Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Miles (57)

"Sampai kapan semua ini berakhir? Jangan sampai hal ini hanyalah harapan semu."

(Author ***** POV)

Suho tidak bisa mengatakan apa-apa lagi saat dia menyadari bahwa sang ayah datang menghampiri nya. Sehun langsung lolos menuju sang kakak yang duduk di sana, menjadi manja dan memeluk Chanyeol hingga wajahnya tenggelam dalam pelukan itu.

"Chanyeol Hyung tak apa?" Dua mata berkaca itu menatap sang kakak dengan raut ketakutan, hampir saja dia melihat kenyataan buruk. Sehun ingat kalau sang kakak pasti akan keluar rumah sakit karena ini hari favoritnya. Dia hanya mendengar kabar kecelakaan dan malah berfikir jauh mengenai sang kakak. Tapi semua itu sirna karena Suho mengantarnya sampai ke sini.

"Hei kenapa adik kesayanganku menangis, apakah ada yang jahat? Aku tak apa Sehun." Begitu sayangnya dia hingga kepala sang adik dia usap sangat lembut. "Tidak ada yang jahat tapi Sehun takut kehilangan Hyung. Aku takut Hyung pergi, jangan tinggalkan aku..." Cicitnya lirih tapi hal itu malah membuat Chanyeol menjadi serba salah sekarang.

"Aku tidak pergi kemanapun kenapa kau harus takut, oh iya apa kau datang dengan kakak?" Kedua manik mata buram itu melihat dua orang disana, dia tidak terlalu jelas jika dalam jarak jauh seperti ini. Sehun mengusap air matanya gemas dia melihat dimana sang kakak berdiri bersama sang ayah.

"Iya aku datang bersama Suho Hyung, dia menggendongku, dan memintaku menutup mata saat di jalan besar." Bibir itu bergerak lucu, Sehun membuka peluang pada pergerakan tangannya. Awalnya sang kakak tidak percaya dengan ucapan adiknya tapi kenyataannya dia nampak sangat bahagia. "Kurasa sudah ada yang berubah padamu Saeng." Meski dia masih ragu tapi mendengar cerita singkat Sehun dia percaya.

Tak akan mungkin adiknya akan berbohong. Jika iya pun dia akan bicara gugup ketakutan. Kali ini dia bisa mendengar dengan jelas nada sang adik yang bahagia. "Apakah Suho Hyung akan pulang, aku ingin dia pulang karena dia bisa menyayangiku." Dengan cepat tubuh itu berdiri dan Sehun melompat kegirangan membuat sang kakak dari kejauhan melirik padanya.

"Kalau eomma setuju dia bisa pulang ke rumah Hem..." Kini dia bisa mengulas senyum, selain kelegaan. Dia merasa bahwa seperti sebuah keajaiban. Dia akan bertanya secara langsung alasan kenapa kakaknya berubah atau memang dia belum berubah. Karena kedua matanya tak terlalu jelas melihat dia tidak menyadari bahwa wajah sang adik juga penampilan kakaknya yang babak belur tak disadari olehnya.

Sehun juga nampak cuek dengan rambutnya yang berantakan dan menahan lebam di wajahnya. Dia mendapatkan pesan agar dia tidak mengatakan bahwa dirinya sempat di pukul orang jahat. Bagi Sehun sang kakak tidak boleh terlalu khawatir padanya atau dia akan kembali sakit.

Dalam senyumnya dia menginginkan sang kakak masih untuknya. Sehun merogoh sesuatu dan menemukan sebuah apel yang masih ada di dalam tasnya. Apel itu adalah buah kesukaan sang kakak, dengan langkah senangnya dia mencuci buah itu dalam air pancur di dekatnya.

"Chanyeol hyung, ini hadiah untukmu." Ungkapnya dengan wajah sangat manis di balik garis tampannya. Saat itu juga lah telapak tangan itu merasakan benda bundar yang merupakan makanan camilan. Anggap saja begitu karena selama ini Chanyeol anggap buah kesayangan nya sebagai camilan.

Gelak tawa sang adik yang menggema dan membuat Suho tersenyum disana. Dia tidak berani bertatap mata secara langsung karena sang ayah dia...

"Apakah ini benar kau nak?" Sang ayah menepuk kedua pundak putra pertamanya, dia melihat bagaimana ukiran wajah penuh luka itu menghiasinya. Sangat miris karena luka lainnya juga terjadi, hal itu terjadi ketika sang ayah tak sengaja menyentuh bagian pundak putranya hingga sang anak mengernyit kesakitan.

"Apa yang terjadi, kenapa kau kesakitan?"

Suho mundur beberapa langkah dia tidak mau jika ayahnya tahu. Karena mengingat bagaimana wajah ibunya yang menangis saat dia melihat luka sobek pada bahunya. Walau dengan kain sekali pun lama-lama rembesan darah itu nampak sedikit membuat bahu itu juga bergetar karena rasa nyerinya.

"Aku tak apa appa, aku hanya kedinginan." Alasan yang bodoh saat dia mengatakan bahwa kesakitan dalam dirinya adalah bagian dari rasa dingin yang menusuk. Bagian dinding kulitnya seakan di serang oleh tumpukan sengatan kesakitan itu. Tapi sang ayah bergerak cepat dan terpaksa melorotkan bagian bahu kanan sang anak.

Betapa tidak, dia melihat sendiri bagaimana sebuah perban itu kotor dengan darah. "Apa ini Suho, kenapa bisa kau...." Suaranya seperti habis dia tidak bisa berbicara lebih banyak saat melihat anaknya menundukkan kepala. Apakah dia bisa mengatakan sebenarnya padahal dia sudah membunuh orang.

"Tolong appa, aku tidak ingin menceritakan nya." Ungkapnya sembari membenarkan pakaiannya, dia sama sekali tidak suka jika harus menyembunyikan permasalahan. Tapi sayang mentalnya sudah terasah sekarang. "Tapi appa tidak bisa diam ketika melihat putraku terluka, katakan apa yang terjadi dan kenapa Sehun juga lebam. Apakah kalian bertengkar sampai adu jotos?"

Takut jika sang anak sempat kalap dan luka ini di dapat dari Sehun yang mencoba melindungi diri membuat dia was-was. Mendengar respon itu membuat sang anak sontak menggeleng kepala, dia tidak ingin kejadian salah paham terulang. Cukup pagi ini dan tidak lagi, sekarang pun dia sudah merubah sikapnya.

Karena Suho yang membenci adiknya sudah tidak ada lagi.

"Maafkan aku appa, sebenarnya aku menyembunyikan banyak hal padamu. Eomma dia tahu hari ini dan mungkin dia akan mengatakan padamu, aku sedikit lelah sehingga tidak sanggup mengatakannya. Maafkan aku..." Tunduk nya, dia bahkan jatuh bersimpuh karena merasa berdosa dengan yang dia lakukan selama ini.

Walau tertutup dan menutupinya dengan rapat, dia merasa menjadi seekor tupai yang jatuh dari atas pohon. Dia tidak bisa mengatasinya sendiri hingga dia bisa saja dibawa ke rana hukum untuk pertanggung jawaban. Kabar dari sang ibu untuknya membuat otaknya terngiang tak tenang, tapi ini takdir. Suka atau duka dia tetap menerimanya.

Sang ayah melihat bagaimana wajah sang anak pucat, dia juga mendengar perut sang anak berbunyi kelaparan. Membuat pria ini memperhatikan gerakan Suho menyentuh perut keroncongannya. Apakah begitu menyedihkan jika dia memaksa sang anak yang kini kelaparan?

Pria ini akhirnya merangkulnya dan tersenyum dengan ramah. "Aku tidak akan memaksamu bicara tapi aku yakin kalau kau sudah menolong adikmu dari bahaya. Appa mengenali mu lebih baik karena sejak kecil kau paling berani dalam keluarga." Menepuk pelan punggungnya, seperti sebuah dorongan pada anaknya bahwa Suho tidak sendiri.

Merasa jika ayahnya pengertian membuat Suho mengangguk. Apakah dia salah selama ini telah menganggap bahwa ayahnya terlalu sibuk. Sudah sangat lama untuknya karena rasa kesepian ini.

"Tapi sebelum makan apakah appa bisa membantumu membawa kau ke klinik untuk mengobati luka itu? Sepertinya harus di jahit." Ayahnya menunjuk pada luka itu dan membuat sang anak menoleh kemudian. Dia sempat berfikir pelan tapi akhirnya dia mau tanpa ada kata keras kepala.

Sikap menurutnya adalah sebuah perubahan jika selama ini dia enggan untuk di atur.

"Lalu bagaimana dengan Sehun?"

Melirik ke sana, sang adik mendorong kursi roda Chanyeol dan melihat dia yang sedang makan sebuah apel. Di sisi lain dia merasa malu karena sekarang dia menelan ludahnya sendiri, rasanya dia adalah namja pengecut yang suka memukul adiknya dulu.

Melihat perubahan sikap sang anak setelah melihat Chanyeol membuat ayahnya paham apa yang sebenarnya di butuhkan. "Lebih baik kau bertemu dengan Chanyeol, dia pasti senang melihat mu berubah. Dia akan menjadi lebih semangat karena dia selalu menunggu sikap barumu."

Suho mengerjap, apakah benar Chanyeol tidak terlalu membencinya. Selama ini dia menunggu waktu dimana dia menyerah dengan hatinya yang keras. Lalu apakah dia bisa ketika selama ini pula dia berlaku kasar dan sempat memukul kedua adiknya guna melampiaskan rasa kesal. Guratan pada tangannya mengepal dengan erat, dia membutuhkan hati yang tenang.

Hanya saja jika tidak dia lakukan dengan cepat dia pasti akan menyesal.

"Lakukanlah Suho karena keadaan adikmu sangat parah, appa tidak ingin jika kau terlambat mengatakannya. Melakukan perdamaian pada adikmu adalah sesuatu yang baik." Sang ayah menepuk pundak itu dengan antusias. Pria paruh baya ini juga ingin melihat anaknya bisa bersama dengan dua saudara lainnya. Karena ada kalanya masa seperti itu mengajarkan hidup toleransi dan menghargai.

"Tapi bagaimana jika Chan tidak memaafkan ku, aku sudah sangat bersalah appa."

Meski sulit dan malu tak apa, lebih baik seperti itu ketimbang sama sekali belum mencoba. Ayahnya sudah melewati banyak pengalaman, menyadari bahwa kau punya salah besar adalah hal yang bisa membantu untuk lepas dari penyakit jiwa.

"Jika Chanyeol membenci tak apa, kau bisa lega bukan. Aku kenal kalian, Chanyeol tidak akan lama untuk marah dengan seseorang apalagi kau adalah kakaknya. Dia akan mengerti jika di jelaskan, katakan padanya karena dia pasti akan berjuang untuk bertahan hidup."

Sebuah petunjuk, bahwa dia berani untuk melangkah kesana. Ayahnya tersenyum meyakinkan bahwa apa yang dia lakukan akan menjadi sebuah kebaikan. Awalnya Suho nampak ragu tapi ketika dia melihat bayangan dirinya juga masa lalunya membuat dia semakin yakin bahwa.

Jika dia enggan rasa menyesal akan semakin besar menyerangnya. "Aku akan lakukan appa, sebelum semua terlambat."

Bergerak maju dengan langkah kaki mantap, tak apa jika dia akhirnya menerima pil pahit kehidupan dia emban. Karena selama ini juga dia sudah terlatih untuk mendapatkan masalah besar dimanapun berada.

Pada akhirnya Suho memanggil sang adik dengan lantang dan membuat Sehun berhenti dan menoleh. Si bungsu melambaikan tangannya dan mengulas senyum tampannya.

"Suho Hyung disini." Celoteh sang adik, lalu Chanyeol yang bergumam. "Apakah Suho hyung mendekat kemari?" Chanyeol tidak bisa menoleh karena kursi rodanya menghadap arah selatan. Tapi dia bisa merasakan bahwa langkah kaki di belakangnya mendekatinya.

"Apa kabar Chan, ini aku kakak. Bisakah kita bicara?" Berharap bahwa adiknya mau, meski wajahnya sedih. Tapi Suho mencoba tersenyum, dilihatnya dengan jelas bahwa adiknya hanya diam. Melihat hal itu Sehun merasa bahwa suasana menjadi canggung, dia akhirnya menarik tangan sang kakak untuk duduk pada salah satu kursi taman disana.

"Aku akan membuat Suho Hyung dan Chanyeol Hyung bicara." 

Sehun meminta agar sang kakak menunggu sebentar disana. Dengan cepat Sehun mendekat ke arah kursi roda kakaknya yang lain.

"Chanyeol Hyung Hunie akan beli hamburger enak, nanti ngobrol sama Suho Hyung ne..." Sehun mengulas senyumnya dia juga memberikan air botol untuk kakaknya. Ibunya memberikan dia susu cokelat tapi Sehun rasa kali ini sang kakak lebih membutuhkan ketimbang dirinya.

Chanyeol diam tapi dia memikirkan pembahasan apa yang hendak kakaknya katakan. Tangannya begitu erat untuk memegang botol hangat di tangannya, membuat rasa gugupnya menjadi berkurang dan nyaman.

"Suho Hyung tolong jaga Chan Hyung, aku mau jajan dulu." Ungkap Sehun dengan memberikan tepukan pada tangan sang kakak. Dia bergerak cepat hingga jatuh tersandung tak sengaja membuat kedua kakaknya memanggil namanya bebarengan. Sontak saja baik Suho dan Chanyeol keduanya kaget karena bisa satu pas seperti ini. Membuat keduanya juga dia sebentar tapi ketika Sehun berdiri dengan meringis Chanyeol paling bingung dan mencoba bergerak.

Kursi rodanya bergoyang dan hampir membuat tubuhnya terjungkal ke depan jika saja Suho tidak menahannya. "Jangan bergerak kau bisa jatuh, tenanglah Sehun tak apa dia sudah berdiri sekarang." Mendengar ucapan sang kakak membuat Chanyeol melihat dengan sedikit buram, ada gerakan seseorang yang membersihkan debu di tubuhnya dan seseorang yang lain datang menghampiri, dia yakin kalau itu ayahnya.

"Sehun kau tak apa?" Pertanyaan khawatir lolos, sebenarnya di sisi lain Suho merasa bahwa Chanyeol mencoba mengabaikan ucapannya. Karena tak sekalipun dia menoleh, dia tidak tahu kalau sebenarnya kedua mata Chanyeol sedikit bias karena cahaya matahari, itu membuat netra nya sakit. Makanya dia enggan menoleh. Sebenarnya dia senang karena sang kakak telah membantunya.

Kenyataannya setiap pemikiran manusia itu berbeda.

Lalu Suho kembali diam merenung dan mencoba mengingat apa saja kesalahan, termasuk kesalahan fatal yang mungkin saja membuat Chanyeol tak memaafkannya.

"Maafkan aku Chan, aku sungguh menyesal sekarang." Ungkapan berat hati dengan sang adik yang diam disana. Sementara sang ayah langsung bergegas pergi meninggalkan kedua anaknya, untuk berbincang. Sehun mengerti dan langsung menurut ketika tangan sang ayah menariknya.

"Sehun terima kasih kau sudah memahami situasi, appa bangga padamu." Mengusak rambut sang anak sampai berantakan dan dibalas anggukan semangat dari si tampan. Sehun senang karena dia mendapat pujian dan itu menyenangkan karena sebuah pujian lah Sehun merasa bahwa dia pintar. Seperti kata ibu ayah dan kakaknya,berbeda tapi disayang dalam satu rumah.

-

Kyungsoo ada di kantor polisi dengan Kai yang duduk di samping nya. Dia dimintai untuk menjadi saksi karena dia adalah orang yang menyaksikan kejadian sadis itu. Sang ibu dari tiga anak yang bernama Soo Min juga ada disana. Bagaimana tidak, ibu tiga anak ini memprotes sebuah tuntutan pada pihak polisi yang akan membuat surat tahanan untuk anaknya.

Kyungsoo dan Kai mencoba untuk menenangkan beliau tapi gagal. Sementara si dalang penculikan Soo Kyung begitu kekeh meminta agar Suho juga di penjara karena dia pembunuh dari adiknya.

"Tolong pikirkan pak! Bagaimana bisa kau hendak menangkap anakku sementara dia tidak sengaja melakukannya karena menolong adiknya. Anakku memang membunuh orang tapi dia terjepit karena nyawanya juga terancam!" Gebrakan meja begitu keras hingga para pekerja hukum di kantor sana menoleh dengan tatapan berbeda.

Ada yang mendengarkan tapi pura-pura bekerja, ada yang mengabaikan dan ada yang pula mendengar kan dan meninggal pekerjaan sejenak. Tapi kejadian ini lumayan ricuh ketika Soo Kyung juga tidak terima jika hak hukum untuknya tidak ada.

"Bagaimanapun aku ingin orang itu ditangkap pak, dia sudah menghilangkan nyawa. Adikku juga ingin membela sendiri karena dia juga di hajar oleh anaknya. Apakah bapak tidak adil karena saya tersangka? Aku tidak terima jika anaknya tidak dihukum sementara adikku mati."

Menunjuk dengan bengis pada wanita di sampingnya, dia menyuarakan haknya sebagai warga negara. Tapi di satu sisi itu cukup mengganggu karena penampilannya seperti orang gila yang di borgol. Bahkan pihak polisi pun sempat ingin memeriksa kejiwaan wanita itu.

"Kau yang melakukannya lebih awal, untuk apa kau menculik anakku. Aku tidak akan mengampuni mu, mendekam lah di penjara sialan!"

Soo Min merasa bahwa hukuman penjara untuk wanita itu belum pantas karena nyatanya Soo Kyung tertawa keras seperti orang gila.

"Dasar wanita gila." Sindir Soo Min yang menatap jengkel ke arah sana. Dia pun juga tidak tahu kalau Soo Kyung mendekat ke arah musuhnya dan menarik rambutnya dengan kuat. Tentu saja rasa sakit akibat tarikan pada rambut itu membuat dia berteriak dengan keras. Hingga pada akhirnya kericuhan terjadi karena Soo Min membalas perlakuan wanita itu dengan rambut yang di Jambak juga.

Kyungsoo dan Kai, langsung mendekat ke arah kericuhan itu dan mencoba memisahkan mereka.

Pihak polisi di tempat menjadi kelimpungan akibat dua orang disana menambah kekisruhan.

"Wanita gila!"

"Aku akan menuntut anakmu, anakmu pembunuh adikku!"

Sepuluh menit berjalan dan akhirnya kisruh itu selesai, wanita itu nampak kesal sekaligus sedih berkecamuk dalam hatinya karena masalah ada di depan mata.

Pihak polisi tidak bisa di protes dan membuat surat penahanan untuk anaknya. Karena bagaimanapun ini kasus menghilangkan nyawa sekalipun dia mencoba untuk melindungi diri sendiri. Ini berkesan tidak adil tapi negeri hukum di negara ini sudah cukup gila. Hanya berbekal kesempatan dengan Suho yang bisa menyewa seorang pengacara.

Lalu bagaimana jika Sehun, Chanyeol dan sang suami bertanya saat anak pertamanya di tangkap polisi. Dengan berat hati juga sang ibu menerima nya karena jika di persulit akan menjadi wadah kesusahan bagi Suho.

Sebagai seorang ibu dia tidak mau anaknya menjalani kesulitan, dia yakin akan ada jalan lain. Terlebih Kyungsoo mengatakan bahwa dia memiliki teman seorang pengacara.

"Kyungsoo bisakah kau di rumah sakit saja, aku tidak ingin lukamu parah." Iba karena dia seorang wanita yang punya anak laki-laki. Dengan telaten dia membantu Kyungsoo masuk dalam mobil, ditemani Kai yang siap mengantarnya. Sekarang dia ingin sebuah ide untuk bisa membuat pikirannya jernih.

Terlalu lama menatap kaca di mobil polisi yang dia tumpangi. Terpaksa masuk ke dalamnya dengan hati gundah menunjukkan keberadaan sang anak. Kenapa semua ini terjadi?

"Bagaimana dengan nasib dan masa depan anakku." Panik dan tatapannya menerawang ke depan. Dia masih menatap ponsel dengan sendu, setiap kabar dia beritahu lewat pesan singkat. Lalu bagaimana akhirnya apakah Suho punya rencana?

Melarikan diri pun rasanya tidak akan mungkin.

-

Suho melihat bagaimana lemahnya sang adik dengan dirinya yang masih diam seakan menikmati lingkungan sekitar. Dia sendiri menjadi canggung mendadak dan hanya bisa diam mencari sapaan tepat dan pantas.

"Bagaimana kabarmu hyung?" Chanyeol melihat sang kakak dia sendiri cukup senang tapi bingung. Apakah kakaknya sudah berubah menjadi baik atau sebaliknya dengan modus menyembunyikan tabiatnya. Hanya saja Sehun begitu senang akannya jadi dia punya fikiran bahwa kakaknya adalah orang yang baik.

Tapi sedikit keraguan karena lama sekali mereka menjadi musuh. "Aku baik hanya saja kau tidak terlihat baik." Suho menjadi orang bodoh yang berbicara terbata. Merutuk diri sendiri.

"Ya memang, aku tidak baik. Kau kan tahu sendiri kalau aku sakit Hyung." Tawa lirih Chanyeol, menyembunyikan rasa sakit dari dalam otaknya. "Kau tidak ada di rumah sakit? Apa kau tidak kedinginan. Biasanya orang sakit merasakan dingin." Ungkap Suho yang bermaksud untuk menjadi lelucon lucu. Tapi sepertinya tidak karena Chanyeol sama sekali tidak tertawa.

"Eh Sehun dan appa sudah datang, ayo kita makan seperti nya enak." Chanyeol sudah rindu dengan keripik kentang, walau dia sendiri sakit dia ingin menikmati sisa dimana dia bisa bernafas. Sehun berlari dengan semangat dan menenteng dua kantung makanan di tangannya.

Kedua kakaknya tersenyum tampan, sungguh hal ini yang dinantikan oleh sang ayah di belakangnya. Hanya saja suara sirine polisi terdengar dan membuat beberapa orang di taman fokus kesana serta menghindar.

Sehun yang ketakutan langsung memeluk kakaknya dan Chanyeol menatap bingung, tapi tidak dengan Suho yang bingung ingin apa. Jangankan bicara lari saja dia tidak mampu. Apakah ini akhir dari segala ketakutannya terjadi?

Salah seorang polisi keluar dari mobil sana, begitu juga dengan wanita yang merupakan ibu mereka. Polisi itu membenarkan sabuk di pinggang celananya dan menghirup udara.

"Eomma ada apa kenapa?" Sehun bingung tapi dia menghampiri sang ibu dan mengatakan maksut kedatangan mereka. Hanya saja ibunya tak sanggup bicara hingga akhirnya suara borgol sudah mengunci kedua lengannya.

"Park Suho kami menangkap mu atas pembunuhan, kalian cepat bawa dia!"

Yang sangat di sayangkan kenapa bisa dia dibawa. Apalagi dengan alasan jelas tapi dianggap sembarangan.

"Suho Hyung hikkkss... Pak polisi tolong jangan dibawa kakakku!"

.......

TBC...

Jangan sampai lupa jaga kesehatan ya, menurut kalian alurnya cepat ya hehehe...

Tetap semangat oke...

Gomawo and saranghae...

#ell

14/10/2020

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro