Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

I Will See... (Part 30)

" Satu hal yang paling aku takutkan sekaligus tak ku suka. Satu hal yang membuatku merasa muak dengan semua hal yang aku lihat sekarang, terkadang... membawa serba salah yang amat besar. Aku tak tahu apa yang aku pikirkan saat ini, tapi... satu hal yang membuatku sadar. Bahwa aku tak tahu kapan rindu ini akan terselamatkan, apakah sampai aku menghembuskan waktu terakhir? Entahlah... aku juga tak menginginkannya. Hanya saja, kenapa takdir begitu jahat? Sampai aku harus menangis dalam diam. Aku hanya ingin bahagia.... itu saja, kenapa sangat sulit? Berdosakah jika aku mengeluh di saat aku berada di titik putus asa?

.

.

.

.

(Author **** POV)

Tepat di angka enam, ketika petang menjelang dan suara gedung putih berisik dengan adanya suara bangsal yang diseret kuat oleh beberapa pegawai medis. Membawanya dengan keadaan tergopoh dengan selang infus dan juga masker oksigen yang sudah terpasang di dalam mobil ambulance. Wajah pucat dengan kelopak terpejam, juga kepala yang hampir botak dengan beberapa rambut yang turun perlahan dan jatuh diatas lantai.

Seorang wanita yang berlari menyusul dengan tangisan meraung dan juga sang suami yang setia berada disampingnya. Wanita itu adalah ibunya yang sedang menangisi anaknya, sebuah sistematika ketegangan yang terjadi dimana si pasien sedang meregang nyawa di tengah kehidupan kanker yang menggerogotinya.

"Chanyeol hikkksss... hikkksss... bertahanlah nak!" hampir terjatu lemas jika saja sang suami tidak sigap dan sang anak yang sudah menyusul di belakangnya. bukannya apa, hanya saja mereka bertiga adalah keluarga pasien yang kini mendadak kritis.

"Cepat kau siapkan ruangan ICU pasien harus kita tangani segera, dan kau siapkan antibiotik juga obat pereda nyeri, agar pasien tidak merasa sakit setelah sadar." Sang dokter memberikan komando, dan beberapa perawat disana berlari terlebih dulu, berpencar menyiapkan hal yang dikatakan olehnya.

Park Chanyeol, salah seorang pasien penderita tumor otak ganas kini tengah berjuang di tengah-tengah tubuh sekaratnya. Saat ditemukan tak sadar di ruang tamunya membuat sang ibu jatuh berlutut dan menghampiri tubuh sang anak yang tak berdaya. Ia memanggil pertolongan dan menelfon suaminya dalam tangis. Membangunkan sang anak pertama yang masih terlelap dalam mimpinya, hingga mereka sampai di rumah sakit ini dengan beragam kekhawatiran yang luar biasa.

"Buka pintunya!" seru sang dokter dengan suara lantangnya, ia memberi komando pada salah satu suster yang sedang tidak berkonsentrasi. Salah satu keteledoran yang tak dianggap remeh. Membuat ia merasa bertanggung jawab sebagai penolong nyawa, dan dia menyesalkan akibat anak buahnya yang sempat melamun.

"Kumohon kalian tunggu disini, dokter Lu akan segera menolong anak anda. Kuharap kalian mengerti." Seorang perawat dengan sopannya meminta dua orang tua dan satu anaknya agar tak meneruskan perjalanan di lorong yang dibatasi. Membuat sang ibu merasa sedikit frustasi akan keadaan sang anak.

"Apakah anak saya akan selamat? Kumohon sus, selamatkan dia." Dengan wajah yang penuh akan air mata dan juga tangan yang menggenggam harap membuat wanita di depannya mengulas senyum agar keluarga pasien tenang. Meski ia sendiri pun tak yakin apakah ucapannya benar atau tidak.

"Kami akan berusaha sebaik mungkin, berdoalah dan semoga Tuhan mengabulkan doa kalian."

Menutup pintu dengan segera setelah memberikan hormat pada mereka, menyisakan seorang ibu yang menatap pintu itu dengan tatapan terluka, ia takut jika sang anak pergi meninggalkannya. Ia menggeleng pelan dengan tangan yang mengambang lemas dan tubuh yang masih ditopang suami, ia menangis dengan isakan yang sedikit sulit untuk keluar. Bukan hanya itu saja, ia juga merasa sesak di dadanya. Takut sesuatu hal buruk terjadi, dan dia tak mengharapkannya.

"Hikkkssss... hikkksss... hikkksss... anakku Chan hikksss.... kumohon bertahanlah nak hikksss... hikkksss...." menangis dalam pelukan sang suami, membuat orang yang mencintainya itu juga merasakan hal sama. Gusar dengan yang terjadi pada putra keduanya. Ia bahkan tak bisa berpikir jernih saat melihat keadaan sang anak yang jauh dari kata baik.

"Eomma, Chan anak yang kuat. Dia pasti akan selamat eomma." itu Suho dia berada disamping sang ibu dengan tatapan yang sulit diartikan, meski dingin ia masih memberikan perhatian pada sang adik. mungkin saja ini adalah insting seorang kakak, meski pada awalnya mereka sempat berdebat.

"Kenapa kau tidak menjaga adikmu, kau yang harusnya mengawasinya. Sekarang lihatlah adikmu tergeletak tak sadarkan diri." Mendadak sang ibu mengeluarkan protes, dirinya langsung melepaskan emosinya dengan tatapan sedikit kesal meski menangis. Hal itu disaksikan oleh Suho sendiri yang nyatanya mendadak mencelos di lubuh hatinya, dan itu hanya sedikit.

"Eomma menyalahkanku?" hanya itu yang refleks terlontar dari mulutnya. Ia juga tak tahu kenapa bisa mengatakan hal itu. sepertinya ucapan seperti itu tidak tepat.

"Tentu saja, kau yang ada di rumah. Seharusnya kau membantu Chanyeol karena dia sakit, bukannya tidur di kamar hangatmu sementara adikmu pasti memanggilmu atau meronta sakit."

Sepertinya emosi sang ibu tidak baik, terlihat bagaimana sang ayah yang berusaha meredam emosi istrinya. Entahlah, hanya saja mana ada ibu yang tenang dengan keadaan sang anak yang kini terbaring lemah tak berdaya. Percaya atau tidak ada seseorang yang berhenti langkahnya saat mendengar isakan tangis seseorang.

.

.

"Eomma..."

Berhenti dan memandang ke arah kanan, dimana ia merasa peka akan suatu hal. Merasa mengganjal membuat namja yang baru saja diperiksa akibat demamnya ini berjalan tanpa mempedulikan seseorang yang baru saja mengambilkan obat untuknya. Tanpa tahu jika Kyungsoo pasti bingung mencarinya.

"Eoomma, eomma..."

Ucap lirih dengan manik mata kebingungan karena ia mendengar suara sang ibu yang mendayu sendu. Ia sendiri merasa sesak setelahnya, wajah polosnya mendadak pucat dan semakin pucat saat suara itu semakin terdengar. Bukan hanya itu saja ia juga mendengar suara sang ayah yang menangkan ibunya.

"Hikkkss... eomma...eomma." berjalan dengan perlahan, dengan air mata yang tumpah tanpa ia sadari. Wajah polos itu terlihat semakin berantakan saat tangannya menyeka dengan cepat peluh air mata dan ingusnya. Ia merindukan keluarganya, dan membuat jantungnya berdetak cepat. Ingin berjumpa...

"Kau seharusnya menjaga Chanyeol bukan mengabaikannya, mana tanggung jawabmu, SUHO!"

"Tenanglah istriku, kau jangan memperkeruh suasana. Aku yakin Chanyeol tidak akan suka mendengar kita ribut. Dia sedang berjuang, kita doakan supaya dia sadar."

Sehun mendengarnya meski samar, ketegangan kian terasa di seluruh bulu kuduknya. Kedua tangannya meremas dengan kepala yang menunduk meski tubuhnya berjalan cepat, ia melakukan kebiasaannya dengan keterbatasan yang ia miliki.

"Eomma selalu menyalahkanku, hanya karena Chanyeol seperti itu. Aku juga pasti langsung menolong jika melihat adikku seperti itu!"

"Lalu apa yang kau lakukan hah?! kau lihat bukan? Adikmu sekarang seperti apa! kau lihat bukan! Chanyeol sakit kanker dan kau malah tak peduli dengannya, apa maumu Suho!"

Deg!

"Chan hyung..."

Mengambang, Sehun terdiam saat sedikit lagi langkah kakinya sampai pada mereka. Hampir saja tubuhnya nampak, berdiri tiba-tiba disana sebelum akhirnya Kyungsoo menahan pergerakan kakinya lagi.

"Sehun, kau kenapa?" Datang dengan wajah gelisah, ketika kelopak mata itu menatap dengan tatapan tanda tanya juga kekhawatiran. Gelagat yang ditunjukan oleh seorang kakak pada adiknya. Sehun yang sedang bersedih enggan menatap manik mata Kyungsoo yang kini memegang kedua pundaknya.

"Hyung...." tatapan sendu, yang polos nan pucat.

"Kau kenapa saeng?" merasa cemas, membuat dokter itu menepuk pundak kanan yang muda. Mencoba menatap manik mata yang sempat berkaca, ah... Sehun menangis dan kenapa demikian?

"Sehun kau kenapa? kau menangis?"

Hanya menggeleng dia tak menjawab, membuat Kyungsoo semakin khawatir saja. mendekap yang muda, menenggelamkan di dalam pelukannya. Sehun hanya diam tanpa ada memberontak, dia sangat menurut meski hatinya ada yang mengganjal. Terlebih mendengar Chanyeol sang kakak yang kena kanker.

"Kyungsoo hyung hikkkss... hikksss...."

Terisak, lolos sudah. Membuat namja bermata bulat itu menarik Sehun untuk ke tempat yang lebih baik. Dimana ia melihat ada ketegangan disana, sedikit ia melihat seseorang yang menjadi pusat perhatian Kyungsoo sesaat.

Merasa paham dengan apa yang terjadi, membuat ia buru-buru menarik tangan Sehun. Tak lupa memberi perintah kepada Sehun untuk mengabaikan keributan yang terjadi. Membuat buta dan tuli Sehun dengan segera bukanlah hal yang buruk. Apalagi ia menangis membuat Kyungsoo paham bagaimana situasinya.

"Chan hyung sakit, Hunie... hikkksss... hikksss... Chan hyung, bogoshipo..."

Kyungsoo mendengar bagaimana Sehun mengatakan kata rindu dengan perasaan sedihnya. Hanya genggaman erat tangan yang bisa ia lakukan saat ini. Ia tidak sukajika Sehun seperti ini. sama saja ia melihat Sehun yang lemah dan mengiba, mencoba melindungi untuk kedua kalinya. Agar hal sama tidak terulang lagi.

Sadar atau tidak lirikan mata seseorang melihatnya, dia mengabaikan kepergian dua orang yang menjauh dari mereka berjarak beberapa meter. Meski wajahnya tetap datar dan dingin namun ada sorakan hati di dalam dirinya. Gestur yang mampu ia sembunyikan dengan baik. Walau di depannya emosi orang tua masih tertuju padanya.

.

"Dasar bodoh!" makian yang tertuju dari kejauhan, meski tak mampu mendengar. Ia masih saja mengulas senyumnya, membuat sang ibu salah paham melihatnya.

"Kau tersenyum saat aku menasihatimu, kau menyepelekan ibu, hah!" acungnya, dengan sang suami yang menahan pergerakannya.

"Aku sudah bilang padamu ibu, aku peduli dengan Chanyeol. Tapi, Chanyeol saja yang tidak mau menerima bantuanku. Percaya atau tidak itu hak ibu, aku memang patut disalahkan karena kelalaianku. Tapi jangan bandingkan aku dengan yang lain, karena aku tidak menyukainya." Perkataan sedikit telak, terasa pahit saat sang ibu mendengar bagaimana nada menyindir sang anak jatuh padanya. Tatapan yang lugas dengan berlalunya sang putra merupakan akhir ketegangan tersebut.

Membuat tatapan blank sang ibu yang mendadak, ada. Ia, melihat sang anak bersikap tak biasa. seperti mengabaikannya dan memiliki tabiat yang tidak pernah ia ajarkan. Seperti berlawanan dengan harapannya saat hamil putra pertamanya.

Kepergian sang putra masih ditatap, hingga punggung yang nampak itu hilang, Suho berbelok keluar. meninggalkan sang ibu yang jatuh lemas dengan tubuh ditopang suami. Ia menatap sendu sekaligus kecewa punggung putra pertamanya, ia sendiri pun bimbang apakah benar namja yang sempat ia banggakan sejak dulu, dan menjadi kakak bagi kedua adiknya ini adalah anaknya sementara ia merasa melahirkan seseorang yang tak jauh bedanya dengan iblis.

"Apakah benar Suho anakku?" terasa sesak dengan linangan air mata yang jatuh, suaminya yang melihat hal tersebut merasa terkejut dengan ucapan sang istri. Ia hampir menganga jika saja tak melihat air mata yang begitu deras dari pelik mata istrinya.

"Apa yang kau katakan istriku, tentu saja dia anakmu. Kau yang melahirkannya dan melihat bagaimana dia tumbuh."

"Apakah aku melahirkan anak dengan sifat kejam sepertinya? Sementara kedua anakku berbeda sifat. Apakah benar dia anakku, hikkss... hikksss..."

Terucap dengan nada mendayu, isakan lolos sudah saat kedua tatapan matanya menatap sang suami dengan mata sembabnya. Kian menyesakkan saat melihat bagaimana penampilan sang ibu saat ini. Berantakan....

Merasa tak sanggup, akhirnya wanita itu menangis. Ia menutup mulutnya agar isakan tak terlalu keras, terlebih lagi ia takut Chanyeol mendengarnya. Apakah ia bisa mendengar keadaan sang anak kedua sementara anak pertamya berhasil membuat hatinya hancur seperti ini. Kecewa? Tentu saja.... bagaimana tidak, nyatanya si bungsu pergi dan belum kembali.

Pikirannya sudah pusing dengan kaburnya si bungsu, Chanyeol yang saat ini kritis dan berjuang dengan sakitnya. Terakhir, sang anak yang nyatanya kehilangan kemanusiaan terhadap saudaranya sendiri.

Lagi-lagi menangis dan semakin menjadi, sampai akhirnya sang suami yang memeluknya. Menyampaikan ketenangan sebisanya, meski ia tahu hal itu pasti sia-sia.

"Hikksss... hikksss... aku ibu yang gagal, hikkss.. hikkss..."

.

.

.

.

......................

"Kau hanyalah manusia tak normal, beraninya kau menampakan wujudmu padaku." menatap dengan tatapan tajam melotot, dengan aura yang membuat Sehun menunduk takut.

"Tak bisakah kau bersikap lembut pada adikmu, kau seperti menatap orang jahat dude!" itu Kyungsoo, dia merangkul Sehun yang terdiam membisu dengan tatapan bingungnya. Membawanya sedikit membelakanginya, berjaga-jaga jika namja dengan marga Park di depannya melakukan hal yang membahayakan bagi si bungsu.

Mendengar ada seseorang yang mengganggunya membuat Suho melirik tajam kesana, ia melihat bagaimana namja dengan mata bulatnya berani mencampuri urusannya. Ah, iya... dia pasti yang menolong idiot itu, pikirnya.

"Kau bukan urusanku, setidaknya bawa dia. Aku tidak sudi melihat wajahnya, aku tak ingin dia mendekati kami. Hanya membawa kesialan."

"Kau yang sialan bodoh, kau hanyalah orang sombong yang tak tahu diri. Kau merasa dirimu sempurna, padahal kau sendiri yang cacat. Kau dengan kecacatan moralmu!"

Mengatakan dengan mantap, seakan ingin menyerang. Mencoba tenang walau dalam hatinya ingin sekali menghajarnya. Kyungsoo dengan tatapan kesalnya, dan Suho dengan sunggingan tipis di bibirnya. Membuat ketegangan majemuk yang terjadi saat ini. Oh... ingin rasanya Sehun menolak semua itu. ia tidak ingin sang kakak dengan orang yang sudah membantunya saling menyakiti.

Terlalu takut jika mengingat bagaimana Chanyeol sang kakak menghajar beberapa orang yang pernah mengganggunya.

"Suho hyung, aku ingin bertemu Chan hyung...." adu Sehun dengan kelopak mata yang berkaca, hidung yang sedikit memerah lantaran sudah lama menahan tangisnya. Membuat Kyungsoo yang belum sempat menolehnya saja merasa iba hanya karena mendengar suara serak Sehun yang menyedihkan.

Seperti luka yang muncul karena benda tajam, tak tahukah ia jika selama ini Sehun selalu memedam rindu. Kyungsoo memang berniat untuk membawa Sehun dan menjadikan namja polos ini saudaranya. Tapi, ia juga tidak tega jika melihat Sehun seperti ini. sama saja ia menyakiti adiknya sendiri tanpa sadar.

"Hikkksss.... hiiikkksss... Sehun rin-rindu Chan hyung, hikksss... ku-kumohon hikksss... Hunie ingin lihat hyung, Chanyeol hyung butuh Hunie hikkkss... hikksss..." tangisan bocah itu muncul, Kyungsoo yang melihatnya merasa mencelos tepat di ulu hatinya.

"Kau jangan berharap bodoh!"

"Hikksss... Hunie tidak bodoh! Huniee pintar seperti kata Chan hyung hikkss... hikksss... Bogoshipo hyung..." Sehun tetap saja tak bisa menahan tangisnya, pipinya semerah tomat dan kedua tangannya mengepal erat. Ia bahkan tak peduli jika dipandang seperti bocah oleh kebanyakan orang. mengatakan ia rindu pada kakaknya sangatlah tidak mudah terlebih mendapatkan tatapan intimidasi itu. membuat Sehun yang polos merasa ingin mundur.

"Kau bodoh, dari dulu aku muak melihatmu. Kau dengan segala ketidaknormalanmu, enyahlah kau Sehun!"

"Hikksss... andweeee.. aku tidak mau, aku ingin bertemu dengan Chanyeol hyung hikkksss... Chan hyunggg... Hunie rindu hyung..."

"Diamlah Sehun kau sialan sungguh sialan!"

Deg!

Sehun berhenti menangis, air mata yang jatuh dan membuat sembab kelopak matanya itu melihat hal yang membuat dirinya semakin ingin menangis saja. mendengar sang kakak mengatakan hal seperti itu membuat hatinya sakit. Apalagi, ia mendengar bagaimana Suho mengatakan hal itu dengan nada berteriak menggertak.

Membuat beberapa orang melihat mereka dan menjadi objek perhatian. Iba, penasaran, kasihan dan juga sedikit kesal bercampur diantara orang yang menyaksikannya.

Mereka...

Bugh!!!

Bogeman mentah datang dan Kyungsoo berhasil melakukannya. Membuat siluet wajah tampan itu sedikit terjongkrok membentur tanah. Terjadi di depan rumah sakit tempat Kyungsoo bekerja. Ia yang merasa tak tahan dengan segala tingkah si brengsek di depannya ingin membabi buta.

"Kau biadab, diamlah dan aku akan memukul wajah brengsekmu. Sialan!"

Memicu keributan dengan brutal seorang Kyungsoo memukulnya, menindih tubuh itu sebagai bentuk menyerang dan Suho yang melindungi wajahnya dengan tangannya sebagai bentuk pertahanan.

Membuat Sehun menangis dengan suara serak saat meminta keduanya berhenti, tak lama beberapa orang ikut menimbrung, mereka memakai jas putih dengan alat medis disakunya. Melihat bagaimana salah satu pekerja di tempat itu memukul seseorang membuat mereka yang baru saja datang segera melerai.

"Aku akan membunuhmu karena kau menyakiti adikku, sialan!"

Hendak bergerak maju namun gagal karena tubuh tertahan, bagaimana Kyungsoo emosi saat ini dan Suho yang membuang sedikit liur bercampur darah dari dalam mulutnya. Menatap santai sekaligus tak suka dengan dokter muda disana.

"Sebaiknya kau khawatirkan dirimu, kau tahu kau bisa dicopot jabatanmu."

Suho dengan segala ucapan menyakitkannya membuat Sehun...

Ia merasa jika sang kakak tak pernah menyayanginya, atau memberi kesempatan untuknya. Bisakah sang kakak terbuka hatinya sama halnya dengan hati Chanyeol yang selalu mendukung dan berada disampingnya.

Sehun...

Dia ingin kasih sayang dua kakak kandungnya, dan bukan konflik saudara karena dirinya.

Itu saja...

Kenapa harus sesulit ini?

Bahkan ia melihat orang lain juga terluka, karena diirnya.

"Chanyeol hyung... Kyungsoo hyung..." Sehun yang mengiba.

............................

Tbc...

Berjumpa lagi dengan saya. Semoga kalian suka dengan chapter ini dan tak bosan dengan cerita ini hehehe. Aku harap kalian terhibur dengan jalan cerita ini. oh ya disini author berterima kasih atas dukungan kalian selama ini tanpa kalian, author bukan apa-apa hehehe.

Semoga diberi kelancaran bagi kita semua...

Doakan agar bisa fast up seperti keinginan kalian.

Sekian dari saya, jangan lupa vommentnya dan injak bintangnya.

Salam bahagia untuk kalian semua...

Gomawo and saranghae...

#el

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro