sejujurnya. Sehun bahkan tidak tahu ada di mana, haruskah dia meminta tolong pada Suho sang anak? Ah, apa mungkin bahkan pesan dia kirim pun belum dibalas sampai sekarang. Dirinya juga tidak tahu dimana anak pertamanya sekarang menetap.
"Apakah benar jika Sehun di culik, siapa orang nya dan kenapa?" Tiba-tiba seseorang datang dari belakang dan mengatakan dengan ucapan sedikit menohok nya. Dia adalah sang dokter muda yang baru saja selesai merawat Chanyeol. "Dokter bagaimana keadaan anakku apakah dia baik?"
Bukan...
Bukan jawaban ini yang Kyungsoo inginkan, dia mendapatkan jawaban tak memuaskan karena kepala rumah tangga di depannya malah bertanya balik. "Keadaan Chanyeol baik dan kami bisa menunda keadaan buruknya. Tolong katakan kenapa Sehun di culik siapa pelakunya?" Kyungsoo sedikit tidak sabar menatap tajam diantara dua bola mata bulatnya. Dia memasukkan stetoskop itu dengan sedikit tidak sabaran dalam kantungnya. Kenapa dia tidak bisa mendapatkan jawaban langsung? Sementara hatinya tidak karuan dengan pernyataan adiknya yang hilang kemana.
Sadar jika rasanya percuma menyembunyikan segalanya dari orang yang juga dekat dengan bungsu membuat dia menghembuskan nafas lelahnya. Dia tidak bisa membuat hal semakin tertutup, kenyataannya takdir mengijinkan Kyungsoo mendengar obrolan dirinya dengan sang Kai tadi.
"Istriku melihat Sehun dibawa oleh empat orang dan seorang wanita dengan penampilan megah. Dia membawa Sehun dengan mobil Van hitam. Kebetulan istriku juga melihat plat nomornya , kamu sudah melaporkan pada polisi kata mereka akan berusaha untuk menangkap penculik tersebut." Jelasnya dengan wajah sendunya, dia sudah kehabisan akal bagaimana cara agar dia menolong anaknya. Di satu sisi harus ada yang mengawasi Chanyeol, dia juga takut kalau anak keduanya juga di bawa apalagi Chanyeol cukup lemah keadan nya.
" Empat pria dan wanita, apakah mereka punya masalah dengan Sehun atau sebaliknya. Apa salah Sehun, kenapa dia bawa. Apakah anda tahu apa nomor platnya?" Kyungsoo sedikit kesal dia menjambak rambutnya sendiri dan menghembuskan nafas jengkel, dengan harapan dia akan menemukan sang adik dengan meminta ijin untuk pulang lebih awal. Karena dia ingin menyelamatkan sang adik.
"Ya, aku masih ingat dia punya plat AZ 1377 itu kata istriku. Tapi jika anda pergi siapa yang akan memeriksa anakku, aku khawatir juga dengan keadaannya."
"Baiklah aku akan membantu mencari, anda tenang saja seniorku akan mengatasi jika sesuatu terjadi pada Chanyeol." Kini dia harus segera bergegas, dalam diamnya sang ayah bersyukur masih ada orang baik yang mau membantu.
Kyungsoo mengerti sekarang memang cukup sulit bagi orang tua menghadapi situasi dimana anaknya mendapatkan masalah masing-masing. Tapi untuk sekarang sang ayah menghadapi anaknya mendapatkan tragedi, kini Kyungsoo melihat jam tangan di pergelangannya dan membuat jadwal sendiri. Dirinya berada di dekat kantor tempat dimana dia dan lainnya mengerjakan tugas medis ketika tidak ada pasien.
"Suster tahukah kau dimana dokter Jang berada aku harus meminta ijin karena sesuatu mendesak." Sedikit ngos-ngosan karena dia berlari menyusul salah seorang suster disana.
Sadar jika dia tidak punya waktu membuat dia langsung berlari menuju parkiran mobil, sebelumnya dia sudah mengambil semua peralatan seperti dompet dan ponsel. Dia juga mendial nomor darurat bahaya, jika terjadi sesuatu yang buruk maka ponselnya akan menampilkan maps keberadaan dirinya. Beruntung ibunya adalah pekerja ahli dalam bidang seperti ini.
Mungkin dia akan kena marah kedua orang tuanya karena mengabaikan keselamatan untuk menyelamatkan seseorang penting baginya. Nyawa dibayar nyawa, seperti itukah pembalasan yang akan dilakukan Kyungsoo?
"Kyungsoo kau dimana kenapa pulang mendadak apakah ada masalah?" Tanya temannya dari panggilan ponsel yang baru dia terima. Dia sudah membuat khawatir temannya itu. "Kau tenang saja aku baik, tiba-tiba ada urusan keluarga mendadak." Ucapnya bohong sebenarnya dia ingin mencari dimana Sehun dengan menggunakan aplikasi yang dia pasang. Sebenarnya di dalam tas Sehun ada ponsel yang dia berikan tapi entahlah apakah Sehun memakainya atau tidak. Sementara itu dia masih meniti setiap seluk beluk kemungkinan penjahat membawa korban.
Kyungsoo berfikir kalau rumah kosong dan gudang bekas akan menjadi tempat yang cocok jika membawa sebuah tahanan ke sana. Jika di dalam rumah si penculik akan menjadi resiko bagi mereka, memang Kyungsoo tidak pernah belajar mengenai kepolisian tapi dia cukup pandai ketika menggunakan nalar.
"Tuhan apa yang harus aku lakukan, kenapa ponsel Sehun tidak merespon. Apakah dia tidak menghidupkan ponsel nya?" Dia merutuk kesal ketika tidak mendapatkan petunjuk pertama, karena sinyal radar tidak menangkap ponsel milik bungsu. Tapi tidak ada kata menyerah dan selama di perjalanan dia melihat sekitar, siapa tahu Sehun berhasil kabur dan lari ke jalanan. Jika dilihat Sehun tidak terlalu bodoh dan sudah banyak diajarkan olehnya tentang apa dan cara menghadapi orang asing.
Termasuk kesempatan lari dengan masuk di tempat ramai agar orang tidak berani untuk membawanya.
Berulang kali Kyungsoo mencoba mengakses radar tapi selalu gagal hingga pada akhirnya ada titik yang tersambung pada sebuah maps.
"Sehun!"
Melaju dengan cepat dan menginjak gas secara langsung. Dia menerobos secara langsung lampu merah agar segera sampai di tempat tujuan. Itu hal nekat yang dia lakukan karena seorang penolong jiwa malah mencari kematian dengan cara ekstrem.
Kyungsoo bisakah kau tenang demi keselamatan mu juga?
-
Sehun mendengar beberapa kali panggilan di telinganya, ini seperti suara kakak yang mencoba untuk membangunkannya dari rasa tidak sadarnya. "Sehun buka matamu, apa kau mendengarkan ku? Hei Sehun bangun kau baik bukan?" Tanyanya dengan hati-hati lantaran ruangan di sini tidak kedap suara.
"Nghh... Hyu-hyung." Ucapnya dengan sedikit nafas pelan, beberapa kali Sehun mengedipkan kedua kelopaknya. Dia berusaha mengumpulkan kesadarannya persis seperti orang yang baru bangun tidur.
"Ak-aku dimana, eh Su-Suho hyung ke-kenapa bisa ada disini." Mendadak tubuh Sehun menjadi merinding terlebih lagi di belakangnya adalah sang kakak yang ada disana. Dia memang takut, tapi dirinya lebih takut ketika tahu diikat di tempat kotor seperti gudang ini. Ini bukan rumahnya dan ini bukan kamarnya, dalam isakan lirihnya dia menangis dengan sendu sembari menyebut nama orang tuanya.
"Eomma... Appa hikkss... Hunie takut, hikksss eomma appa, Chanyeol Hyung hikksss..." Tubuh itu bergetar takut dan meminta tolong untuk segera keluar dari sini. Sejenak dia lupa dengan siapa dia ikut dikurung.
Suho terdiam mendengar tangisan sang adik, diantara rasa kasihan dia juga ada perasaan marah. Kenapa sang adik tidak menyebut namanya padahal dia tepat di belakangnya. Ngilu dan sakit itu ada hingga seluruh urat dada itu dia rasakan dengan sangat jelas. Suho menganggap bahwa ini adalah sebagian hukuman Tuhan padanya, dia juga tidak akan menyangka kalau akan menjadi sakit seperti itu.
"Sehun apa kau bisa diam! Kau mengganggu bodoh!" Ucapnya ketus itu di sengaja untuk menyembunyikan rasa sakitnya juga sedihnya. Ya... Suho melakukannya karena dia memiliki rasa sayang dalam bentuk beda. Sadar sang kakak marah membuat Sehun langsung diam dengan menoleh ke belakang melihat kakaknya yang tajam.
"Maaf Hyung ta-tapi aku takut aku tidak mau di sini." Mencicit lirih dengan suara memelas nya, Sehun juga masih mengeluarkan air mata cukup deras hingga sembab. "Kau pikir aku juga mau disini! Mending diam dari pada berisik!" Caci nya dia juga mempertegas amarah hingga alisnya bergerak miring turun.
"Maaf Hyung tapi aku sangat takut." Ingin rasanya Sehun memeluk sang kakak tapi dia sadar kalau kakaknya mana mungkin mau. "Menyebalkan kau membuatku repot! Lebih baik bantu aku cari cara melepaskan ikatan ini idiot!" Kesal dan marah dengan alasan untuk menutupi kebdohan adalah cara paling bodoh milik Suho. Pada akhirnya semua sama saja karena Suho tidak bisa membalikkan waktu.
"Sehun tidak punya ide apapun Hyung." Ucapnya dengan mencicit sangat takut, dia menundukkan kepala dan menangis ini sama halnya dengan jiwa anak kecil yang kebingungan apa dan bagaimana dia melakukannya. Tapi Suho dalam hati kecilnya memaklumi ini semua walau pun dia masih menggunakan kata tegas dan menyakitkannya.
Menelusuri setiap inci ruangan dia menemukan sebuah benda tajam seperti beling yang pecah. Ya, itu adalah botol minuman yang menancap disana mungkin benda itu adalah benda yang tidak sengaja menyangkut ketika pertarungan tadi. Suho membela diri namun gagal tapi jejak pembelaannya masih ada disana.
"Sehun coba bergerak ke sana, kita harus bebas dan tolong jangan merengek." Ungkap Suho penuh harap dengan tatapan yakin. Tapi sayang Sehun tidak bisa melihat dengan jelas bagaimana tatapan perhatian kakaknya dan sedikit beruntung karena lebam tidak nampak.
Semoga semua baik saja saat ini.
......
TBC...
Selamat malam semua semoga baik-baik saja sekarang, jangan lupa untuk tetap jaga kesehatan dan tidak lupa untuk mengatur pola makan.
Apakah kalian suka dengan chapter ini? Semoga tidak bosan ya, dan beri dukungan untuk ff ini karena kalian adalah semangatku.
Tetap semangat dan bahagia untuk kita semua. Cepat pergi pandemi agar Indonesia kembali menjadi lebih baik.
Gomawo and saranghae...
#ell
28/09/2020
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro