Runaway (52)
"Pergi melarikan diri, menyelamatkan dari bahaya. Sesuatu yang berharga harus di jaga bukan?"
(Author **** POV)
Awalnya pintu itu tertutup tapi ketika seseorang dari luar membukanya pandangan akan sepi disana terjadi saat tidak ada dua orang tahanan disana. Tentu saja hal itu membuat empat penjaga disana kebingungan.
Dengan keras mereka membuang nampan berisi makanan dan salah satunya keluar hendak memanggil bantuan penjaga di luar.
"Dimana mereka, cepat cari di setiap sudut ruangan! Aku yakin mereka bersembunyi!" Salah seorang berteriak, sepertinya dia adalah pemimpin. Ketika salah satu anak buah hendak memeriksa di balik pintu tubuhnya jatuh terjungkal ke belakang tak sadarkan diri. Dirinya mendapatkan tendangan telak dan kuat dari seseorang.
Ucapkan selamat datang pada Park Suho yang brutal dengan membawa sebuah balok kayu dari kepingan meja yang rusak.
"Itu dia! Tangkap, jangan biarkan lolos!" Ucap salah satu penjaga lainnya, dengan cepat keduanya hendak menangkap tapi hal itu sia-sia karena Suho membuat pembelaan kasar hingga keduanya jatuh. Dia menendang dan memukul, menggunakan kuda-kuda sebagai pertahanan bela dirinya yang mutlak.
Bertahan atau mati!
Situasi disana semakin mengerikan ketika lehernya hampir bisa tercekik. Salah seorang yang belum tumbang telah menangkapnya, sedikit sulit karena pria di belakangnya punya stamina yang cukup kuat.
"Aku mendapatkan satunya kau cari yang akh-"
BRUKKKK!
Suho merasa lehernya bisa bernafas dan bebas dari cekikan lengan yang menyesakkan. Itu bukan hal menyenangkan karena pada akhirnya dia melihat dari belakang sana seseorang berdiri dengan kaki gemetar.
"Kau?" Suho memicingkan mata tak percaya, dia melihat bagaimana namja muda itu menatap tak karuan ke arah sana. "Aku ingin pipis.. ummmhhh..." Menyaksikan kedua kakinya sendiri bergetar.
"Kau menggunakan apa hingga dia pingsan?" Ucapnya merasa heran karena dia tidak melihat satu benda pun di bawa olehnya. Sehun menatap polos dengan mengedipkan matanya, dia sendiri juga bingung dan tidak percaya bahwa caranya ampuh.
"Ak-aku menggunakan kepalaku. Tadi aku mendorong dari belakang. Rasanya ternyata sakit." Sedikit lucu saat dia memukul pelan kepalanya yang puyeng. Membuat sang kakak pertama berdecak sedikit kagum, sekeras itukah kepala Sehun sampai orang yang badannya lebih besar darinya pingsan.
Mungkin saja itu keberuntungan lantaran pria itu menubruk di lantai juga. Tak membuang waktu dan ada kesempatan Suho langsung menarik namja muda itu agar ikut berlari.
"Suho Hyung apa kita akan keluar, aku tidak mau disini." Rengek Sehun dengan wajah takut sesekali menoleh ke belakang. Tapi sayangnya dia melihat dua orang mengejar dari kejauhan. "HEI ITU MEREKA CEPAT TANGKAP!" seperti di kejar oleh para penjahat dengan kaki yang mulai lemas, termasuk Sehun mengalami hal gila semacam ini.
"Sial, mereka menemukan kita." Rintik Suho yang mempercepat langkahnya dan mau tidak mau Sehun harus demikian. Dia terus saja merengek seperti bayi tapi kakaknya memang keras hingga di tengah pelariannya mencari jalan keluar Sehun bungkam seketika.
Memang dia sedikit tidak tega tapi dia harus melakukannya atau acara melarikan diri ini akan lebih sulit. Ini saja Suho kelimpungan karena tubuhnya juga remuk dan babak beluk akibat perkelahian di awal. Pada akhirnya dia menemukan sebuah ruang dengan cahaya berpendar dari arah sana.
Mungkin saja itu jalan keluar mengingat ini hanya pabrik kaus kaki yang sudah tidak terpakai. "Suho Hyung apa kau yakin akan kesana. Sehun ragu soalnya." Dia memainkan tangan takut seperti menolak menahan gerakan kakaknya untuk tidak berlari kesana. Gelengan kepala terjadi tentu saja sang kakak menjadi sedikit kesal karena namja muda di belakangnya memiliki mental seperti bayi.
Sepertinya sang kakak pertama memang tidak terlalu memahami adiknya hingga dia berpendapat apa yang dia pilih adalah benar. Memaksa dengan keras hingga si bungsu kembali menurut dan mengikutinya.
Tapi....
"Hei siapa mereka?" Tatapan datang dari sekelompok orang dengan seragam dua orang yang mengejar keduanya tadi. Oh... Apakah ini serius? Kenapa wanita itu begitu mengerikan dengan membawa anak buah begitu banyak. Demi Tuhan jika ada kesempatan dia akan menghabisi wanita itu sekarang juga, tak peduli jika nama baiknya dan penjara akan mengurungnya.
Menjadi penjahat lebih baik ketimbang mati di tangan wanita jahanam seperti dia.
"Sehun bersembunyi lah di belakang ku. Jangan lepaskan tanganku oke." Seru sang kakak serius dia tidak bisa menahan emosinya sekarang yang ada adalah, dia ingin menghajar seseorang.
"Tidak akan, aku tidak mau lepaskan hyung." Gelengan kepala dengan harapan dia tidak mau berpisah dengan sang kakak.
-
Park Soo Min dia sendiri tidak nafsu untuk mengisi perutnya dengan makanan di depannya. Dia tidak berselera dan memilih untuk diam dengan menyesap teh hijau favoritnya. Oh, minuman favoritnya saja sekarang sudah tidak terasa enak di lidahnya. Dia memikirkan semua anaknya sekarang, ketika dia melihat sekitar rumahnya.
Suasana sepi membuat hatinya menjadi sangat tidak menyenangkan. Kesedihan itu terus berlanjut lantaran tidak ada kabar bahwa Sehun ditemukan dan dia bukan ibu yang baik yang tidak mampu menjaga anaknya.
Mengingat bagaimana Sehun memberontak mencoba melepaskan diri disana saja membuat dia sedih. "Ibu macam apa aku, melindungi anak sendiri pun tak mampu. Apakah aku bisa memperbaiki semua hikksss...." Wajah pucat tanpa semangat, ditambah kelopak bawahnya yang sembab kemudian.
Dia kacau memang tapi hal itu tak mengurangi kecantikan alaminya. Ketika dia mendapatkan pesan sang suami beberapa menit yang lalu dia merasa bahwa hatinya cukup lega. Lantaran Chanyeol siuman dan dia baik saja, dia takut jika anak keduanya pergi meninggalkannya.
Menyesap kembali teh hijaunya dan memandang sup buatannya yang mengepul. Dia merasa bahwa harinya masih separuh runtuh, kemana arah takdir berpijak padanya. Sampai akhirnya seseorang mengetuk pintu dan membuat si pemilik rumah nampak tak nyaman.
Sejujurnya dia ingin sendiri untuk menenangkan hatinya. Tapi, bagaimana kalau itu pihak polisi yang mengantarkan Sehun pulang?
Ketika dia sedang melamun sebentar suara ketukan itu kembali terdengar dan mau tidak mau Soo Min membuka pintunya. "Iya sebentar." Balasnya setelah mendengar beberapa kali ketukan rumah dengan sangat kencang.
"Selamat siang apakah ini rumah dari Park Soo Min?" Seseorang melakukan sapaan ramahnya dengan balutan baju casual modern yang apik di tubuhnya. Wajah sombong dengan tatapan sedikit menusuk dari kacamata hitamnya, hal itu tak di sadari memang. Tapi yang menjadi buah bibir dalam hatinya siapa wanita di depannya, tak sekalipun dia mengenalnya.
"Permisi, anda siapa. Maaf kenapa anda bisa tahu rumah saya?" Sebelah alisnya terangkat dia melihat dari bahwa hingga atas.
"Apa anda tidak mengenalku, aku yakin kita pernah bertemu." Dia sengaja memancing dilihat dari gerak dan cara bicaranya. Dengan sedikit congak dia melangkah masuk tanpa permisi. Tentu saja hal itu membuat si pemilik rumah merasa terheran dan sedikit tidak suka dengan sikap orang asing di depannya itu.
Jika di lihat wanita di depannya adalah seorang sosialita kaya, dan sungguh dia tidak pernah mengikuti sosialita manapun. Masih memiliki batas kesabaran pada akhirnya Soo Min mengulas senyum serta meminta dengan halus agar orang di depannya segera keluar dari daerah kuasanya.
"Maaf, tapi anda tidak sopan masuk rumahku tanpa ijin. Bisakah kita mengobrol di luar saja dan apa yang anda mau sebenarnya." Jujur jika saja dia tidak punya masalah sudah sedari tadi dia memberikan kemarahan pada wanita ini. Dia sempat berfikir apakah dia teman suami nya, tapi jika dilihat dari perangainya mana mungkin sang suami mau berteman dengan wanita macam itu.
"Kau sangat rapi menata rumahmu, tapi maaf aku tidak ingin bicara di luar karena aku ingin mengatakan hal serius." Dia memainkan jarinya dia atas punggung tangannya, menatap anggun dan mengangkat dagunya. Seperti dia sang ratu yang haus akan sujud para rakyat.
"Maaf tapi ini rumahku, aku tidak nyaman dengan tindakan lancang anda. Jika ada yang ingin dikatakan, lekas saja." Dia membuat kejengkelan luar biasa, bukankah seseorang harus menghormati lainnya? Tapi dalam hal ini dia tidak bisa memberikan rasa hormat atas ketidak sopanan.
Dengan bangga dia enggan menolak hal itu dan membuka kacamata hitamnya. Memberikan waktu agar wanita di depannya bisa melihat siapa dia. Ketika kedua mata itu beradu dengan pandangan berbeda pada masing-masing orang. Beberapa detik kemudian Soo Min merasa bahwa dunia sudah gila di depannya.
"Kau..." Perkataan sedikit menggantung dengan tangan menutup mulutnya terkejut. Dia tidak akan menyangka akan ada kawan lama datang kesini dengan tampilan berbeda. Juga dia tidak ingin melakukan sambutan selamat datang padanya, masih ingat dengan keburukan apa yang dilakukan Soo Kyung hingga dirinya mendapatkan masalah dan mempengaruhi kehidupan nya.
"Untuk apa kau datang kesini wanita jahat!" Telak Soo Min dengan atensi tingginya. Tatapan murka juga bola mata membulat nyalang, dia merasa kalau orang di depannya tidak pantas datang ke rumah juga kehidupan nya.
"Kenapa kau sangat marah kau tidak mau menyambut teman lamamu Jung Soo Min, ah... Aku lupa kau sekarang sudah menikah dan menjadi marga Park." Ada senyum disana tapi bukan senyum ramah tamah melainkan senyum setan yang membuat si pemilik rumah muak.
"Sebaiknya kau keluar atau kesabaran ku akan habis. Kau tahu kau bukan tamu diundang kesini dan aku muak melihat mu!" Dia membuka pintu itu lebih lebar, dengan sarkatik dia mengusir sahabat lamanya itu. Juga berharap agar dia tidak kembali lagi.
"Kau mengusirku tapi aku tidak mau, karena aku masih ingin berhadapan denganmu. Kau tahu kita memang musuh dan aku setuju. Tapi bagaimana kalau aku sekarang menang untuk menjatuhkan mu?"
Tatapan kemenangan tapi hal itu tak membuat Soo Min gentar dia merasa bahwa wanita di depannya punya pemikiran licik seperti ular. Bukan hanya dia saja yang membencinya tapi dulu seluruh kelas juga lantaran dia mempunyai sejarah yang buruk sebagai warga SMA.
"Kau membuatku muak, lebih baik pergi atau aku panggil polisi untuk mengusir mu!" Bukan main ancamannya dengan cepat dia mengambil ponsel, dia akan membuat wanita itu tak mengganggu kehidupannya. Bahkan mempidana nya tak masalah.
"Kau melakukannya sama saja kau akan kehilangan kesempatan untuk mendapatkan Sehun kembali."
Diam.
Apa yang dia dengar itu bukan sebuah kepalsuan, darimana wanita itu tahu nama anaknya. Kenapa dia juga tahu kalau Sehun menghilang, membalikkan tubuhnya dan menurun kan panggilan ponselnya. Dia mencancel panggilan itu dengan tatapan tak percaya.
"Apa yang kau katakan itu wanita sialan!" Mendadak sifat murkanya muncul dan ucapan tajam itu seakan menusuk di telinganya. Tapi Soo Kyung tidak peduli akan hal itu karena baginya kemenangan semakin dekat di matanya.
"Ya, Park Sehun anak ketiga mu. Dia ada di tempatku, bagaimana cukup menegangkan bukan ketika aku berhasil melatih anak buah ku untuk membawa anak kekuranganmu itu." Dia duduk dengan santai seolah itu rumahnya, ada senyum cantik disana dan dengan santainya dia mengambil satu buah anggur di depan meja sana.
Memasukkannya secara anggun seperti seorang putri dan mengunyahnya pelan seperti ratu. Dia menatap Soo Min seolah musuhnya itu adalah rakyat jelata yang butuh dikasihani.
"Apa yang kau lakukan dengan anakku, kenapa kau melakukan ini padaku. Apa kau telah..." Tangannya menggenggam erat ponselnya hingga bergetar benda tersebut. Dia juga tidak bisa menahan air mata kemarahannya, bukan salahnya jika dia harus menghancurkan dapurnya sekarang.
"Kau bisa menebaknya bukan? Anakmu sangat berisik dan terus merengek takut. Tapi itu tak masalah dan jangan khawatir dia tidak sendiri. Anakmu Park Suho juga sudah aku tangkap karena kami punya hutang." Dia meminum teh hijau buatan tangannya, sejak sedari tadi tangannya cukup usil untuk membuat sesuatu. Dia juga tidak canggung untuk mengulas senyum cantiknya, dia bisa sombong karena dia kaya.
Soo Min merasa bahwa dunia di sekitarnya gelap sekarang. Apa yang dikatakan wanita itu adalah kebohongan? Tapi jika tidak... Kenapa dia bisa tahu nama anaknya. Ini salah... Ini tidak benar. Apakah Soo Kyung berusaha menghancurkannya dari dalam? Apakah dia ingin meremukkan setiap hari kehidupan keluarganya.
Dengan mantap dia mendekat tapi tak melunturkan tatapan tajam miliknya. Gemerutuk gigi dengan dendam masa lalu itu muncul mendadak serta perlahan. Dia menghembuskan nafas untuk tenang karena dia tidak bisa langsung membuat pemberontakan.
"Apa yang kau inginkan, kenapa kau melakukan hal ini padaku. Apakah kau ingin menghancurkan ku?" Soo Min menggertak melalui setiap giginya kesal, dia juga tidak takut jika harus menghajar wanita di depannya. Untuk apa dia takut karena dia adalah seorang ibu.
"Kau masih sama, berani dan menggertak. Kehilangan nyawa tiga tidak membuatmu ciut ya." Dia menepuk pundak musuhnya dengan santai, dia juga tersenyum sombong. Sekaligus mengatakan inilah aku yang baru bukan lama. Dia juga sedikit mengatakan hal kasar dimana dia masih menyimpan dendam kesumat masa lalunya melalui bidikannya.
"Kau saja yang belum berubah, apa kabar dengan kehidupan mu yang hancur berantakan. Apakah sudah membaik, oh iya bagaimana keadaan anak kedua mu Park Chanyeol. Aku salut karena kau punya tiga anak yang tampan." Duduk kembali ke bangku makan dan menyesap minuman di cangkir sana. Ini nikmat seperti dia menginjak harga diri seseorang.
Memancing emosi adalah sesuatu yang mudah tapi menjatuhkan harga diri perlu usaha kuat. Dia memang licik dan picik menggunakan seorang anak untuk menyerang musuhnya, andaikata dia seorang ibu apakah dia mau diperlakukan begitu. Katanya manusia punya hati sebagian tidak hingga menimbulkan konflik berkepanjangan.
"Kau sangat jahat, kenapa kau melakukan hal buruk pada anakku. Dimana Sehun! Dimana Suho kenapa kau menculik kedua anakku, apakah kau akan melibatkan anak keduaku juga huh!" Saking emosinya dia menggebrak meja dengan kuat, dia tidak ingin semua anaknya masuk dalam lubang kejam wanita di depannya. Apakah suaminya tahu masalah ini, jika iya akan lebih mudah karena Chanyeol harus aman sekarang.
"Kau pikir aku akan melakukannya, aku hanya bilang apakah anakmu baik saja? Kenapa aku harus repot karena sebentar lagi dia juga akan mati." Menyesap hingga habis minuman dalam cangkirnya. Menyisakan sebuah ampas teh di dalam sana. Mungkin dia bisa meramal bagaimana nasib dari sebuah ampas teh pada peramal.
Gagal atau beruntung?
Tidak... Dia terlalu cantik dan kaya untuk menjadi wanita gagal. Begitu bangganya hingga memamerkan kuku merah merona disana. Semua dia lakukan hanya untuk menunjukkan bahwa dia menjadi wanita berhasil dan populer hingga saat ini.
Tapi tak peduli bagi Soo Min karena baginya Soo Kyung hanya wanita murahan.
"Kau jangan mengatakan hal seperti itu atau aku akan melakukan hal yang bisa membuatmu menyesal." Ucapan sarkatik itu mengingat dirinya akan yang dulu. Gadis SMA yang galak dan juga berani dalam membuka sebuah rahasia.
Dendam tetaplah dendam, karena keberaniannya lah membuat dirinya harus menanggung malu serta berusaha hidup dalam dunia dewasa yang keras.
"Kau masih sama, kau tahu ucapan sarkatik mu sudah menghancurkan ku. Apa kau pikir aku akan menerimanya begitu saja huh?" Dia mendadak menjadi wanita penyihir dengan ucapannya yang sangat tajam. Begitu mudahnya baginya untuk menghancurkan benda milik orang lain. Membuat si pemilik rumah merasa bahwa daerah kekuasaannya terganggu.
"Kau sangat kaya tapi kau perusak. Apa yang salah dengan tindakanku. Memang benar bukan? Aku melakukannya juga untuk kebaikanmu. Bagaimana jika dia mengambil mahkotamu dan tidak bertanggung jawab, kau seperti lupa bagaimana perangai kekasihmu dulu!" Semburat amarah itu ada. Hingga dia merasa bahwa apa yang dikatakan itu benar.
"Ya karena kau cemburu bukan? aku berpacaran dengan Han Chul!" Dia terlalu bangga mengatakan hal itu. Tapi dia tidak menyadari bahwa ucapan itu cukup memalukan. "Untuk apa aku cemburu, aku tidak suka pria mesum seperti dia paham!" Tunjuk nya dengan keras dia bahkan menuding wajah itu tanpa rasa takut.
Tentu saja dia protes karena dia memang tidak menyukai kekasih mesum wanita itu tapi apa daya seakan elakan dia hanya ditanggapi dengan tawa remeh. Mengatakan dengan jelas dan lantang bahwa Soo Min tidak mengakui karena takut kalah. Jika saja tidak ada dosa untuk membunuh maka sudah sepantasnya dia akan membunuh Soo Kyung dengan brutal agar hatinya puas.
"Katakan dimana kedua anakku, atau aku tidak akan segan untuk menghajarmu!" Lantang sekali dengan kepalan tangan menunjuk ke sana sangat tegas. Kedua tatapan tajam itu sangat nyata hingga dia tidak lagi mengulas senyum.
"Kau masih bisa melakukan hapkido bukan? Aku akan meladeni mu. Kau dan aku kita bertarung siapa yang kalah dan siapa yang menang. Kali ini kita gunakan senjata, aku akan tunjukkan dimana anakmu jika kau menang. Tapi jika kau kalah aku ingin kau memberikan seluruh aset kekayaanmu padaku."
Hal gila macam apa ini, bahkan wanita di depannya haus akan darah tapi Soo Min rasa bukan hanya itu yang diinginkan Soo Kyung sebenarnya. "Aku tahu kau tidak ingin aku kehilangan harta saja bukan? Kau ingin aku hancur juga bukan?" Kau bisa katakan dengan jujur tanpa harus takut kalau aku benar.
Benar saja, dia tertawa terbahak setelahnya. Sungguh permainan menyenangkan meski usia mereka tidak muda. "Ya, kau sangat pintar aku memang ingin menghancurkan segalanya dalam dirimu. Aku tidak akan menunda lagi." Begitu lirih geraman yang muncul di bibirnya, dia seakan menahan segala ekspresinya meski santai tapi percayalah bahwa dia punya siasat bagaikan racun ular mematikan.
"Aku akan tunjukkan bagaimana hasil seorang ibu untuk mengalahkan mu!"
Dia mengambil alih kemudi suasana sekarang, ini rumahnya dan mereka anaknya. Jika siapapun menyakiti mereka maka sang ibu yang akan menghabisi penjahat itu secara langsung.
"Aku menyukai setiap selera ketegasan mu!" Ucapnya dengan menjilati bibir bawahnya.
-
Kyungsoo tak akan pernah tahu bahwa lawan di depannya sangat kuat jika tidak pernah menghadapinya. Dia menarik nafas dengan cepat saat berdiri dengan menepuk dadanya pelan. Hantaman kaki mengenai dadanya setelah tinjuan tangan dia kenakan tepat di wajah pria di depannya.
"Kau sangat tangguh, padahal kau seorang dokter." Dia mengulas senyum menangnya tapi Kyungsoo merasa bahwa dia harus lebih serius menghadapinya. "Kau juga sangat kuat untuk membalas perbuatan ku." Darah keluar dari sudut bibirnya dia senang mendapatkan lawan yang ternyata memiliki kekuatan besar untuk melawannya.
Ketika keduanya hendak menyerang tiba-tiba suara langkah kaki itu datang dari arah selatan dimana ada pintu besar membawa beberapa orang masuk kesana. "Kyungsoo Hyung mwo?! Kenapa bisa ada disini." Itu Sehun dia bersembunyi di punggung sang kakak, ternyata Suho telah berhasil lolos dari mereka meski masih ada beberapa yang menyusul.
Sontak saja pria yang bernama Jo-Ha itu langsung berteriak menyalahkan. "Bagaimana bisa mereka lepas, dasar bodoh! Cepat tangkap mereka atau kakakku akan memecat kalian!"
Mendengar perintah hal itu saja membuat kelompok dengan pakaian hitamnya langsung bergerak untuk menangkap mereka. Tapi Suho lebih keras membalas mereka sebelum adiknya ditangkap. Dan Sehun yang berlari menghindar sembari memukul asal dengan tongkat kayunya.
Kyungsoo yang sadar bahwa pria disana hendak menyerang sang adik langsung bergerak cepat. Menahan tubuh itu dan menahan punggung itu agar tidak mendekat kesana.
"Aku tak akan membiarkan mu menangkap adikku!" Dia langsung menjatuhkan tubuh pria itu dengan mudah dan menghajarnya keras.
"Dasar brengsek, mati kau!"
Percaya atau tidak pergulatan terjadi, seperti sebuah pertempuran antara kelompok Ying dan kelompok Yang.
Sedikit menegangkan memang.
....
TBC...
Hariku baik, bagaimana dengan harimu? Apakah semua nampak baik sekarang? Kuharap kalian bahagia selalu tanpa ada masalah yang datang.
Aku kangen kerja, tapi semoga pandemi segera berakhir dan kita bisa aktifitas normal lagi.
Sehat dan bahagia selalu...
Gomawo and saranghae...
#ell
3/10/2020
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro