Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Hug Me, Please (chapter 22)

" Jika yang lain normal, kenapa aku tidak. Katamu aku spesial, benarkah?"

- Sehun -

...................

(Author ***** POV)

(Flashback ***** ON)

'Fuuuhhhhhh....'

Meniup dengan pelan, membuat poni hitam seseorang yang tengah memejamkan matanya bergerak ke kanan. Memperlihatkan keningnya yang lebar, bahkan sesekali kedua bibir itu bergerak tak nyaman kala tiupan kecil itu berhembus di keningnya. Oh... jangan lupa bagaimana kekehan yang muda saat mengganggu tidur kakaknya.

Terusik, terus saja begitu. seperti tak bosannya Park Sehun melakukan hal demikian. sudah berapa banyak tangan sang kakak bergerak mengucek dan wajah itu menoleh ke kanan dan ke kiri. Seakan tak ada kata jera dari si pelaku penjahilan.

Makin lama, Sehun semakin mengganggu tidur sang kakak. Rasa malas ada pada diri Chanyeol, namja tampan dengan tinggi badannya itu ingin beristirahat lebih lama. Tapi, terpaksa ia terbangun lantaran gangguan kecil yang samar-samar ia dengar dari kekehannya.

Terganggu sudah, membuat Chanyeol mau tidak mau membuka perlahan kelopak matanya. hal pertama yang ia lihat adalah sesuatu yang buram, terlebih kelopak itu sedikit malas lantaran terlanjur nyaman dengan kenyenyakannya. Pada akhirnya Chanyeol mengumpulkan nyawanya.

1.

Merasa dingin saat tiupan itu menyapa kelopaknya. membuat bulu mata itu seakan menari bagaikan rumput bergoyang.

2.

Suara cicitan dari yang termuda, memanggil dengan nama panggilannya juga embel-embel hyung di belakangnya. Membuat Chanyeol seketika tahu siapa pelaku paginya kali ini.

3.

Dan lagi... tiupan itu makin terasa ketika Sehun mendekatkan jangkauannya. Sampai akhirnya terlintas ide jahil pada diri Chanyeol. Samar-samar namja tampan itu mengulas senyumnya, hingga nampak lesung pipitnya. Berpura-pura terpejam lagi kelopaknya ketika mengubah rencana.

"Chanyeol hyung... Kkkkkkk, bangun eoh??" Sehun tertawa renyah, tubuh tinggi menjulang yang tak jauh beda dengan sang kakak ini berjongkok menyamakan tinggi Chanyeol yang berbaring di atas ranjang. Berjongkok di sisi tempat tidur sang kakak, beberapa kali juga ia meniup rambut sang kakak. Hingga bau pasta gigi anak-anak tercium wangi di hidung Chanyeol.

Untung saja adiknya pintar, membuat Chanyeol sedikit menikmati kesenangan adiknya dalam mengganggunya.

"Aloooo.... Chan Chan hyung, Huniiieeee sudah bangun. Fuhhhhhhh...." meniup lagi, seakan tak ada kata jera dalam kamusnya. Sungguh, kakak adik yang membuat siapapun iri melihatnya.

Sehun begitu menikmati perannya sampai tak sadar jika...

HAP!!!

"kena kau dongsaeng nakal!!! Awas ya!! Hyung akan menghukumu."

Dipeluknya tubuh sang adik, dengan gemas Chanyeol menggelitik perut sang adik. Namja yang tak ada bedanya dengan bocah itu malah terpekik, tertawa dengan riang dan rengekannya. Membuat si penderita autis ini terlampau bahagia dengan senyumannya.

Bahkan Sehun sempat menangis karena tertawa. Dengan Chanyeol yang mengerjainya habis-habisan. Menggelitik si bungsu yang sudah mengganggunya. Tak satupun hal lucu itu terlewatkan, bahkan ibunya hanya menggelengkan kepala tersenyum dengan cantik ketika melewati kamar putra keduanya.

Seperti biasa, kedua malaikat tampannya pasti akan seperti ini. sudah biasa dan menjadi rutinitas keluarga Park. Patut disyukuri karena keberadaan mereka maka keluarga ini terlihat ramai.

"Hahahaha... hyung, Hunnie geli, eoh... bisakah hyung melepaskanku?" Sehun mencicit menampilkan aegyonya. Seperti bocah yang memohon pada ibunya, sangat menggemaskan hingga Chanyeol menarik keras hidung sang adik. Tentu saja Sehun langsung terpekik setelahnya. Lantaran ia merasa geli saat sang kakak melakukannya demikian.

"Ini hukumanmu saeng. kau mengganggu tidur hyung hem?"

Lesung itu nampak kala Chanyeol mengulas senyumnya. Ditatapnya wajah sang adik yang hanya beberapa centi di depannya. Sehun yang mengusak hidungnya yang sedikit memerah seperti anak anjing, jangan lupa dengan bibir yang ia poutkan. Sehun memang kesal, tapi kekesalan itu tak berlangsung lama ketika sang kakak mengusak rambutnya hingga berantakan.

"Cha!! Kalau begitu hyung akan mandi, dan membuatkanmu susu coklat."

"Tidak mau! Aku maunya dibuat susu coklat dulu."

Sebelum sang kakak mengelak, Sehun terlebih dahulu menghalangi sang kakak berdiri. Dia menuntut sesuatu yang sudah menjadi hal biasa baginya, dan Chanyeol memaklumi sifat manja sang adik.

"Tapi hyung bau, Sehun. Apa kau mau minum susu dengan aroma bau yang menempel di gelasnya?" dengan sabar sang kakak tampan ini berbicara dengan Sehun bahkan mencoel hidung sang adik. Karena merasa gemas saja.

Sampai akhirnya Sehun menampilkan puppy eyesnya dengan mata berkaca, persis seperti anak anjing yang imut.

"Chan hyung tidak bau, lagi pula bau Hunie suka bau Chan hyung. Bau Chan hyung yang lain tak punya. Ayo buatkan susu coklat untuk Hunie, aku sudah haus hyung..." merengek dengan menarik kecil tangan sang kakak dan mengayunkannya.

Sekali lagi itu membuat Chanyeol gemas dengan tingkah sang adik.

"Aigooo... adik hyung pintar memaksa rupanya. Kau belajar dari mana hem?" tatapan penuh sayang itu terarah padanya, tatapan seorang kakak pada adiknya.

"Chan hyung." Sehun menjawabnya dengan enteng tanpa ada beban

Tentu saja Chanyeol terkejut setelahnya, lantaran sang adik menyebut namanya.

"Loh? Kok hyung?" tanyanya sembari menunjuk dirinya sendiri. tak lupa wajah aksen penasarannya.

"Karena yang Hunie tahu hanya Chan hyung." meringis, menampilkan giginya yang bersih dibalas langung oleh sang kakak dengan senyumannya, dan pada akhirnya Chanyeol menarik pipi sang adik gemas, dan dibalas tawa juga rengekan dari Sehun yang munta dulepas, seperti tontonan dalam realita yang menyenangkan.

Namja dengan wajah polosnya ini benar-benar bahagia di balik kekurangannya. tak beda jauh dengan mereka yang normal yang masih menjalani kehidupan normal seusianya.

Sementara Sehun? Yang Chanyeol tahu hidup adiknya hanya akan sama. Seperti negeri dongeng penuh khayalan tanpa batas. Tak ada yang namanya masalah orang dewasa, sekalipun tubuhnya sudah menunjukan bahwa sang adik dewasa.

Inilah hidup, Tuhan memberikan pada seseorang yang spesial menurutnya. Hidup yang berbeda namun berwarna dan memberikan pelajaran. Sampai akhirnya Chanyeol tahu, bahwa Tuhan memberikan adik baginya. Adik yang spesial dan Tuhan percaya jika dia mampu menjaganya. Sampai hembusan nafas terakhir.

Ya, terakhir....

(Flashback **** OFF)

.............

.

"Chanyeol?"

"Eomma?"

Chanyeol yang nyaman dengan memandang ke luar menoleh. Ketika sang ibu sudah ada disampingnya, menyentuh pundaknya. Dan mengulas senyum ke arahnya, dimana senyum itu bermakna sendu ketika melihat Chanyeol yang sekarang. Pucat dan juga sayu.

"Apa yang kau lakukan nak?" diulasnya kepala sang anak, memeluk dan mencium puncak kepalanya. Sembari melihat hamparan bunga di depan rumah mereka. Tak lupa beberapa kupu-kupu terbang diatasnya.

"Apa kau bosan?" sang ibu kini duduk di samping anaknya, ia ingin menemani Chanyeol berbincang karena ia tahu jika sang anak pastinya merasa bosan.

"iya, aku merasa sepi eomma." Tersenyum dengan tipis, menatap sang ibu dengan mata yang tersirat akan kerinduan.

"Eomma tahu, biasanya kau dan Sehun menghabiskan waktu bersama." tangan wanita cantik itu mengusap, penuh makna dan juga sayang.

"Entah kenapa aku senang Sehun tidak disini, setidaknya dia tidak akan sedih melihat keadaanku seperti ini eomma." Terucap dengan sendu, hingga kedua mata itu berkaca.

"Kau hanya tidak ingin membuat adikmu khawatirkan? Kalau begitu jangan buat eomma, appa dan kakakmu khawatir. Kau harus sembuh, Sehun membutuhkanmu. Jika dia pulang dia pasti akan sedih melihat hyung kesayangannya seperti ini seperti yang kau bilang."

Keduanya saling berinteraksi dengan suasana kesedihan yang kentara. Berat rasanya sang ibu mengatakan hal demikian, tapi ia tahu juga bagaimana watak anak-anaknya. yang ia tahu Chanyeol anak yang kuat.

"Iya, aku akan sembuh. Ketika Sehun pulang aku akan sembuh, aku janji." Membalas usapan sang ibu, dirasakannya punggung tangan halus sang ibu yang mengusapnya penuh sayang. Usapan kekhawatiran yang dibalas olehnya kelegaan luar biasa. ia peka akan rasa, ia peka akan suasana. Pastilah sang ibu sedih dan khawatir dengannya, maka dari pada itu Chanyeol mengatakan semua baik-baik saja melalui senyumannya. Senyuman yang menampilkan lesung pipit menawannya.

Pada akhirnya sang ibulah yang menutupi salah satu lesung pipit kanan putranya. Dengan sentuhan dan belaian kasih sayangnya. Membuat Chanyeol nyaman, di tengah rasa sakitnya yang samar.

Sakit yang diam-diam ia rasa di pusat kepalanya. Yang tak berani ia tampakan di depan ibunya, atau akan ada kekhawatiran disana.

Dan Chanyeol tak menginginkan itu semua....

.

.

.

.

Tatapan polos itu....

Batasan kaca toko yang menghalangi telapak tangannya. meninggalkan jejak telapak tangan dari dia yang tersenyum. Dimana atensi pada sesuatu yang besar menarik perhatiannya. Entah kenapa namja bermarga Park itu jatuh cinta pada sebuah boneka besar dengan bentuk beruang itu. beruang madu sepertinya.

Tatapan aneh beberapa orang yang tak sengaja menatap remeh padanya. Bukannya apa hanya saja Sehun tersenyum dengan polos bak bocah berumur tujuh tahun yang menyukai satu hal. Di emperan toko mainan, disanalah ia berdiri.

Ada juga yang memandang ia biasa saja, ada juga beberapa gadis muda yang terpesona akan ketampan Park Sehun. Dibalik penampilannya kekinian yang mampu menutupi kekurangan mentalnya. Toh, nyatanya Sehun juga tidak akan tahu hal itu.

Ia hanya menuruti ucapan Kyungsoo.

"Ini lucu." Tunjuknya, sadar atau tidak Sehun menunjuk boneka besar dengan bentuk beruang itu menggunakan telunjuknya. Ia menyukai warna bulu hitam pada boneka beruang itu. rasanya ia ingin membawanya pulang dan langsung memeluknya, pastilah hangat dan nyaman.

"Hunie mau itu eoh..." merengek dengan lirik, menempelkan wajahnya di dinding kaca. Sampai kedua pipinya terlihat sangat dekat dari dalam sana, oh jangan lupa wajah merengut sesaat saat menatap boneka itu dari luar. Sehun sadar, jika ia tak mampu membelinya. Biasanya disaat seperti ini, Sehun akan meminta pada sang kakak jika mau.

"Sehun tidak punya uang." Cicitnya, menatap miris tangan yang hanya ada satu koin dan satu permen mint. Setelah merogoh kantongnya, ia merasa ia belum bisa membelikan teman baru bagi boneka kesayangannya. Di rumah Kyungsoo.

"mmmmmm...." dengan pasrah Sehun mengurungkan niatnya. Menendang kecil daun di pinggir pertokoan dan menunduk dengan bibir melengkung ke bawah. Ia sangat ingin hanya saja....

"Sehun, gwenchana?"

"Eoh? Kyungsoo hyung..."

Sehun yang terpanggil seketika mendongak. Cukup terkejut akan kedatangan Kyungsoo yang tiba-tiba. Ya, dilihatnya namja tampan dengan mata bulat itu membawa sesuatu di tangannya. sebuah kotak persegi yang berukuran cukup besar, terbungkus dengan rapi di dalam kantong belanjaan. Membuat Sehun menggerakan kepalanya ke kanan karena penasaran.

Sementara Kyungsoo mengulas senyumnya setelah melirik kantong yang ia bawa.

"Hyung membeli sesuatu, hyung ingin menunjukan sesuatu padamu." Kyungsoo memamerkan sesuatu ditangannya. Sepertinya itu menyenangkan, pikir Sehun.

Sehun yang memandang ke arah kaca. Dimana ia menatap sekali lagi boneka beruang yang sepertinya juga menatapnya. Lengkungan bibir sedih tak ikhlas itu nampak di wajah tampan nan polosnya. Apakah Sehun seorang wanita hingga ia terpikat dengan sesuatu yang disukai perempuan? Rasanya tidak, lantaran syndromenya yang menarik, membuat ia berperilaku seperti anak kecil. Anak kecil yang suka berimajinasi, sayangnya hal itu harus terjadi pada Sehun hingga ia dewasa atau selamanya.

Kyungsoo yang merasa heran dengan atensi juga mimik sedih Sehun, membuat dia juga ikut menoleh. Ketika meniti dengan teliti setiap pajangan yang ada, disanalah Kyungsoo menyadarinya. Sesuatu yang membuat Sehun ingin akan sesuatu.

Dan jawaban sudah ia dapatkan, membuat Kyungsoo mengangguk paham.

"Sehun?" panggilnya, tak lupa mengacungkan bawaannya di depan si bungsu bermarga Park tersebut.

"Ne?" Sehun menatap bingung sang kakak, namun ia sadar jika ternyata Kyungsoo meminta bantuannya untuk membawa barangnya.

"Kau tunggu disini ya, hyung akan segera kembali. Oke?"

Tanpa aba-aba Kyungsoo berlari, masuk ke dalam dan meninggalkan Sehun yang belum sempat menjawabnya. Hanya tatapan heran dan polos yang Sehun lakukan, tanpa sadar wajah tampannya semakin menimbulkan kharisma bagi kaum hawa yang melihatnya. Dua kata yang pantas, tampan dan menggemaskan.

Mungkin ini akan sedikit lama, pikirnya. Yang pada akhirnya membuat Sehun memilih duduk di pinggir jalan yang lenggang. Ia merasa kakinya sedikit pegal karena lama berdiri, bahkan ia tak peduli dengan tatapan orang yang tertawa karena aksi dirinya yang jarang dilakukan orang-orang sana.

Lucu saja, karena disana ada bangku taman yang tersedia. Anehnya, Sehun malah memilih duduk di pinggir jalan. Seakan orang yang tersesat dan tak tahu apapun.

Terkadang banyak manusia yang berpikiran sempit dan meremehkan hal yang sepele.

Sehun yang sedikit bosan menumpukan wajahnya di kedua tangannya, duduk dengan lutut yang ia tekuk dan melihat beberapa mobil yang berjalan sedang. Sesekali ia menggerakan kepalanya ke kanan dan kekiri.

Aksen yang menggemaskan jika kalian bayangkan, bukan?

1 menit...

2 menit....

3 menit....

4 menit....

5 menit....

Cukup lama Sehun menunggu. Untungnya, dia diajarkan besabar oleh orang tua dan kakaknya. tak masalah bagi Sehun untuk menunggu kapan pun itu. asal yang ditunggu penuh kepastian.

Sampai-sampai namja tampan itu menggambar permen lolipop dan ikan diatas aspal jalanan. Menggunakan kapur yang tak sengaja ia temukan, sadar atau tidak beberapa orang yang melewatinya semakin menatap aneh. Apakah Sehun objek tontonan? Bahkan Sehun sendiri bukan orang yang peka jika sedang serius akan sesuatu.

Yang menarik disini Sehun belajar menghitung, bahkan membaca angka dengan terbata. Ia membaca per bait kata seperti anak TK yang diajarkan, itulah kenapa beberapa orang menatap dia dengan tertawa dan menganggap dia aneh.

Kali ini dia belajar pengurangan, jika biasanya ia belajar penambahan. Bersyukur jika ia bisa membaca sekarang.

"Sehun?"

Merasa terpanggil, membuat Sehun melupakan kesibukannya. Saat dirinya menoleh disaat itulah sesuatu terlonjak di dalam dirinya.

Ia melihat dari bawah ke atas. Dilihatnya Kyungsoo yang membawa sesuatu yang menarik perhatiannya, seketika senyum itu terulas. Kala Kyungsoo menyodorkan sesuatu di depannya, lebih tepatnya boneka besar yang menutup dokter tampan yang mengangkatnya.

"Kyungsoo hyung?"

Bolehkah Sehun terharu? Ini di luar dugaannya.

"Cha! Hyung belikan boneka untukmu. Bagaimana kau suka? Dia bisa jadi teman saat kau tidur, dan kau tak akan mimpi buruk lagi Hunie."

Sangat manis, moment yang sangat manis. Tak bisa dilupakan dan terlewatkan.

"Ini untukku?" tanyanya, setelah boneka itu berpindah di tangannya.

"Iya, kau mempunyai teman bermain sekarang." Kyungsoo sangat bersemangat, senang rasanya memberikan sesuatu untuk namja yang ia anggap adiknya. rasanya bahagianya berkali lipat, apalagi ia melihat Sehun yang berteriak girang dan kesenangan sembari memeluk boneka itu dengan sayang.

Mungkin membiarkan Sehun bahagia dengan caranya sendiri tidak ada salahnya. Karena seorang autisme tidak bisa dipaksa, hanya bisa diarahkan itu pun dengan pelan-pelan dan kesabaran.

"Gomawo hyung, Hunie suka..." bunyinya seperti anak kecil yang bahagia. dimana Sehun sebagai anak dan Kyungsoo sebagai ibunya. Benar-benar pas memang.

"Cheonma saeng." Kyungsoo yang ikut bahagia pun mengusak rambut hitam Sehun dengan kasar nan sayang. Untung saja rambut itu dipotong rapi dan penampilan Sehun masih tampan sama seperti dirinya.

Kyungsoo sekalipun tak peduli dan tak malu dipandang orang-orang yang menganggap aneh ke arah Sehun. Ia tahu dan mengenal Sehun dari pada orang di sekitarnya. Walau sebentar, tapi bagi Kyungsoo mengenal Sehun dua hari bagaikan mengenal dia selama dua tahun.

Itu saja....

Dan Kyungsoo terlanjur menyayanginya....

"Sehun ayo ikut hyung." ajakan Kyungsoo menghentikan Sehun yang menikmati pertemuannya dengan mainan barunya.

Sembari memeluk boneka besarnya Sehun menatap polos nan penasaran ke arah Kyungsoo yang merangkulnya.

"Kemana hyung?"

"Sudah ikuti saja, hyung akan menunjukan sesuatu, hem?"

Kyungsoo menepuk kantong plastik yang ia bawa. Tersenyum dan juga berjalan sembari merangkul Sehun yang kini....

Bertanya-tanya dalam hatinya....

Satu kata bagi Sehun adalah, penasaran.

Pada akhirnya, tak ada yang sadar jika interaksi dua orang disana diawasi seseorang. Seseorang yang menatap tak suka dan mengikutinya dari jarak kejauhan, membuang sampah di tangannya tepat masuk dalam tong sampah.

Sampai akhirnya....

"Idiot sekali."

Park Suho yang menatap tak suka ke arah sang adik. Tertawa dan bahagia, entah kenapa Suho merasa jijik. Fakta jika ia bodoh mengikuti Sehun, sampai ia sadar jika ia bodoh penasaran dengan apa yang dilakukan sang adik.

Sang adik yang melakukan aktivitas bodoh.

Mungkin tak ada niat untuk melanjutkan mengikuti sang adik, terbukti dengan Suho yang enggan bangun dari duduknya dan menghabiskan sisa minuman sodanya.

Jujur, ia bersyukur jika Sehun lupa pulang. Karena baginya idiot tak boleh menjadi adiknya.

Tidak dan tak akan,

Selamanya....

................................................

Tbc...

Berjumpa lagi dengan saya. Semoga kalian suka dengan chapter ini dan tak bosan dengan cerita ini hehehe. Aku harap kalian terhibur dengan jalan cerita ini

Hehehe...

Disini author berharap jika ff ini bisa menjadi inspirasi buat siapapun dan menjadikan pelajaran bagi kehidupan, nusa dan bangsa. Hehehe efek ikut pemilu untuk pertama kalinya, ahay ^^

Sekian dari saya, jangan lupa vommentnya dan injak bintangnya.

Salam bahagia untuk kalian semua...

Gomawo and saranghae...

#el

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro