Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Apologize, But... (38)

"Kupikir ini mudah tapi, kenyataan seperti berbanding seratus delapan puluh derajat. Ekspetasi gagal dalam perencanaan dan kenyataan, dalam kenyataan semua ini adalah hal sia-sia."

(Author **** POV)

Chanyeol merasa bahwa tubuhnya butuh udara segar dan bukannya di kurung dalam waktu lama untuk di sini. Apalagi dia juga bosan, bagaimana tidak dia yang selalu hidup dengan jiwa bebas. Dia menatap jendela kamar ruangan yang menampilkan semburat cahaya matahari. Ayahnya juga sedang membeli makanan sementara ibunya kembali pulang untuk menyiapkan sarapan untuk kakaknya.

"Sepertinya akan menyenangkan jika aku jalan-jalan sebentar hufftt apakah aku bisa berkeliling?" Chanyeol sumpek dia tidak bohong, dia juga merasa gatal pada punggungnya. Bagaimana tidak kedua kakinya belum bisa di gunakan berjalan apalagi dia harus memakai kursi roda. Mungkin benar dia harus menunggu ayahnya.

Andai saja ada Sehun adiknya, tidak keluar dari ruangan ini pun karena seluruh kebosanannya pun sirna. Atau sekarang dia akan menyambut sang adik bangun pagi karena biasanya Sehun akan selalu bangun telat jika bukan dia yang membangunkannya. Mendadak dia tersenyum ketika mengingat bagaimana Sehun selalu merajuk dan menampilkan kedua bibir mengerucutnya yang lucu.

"Aku rindu membuat minum susu cokelat untuk nya." Bohong kalau Chanyeol tak rindu, dia bahkan menatap pigura foto yang dipajang. Wajah sang adik yang tak akan pernah dia tatap dengan bosannya.

"Kira-kira bagaimana keadaanmu saeng?" Ada perasaan sedih dan bersalah, bagaimana tidak sudah berapa hari dia tidak bertemu hanya sebuah mimpi malam dan singkat.

Ah jahat, kenapa Tuhan tidak pertemukan dia saja secara langsung. Sudah berapa lama Chanyeol berjuang sendiri untuk menahan kelabu dalam hatinya. "Chanyeol kau kenapa, apakah ada yang sakit?" Sang ayah datang dengan menaruh makanan di atas meja dekat dengan anaknya. Ayahnya juga mengusap pundak anaknya, jiwa tegas dan wibawanya bisa luruh ketika melihat keadaan sang anak.

"Appa, aku..." Chanyeol mengusap dengan cepat kelopak matanya, menyebalkan kelopaknya akan menjadi sembab. Jika ada yang datang menemuinya pasti dia akan banyak ditanya.

"Katakan pada appa, kenapa kau tidak mengatakannya. Katakan saja pada appa, apakah aku panggil kan dokter Chan?" Ucapnya dengan garis wajah mengkerut. Apalagi ayahnya tak sanggup melihat anaknya yang jauh dari kata baik. Tahu jika sang ayah menahan sedihnya membuat anak pertamanya sedih. Bukan hanya itu saja dia juga diam seakan tidak tahu harus mengatakan apa.

Dalam diamnya dia melihat sang ayah jatuh menangis, dengan air mata yang dirasa jatuh di atas punggung tangannya.

"Oh Chanyeol bagaimana bisa kau seperti ini, kenapa tidak ayah saja yang mendapatkan sakitnya. Ayah tidak sanggup melihatmu seperti ini, kenapa harus kau nak."

Lumpuh...

Chanyeol semakin lumpuh ketika kedua matanya melihat sang ayah tertunduk dengan kedua air mata jatuh pasrah. Itu bukan hal yang dimau setiap anak ketika ingin orang tuanya bahagia.

Tapi dia malah membuat air mata itu tanpa sengaja jatuh. "Ayah kumohon jangan begini, jangan menangis aku tidak apa-apa." Tangan itu memeluk sang ayah, kepalanya tenggelam dalam pelukan anaknya. Chanyeol tak sanggup bicara banyak akan tetapi hatinya semakin mencelos.

"Bagaimana aku bisa tenang jika anakku sakit, kenapa Tuhan tidak adil padamu. Kenapa bukan aku saja, aku sudah tua dan aku juga tidak lama lagi akan hidup. Kenapa harus kau anakku, kau masih muda Chan." Dia memukul perlahan dadanya, ini nyeri dan sakit. Bukan kebohongan jika memang mengatakan hal demikian, apalagi saat kedua kelopak matanya buram karena banyaknya air mata yang jatuh.

Chanyeol tahu dia paham bagaimana kedua orang tuanya terlalu menyayanginya. Dengan dirinya yang sudah rontok total dengan tubuh kian mengurus, tak ada yang tahu bahwa dia selalu tersenyum hanya untuk menutupi rasa sakit dan sedihnya.

Pernah satu kali kecewa dengan Tuhan tapi sekarang tidak lagi karena dia masih ingin melakukan satu hal yang bisa membuat dia lebih tenang.

"Maafkan ayah nak, ayah tidak bisa melakukan apapun. Jika ayah punya kuasa dan kekuatan ayah akan membuatmu sembuh." Tangis seorang pria sekaligus ayah pecah dengan keras, tubuhnya sudah lemas dan air mata itu akan terus datang seiring sesak di hatinya. Bukan hanya itu saja, mungkin dia tak akan sanggup hidup jikalau Tuhan berkehendak sesuai apa yang ditakutkan.

Sama seperti dia kehilangan ibunya, dan dia tidak bisa datang karena kegiatan wamil di masa mudanya. Hingga pada akhirnya penyesalan itu datang, tapi ketika sang anak mendapatkan sakit parah seperti ini siapa yang akan disalahkan?

Hanya pasrah saja tidaklah mampu.

Chanyeol menangis dalam tenggelam rasa sedihnya, bibirnya rapat dan lidah kelu. Seperti seseorang yang bisu dan sekarat, hanya untaian kata dalam doa dan rangkaian kata menyemangati dirinya yang perlahan gugur.

Gugur menghadapi penyakitnya dan bukan gugur dalam perang, ketika embun sudah menguap akibat panas matahari. Itu sama halnya dengan penggambaran dirinya yang akan menguap dan hilang dari bumi jika semesta sudah memintanya.

"Aku menyayangi appa, kumohon jangan menangis lagi." Chanyeol bimbang dan juga tidak tahu akan kah dia sanggup meninggalkan semua?

Percuma jika dia mempercayakan semua pada kakaknya. Pada akhirnya Sehun akan jadi korbannya. Dia hanya ingin melindungi adiknya sampai titik darah penghabisan.

,

Bayangan.....

Bergerak dengan jalan mengendap-endap, ketika langkah kaki tanpa suara itu bergerak beraturan dengan tatapan melihat angka pada salah satu pintunya. Park Sehun dia menggendong tas punggung juga membawa boneka kesayangannya, dalam diam dan berusaha agar siapapun tak tahu siapa dia termasuk kakak yang sudah memberikan tumpangan tempat tinggal untuknya.

"Akhirnya aku dapat rumah sakit Chan Hyung dirawat." Gumamnya dengan wajah berbinar, ada senyum manis disana dan lagi buah apel yang sudah dia siapkan di dalam tasnya.

Kyungsoo tidak boleh tahu tentang keberadaannya itulah yang dipikirkan Sehun tadi. Dia juga cengengesan ketika melihat sebuah kaca yang menunjukkan bayangan wajahnya sendiri.

Dia ingat bagaimana beberapa menit yang lalu ketika dia keluar dari bagasi mobil seorang dokter yang tak menyadari keberadaannya. Lantaran dia tidak tahu dimana rumah sakit itu maka dengan terpaksa Sehun masuk ke dalamnya. Meski pengap dan butuh perjuangan untuknya dikarenakan tubuhnya terlalu tinggi menjulang. Membuat Sehun menekuk tubuhnya, begitu pula dengan bajunya yang sedikit kotor dengan rambut berantakan.

"Dimana ya ruangan Hyung? Uummm kenapa ada banyak sekali ruangan disini. Apakah rumah sakit ini tidak pusing jika salah kamar."

Celoteh yang lucu Sehun kau mungkin tak sengaja belajar dari ahlinya.

Beberapa suster dan dokter yang melihatnya tapi tak tahu bahwa dia siapa, mereka mengira hanya pengunjung biasa dari salah satu pasien disana. Tapi mengapa Sehun harus mengendap seperti pencuri jika dia tidak melakukan kesalahan. Hanya saja ketika dia melihat seseorang dari sana dengan membawa sebuah catatan, membuat langkah kakinya tenggelam pada salah satu kursi yang berjejer untuk pengunjung datang. Dia duduk berjongkok dengan topi merah muda kesayangannya dan jangan lupa akan botol air yang dia kalungkan di lehernya.

"Astaga ada Kyungsoo hyung, aku harap dia tidak mengenalku." Ucapnya dengan memejamkan mata dan menutup telinga. Dia memunggungi seseorang yang lewat, dia takut jika dokter muda itu tahu.

"Dokter bisakah kau datang ke ruang dua puluh tiga disana pasien sedang membutuhkan bantuan darurat." Seorang suster datang menghampiri dengan cepat. Terdengar setelah nya derap langkah kaki yang cepat hingga Sehun tidak lagi mendengarnya. "Apakah sudah pergi?" Dia melirik ke belakang, dia tidak melihat dokter itu lagi. Sekarang yang dia fokuskan adalah dimana sang kakak dirawat sekarang.

Sehun bergerak celingak celinguk dia sudah aman tapi rasa haus menderanya, dia hampir lupa kalau dia bawa botol. Lihatlah bagaimana dia tersenyum dengan senang menikmati air teh yang dia buat. Bukan berarti dia tidak fokus mencari ruangan sang kakak, karena tak sengaja melihat seorang bocah yang jatuh dan menangis dengan ice cream yang jatuh.

"Eoh, kau kenapa?" Sehun berlari kecil dengan wajah gelisahnya, dia bisa melihat bagaimana makanan manis yang dia juga suka jatuh di lantai. Sehun merasa bahwa dia pasti juga tidak suka kalau jatuh dan makanannya kotor. Dengan baik hatinya dia berjongkok dan memastikan bahwa bocah itu tidak terluka. "Hikksss hueeee... Eomma..."

Anak kecil itu menangis dengan keras bagaimana buliran air mata itu jatuh dari kedua kelopaknya. Bukan hanya itu saja Sehun juga bingung dia menggerakkan tangannya untuk memukul keningnya, mencoba berfikir apa yang harus dia lakukan agar anak kecil itu tidak menangis. "Jangan menangis aku tidak tahu bagaimana caranya membuat kamu diam, tapi kalau kamu menangis nanti kamu sakit. Ummm apa kau may ice cream yang baru?" Sehun tidak tahu harus bicara apa hanya saja dia tidak terbiasa dihadapi masalah dimana anak kecil menangis seperti ini.

Biasanya dia yang menangis jika di depan kakaknya, bahkan dia yang selalu mengadu bukannya orang lain.

"EOMMAA HUEEEE HIKKSSSS...."

Tangisannya semakin keras, Sehun seperti punya ide untuk mengambil sesuatu di dalam tasnya. Tanpa sengaja dia mengambil sebuah permen di dalam tasnya, mungkin saja makanan manis bisa membuat bocah ini diam. Hanya saja tiba-tiba dia merasa sakit di pipi kanannya.

PLAAKKK!

"APA YANG KAU LAKUKAN HUH!"

BRUUKKK!

Tubuh itu jatuh dengan limbung dan rasa sakit itu terasa akibat benturan di bawah dia meringis langsung. "Appoyooo..." Lirihnya dengan memejamkan mata dan mengatakan bahunya sakit. Tangannya menyentuh engsel tulangnya yang ngilu.  Dia juga menangis dengan kedua mata yang berkaca dan ada juga tatapan memelas dari kedua matanya.

"Dasar sialan kenapa kau mengganggu anakku sampai menangis, apa kau ingin menculiknya hah!!" Murkanya ditambah lagi suara teriakan itu membuat beberapa orang disana memperhatikan Sehun yang jatuh. Beberapa dari mereka kasihan karena apa yang dituduhkan ibu dari anak itu tidak benar, mereka melihat sendiri bagaimana Sehun yang sempat kebingungan.

"Ti-tidak aku tidak menculiknya tadi dia dia jatuh dan ak-aku...."

"Halah! Jangan mengelak aku pasti yakin kau penculik. Jangan ganggu anakku sialan, nak apa kau baik-baik saja?" Ucapnya dengan raut khawatir di tambah lagi dia menatap sinis dan tajam Sehun. Sementara namja muda itu masih menangis dalam diam diantara tubuh bergetar ketakutan miliknya. Dalam hati kecilnya dia berujar "apa salahku, aku hanya ingin membantunya."

Sayang sekali tak siapapun mendengar nya dan Sehun semakin disudutkan pada tuduhan tak berarti itu. Bukannya membaik justru Sehun dipukul oleh tas wanita itu dan mendengarkan kata kasar yang melayang ke arahnya.

Bukan kata yang baik dan dia lakukan di depan seorang anak membuat Sehun kembali mengatakan hal yang dia tahu dari otak polosnya. "Kumohon jangan pukul aku, aku tidak salah apapun. Dan cara bicaramu kasar bibi, aku tidak ingin ganggu tapi..." Dengan tangan bergetar dia mengambil salah satu permen yang jatuh ke lantai.

"Aku hanya ingin kasih ini, aku punya permen. Hunie tidak mau culik anak bibi, karena Hunie juga anak-anak." Mata memerah dengan hidung dan telinga memerah juga, bagaikan seorang anak kurcaci manja yang kehilangan ibunya. Dia bahkan tak tahu harus menjelaskan apalagi kalau wanita ini tidak percaya. Memang sulit jika dia berada dalam posisi di salahkan akan tetapi semua terasa sakit saat keningnya terasa lecet.

Bocah laki-laki disana juga telah berhenti menangis dan membuat Sehun lega datang mendekat kearahnya. "Kau tidak apa, ini aku kasih permen."

"Jangan sembarangan beri dia makanan, cepat pergi aku tidak ingin melihat wajah mu." Ditepisnya dengan cara sangat kasar, membuat permen susu rasa cokelat itu jatuh ke lantai denga bentuk sudah tak beraturan ketika ibu itu lewat pergi dengan menggendong anaknya di depan.

Sehun masih duduk berselanjar kakinya, dia melihat bahwa makanan tersebut sayang di buang. "Ummm... Kenapa di buang, rasanya sayang sekali. Chanyeol Hyung bilang tidak baik." Sehun memungutnya dia melihat bahwa permen itu masih layak dimakan menurutnya.

Apalagi yang diinjak hanya bungkusnya bukan isinya, dia menyayangkan permen itu karena di beli dengan hasil uangnya sendiri. Ia memang rajin menabung dan sangat sayang dengan celengan babinya. Apalagi kalau mendapatkan hadiah Natal hatinya begitu gembira seperti seorang bocah kegirangan dan melompat dalam mimpi indah.

Itu semua seperti masa lalu, dimana dia masih dengan kakaknya. Dengan tubuh ringkih juga sedikit bergetar dia bangun dengan tangan yang menyentuh dinding. Saat dia sudah hampir melangkahkan kakinya, sebuah tangan menopang lengannya dan membuat si bungsu terkejut takut.

Seorang suster yang hendak membantunya. "Anda tidak apa?" Rasanya sangat kasihan saat dia melihat wajah memar di salah satu matanya. Mungkin karena benturan tas itu dan Sehun baru menyadarinya ketika tangannya tak sengaja menyentuhnya. "Appooo..." Lirihnya dengan bibir mngerucut manis, jika dilihat secara teliti oleh seorang suster disana dia memaklumi akan sifat pemuda yang dia tolong.

Autisme memang menyerang sebagian orang dan dia juga tahu bahwa mereka tidak boleh di kerasi apalagi di bentak. Jika dalam ilmu fisologi mereka rentan dengan tindakan kekerasan dan hanya butuh kesabaran untuk membuat mereka membaik.

"Bagaimana kalau aku obati dulu, nanti bisa bengkak kalau dibiarkan." Sehun berjalan dengan bantuan suster yang menurutnya cantik itu. Dia memasang ekspresi bingungnya tengah berfikir. "Tapi aku tidak akan disuntik kan?" Sehun memohon dia tidak ingin dipertemukan dengan benda tajam dan runcing seperti jarum itu. Dia tidak mau jika kulitnya di buat sakit seperti gigitan semut, karena Sehun tahu bahwa rasanya lebih ngilu.

"Tidak aku tidak akan menyuntikmu, aku akan mengobati luka lebammu. Apa kau mau bertemu seseorang?" Obrolan singkat cukup akrab, Sehun beruntung dia bertemu dengan suster baik hati yang mau menolongnya. Sedikit diam dan berfikir dia anak kecil yang terjebak dalam tubuh dewasa menggemaskan. Tak lama setelahnya ada senyum begitu manis dan membuat Sehun mengangguk lucu.

"Iya aku sedang mencari kakak disini, apa kau tahu kakak ku suster cantik?" Tanyanya dengan sangat manis terlebih ada embel-embel cantik di belakang panggilannya. Membuat dua pipi merah bersemu. Sehun tahu bahwa dia mengatakan hal itu sebagai pujian, salahkan Chanyeol yang membuat Sehun sedikit menggoda beberapa wanita dan membuat adiknya menirunya tanpa disadari.

"Aku akan membantumu, siapa nama kakakmu? Aku akan mengantarkan mu." Suster itu berbicara dengan manis bahkan dia juga meminta agar Sehun tenang agar tidak terlalu bingung. "Kalau begitu aku mau bertemu dengan kakak ku dahulu. Aku tidak mau lama-lama mencarinya." Sehun akui bahwa dia tidak ingin bertemu dengan Kyungsoo jika lama berada disini.

Jika ketahuan dia akan dibawa pulang atau lebih buruknya dia tidak akan diijinkan bertemu kakaknya. "Kenapa terburu- buru bagaimana dengan lukamu. Apa tidak mau diobati?"

Sehun menggeleng dia juga tidak ingin lupa tujuannya untuk apa dia kesini. Kalaupun dia luka dia bisa minta tolong pada kakaknya untuk mengobatinya.

"Aku hanya ingin cepat-cepat bertemu Hyung, aku rindu Chanyeol hyung." Ungkapnya dengan nada raut sedih tapi langkah kakinya masih menurut pada si suster itu. Sedikit terdiam ketika wanita cantik itu mendengar ucapan Sehun yang mengatakan nama kakaknya.

"Apakah namanya Park Chanyeol?" Tangannya dengan senyum manis tak lupa dia seperti mengenal raut wajah Sehun. "Iya dia kakak dia kakakku bisakah kau antarakan dia. Aku mohon suster." Mohon nya dengan gerakan anak kecil seperti meminta cokelat pada ibunya.

Sedikit lama menunggu jawaban suster tersebut, tapi senyum Sehun mengembang dengan lebar ketika gadis di sampingnya itu mengangguk mengiyakan. "Tapi janji ya kalau datang kesini jangan sendiri. Apakah kau tahu kau anak istimewa dan jangan lupa obati lukamu. Ayo kita cari kakakmu." Ucapnya dengan lembut bahkan dia adalah contoh suster yang baik untuk ditiru beberapa suster di manapun berada.

Karena pada dasarnya manusia itu harus diajak simpati bukannya di tindas. Dia juga tahu bahwa Sehun mengalami hal tidak menyenangkan. Mungkin karena kekurangannya makanya orang menganggap dia rendah, padahal sudah dalam ajaran agama dan sosial bahwa setiap manusia itu tidak ada yang sempurna.

Sadar atau tidak sepasang mata sudah melihatnya.

"Sehun..."

Suara seorang pria bergumam dengan pelan juga tatapan bingungnya.

Bingung kenapa dia bisa ada disini?

,

Sudah sangat pucat, wajah wanita itu ketika dia tidak fokus dengan apa yang dia lihat. Sebuah keranjang berisi makanan dan juga tas koper yang memuat pakaiannya juga suaminya. Rasanya ini sangat menyedihkan ketika dia harus menunjukkan wajah susahnya.

Dia hanya mengkhawatirkan Chanyeol juga Sehun karena kenyataannya Suho tidak bisa berubah. Semua itu dia pikirkan hingga kepalanya terasa penuh di samping itu dia juga akan melanjutkan pencarian untuk anaknya. Beruntung dia masih bisa berjalan di sini untuk menjaga anaknya menggantikan suaminya yang akan berangkat kerja.

Tapi langkahnya terhenti ketika dia melihat seseorang mengintip dari jendela. Seseorang tengah berjinjit dan dia berusaha untuk melihat sosok makanya yang dia tak bisa lihat karena tertutup tirai.

"Apakah..." Ucapan sang ibu menggantung tapi kedua matanya berbinar ingin menangis.

"Apakah ini kamar Chan Hyung?" Cicitnya dengan kedua kaki yang berusaha menjijit, Sehun heran kenapa jendela pintu dibuat kecil dan setinggi ini. Padahal dia termasuk tinggi jika dilihat secara langsung.

"Umhhh Chan hyung apa kau di dalam?" Dia memanggil dengan menopang dagu pada pintu di depannya jaraknya memang dekat apalagi Sehun bisa mencium bau obat. Tapi jika sang kakak disana dia tak masalah.

"Sehun... Hiksss... Anakku, Sehun..." Ibunya bergumam bahkan dia melihat dengan jelas bagaimana anaknya berdiri di sana dengan wajah menggemaskan yang dia rindukan. Dengan perlahan dia berjalan mendekat mengikat jarak antara keduanya. Firasat sang ibu tidak akan pernah salah apalagi semakin dekat dia, semakin nyata dia melihat anaknya.

Ketika dia hendak memanggil namanya, seseorang sudah datang dan dia menghajar Sehun hingga jatuh.

"Dasar idiot mau apa kau kesini huh!'' ucapnya dengan pintu yang langsung terbuka dan membuat Sehun jatuh tertindih oleh badan Suho yang langsung menyusuknya. Tapi di dalam tidak ada siapapun hingga disana tidak tahu bahwa Sehun sukses mendapatkan pukulan.

"Suho Hyung, ini aku hikksss... Sakit..." Ucapnya dengan lirih bahkan dia menangis dengan sesenggukan setelahnya. Mungkin dia juga menahan tangisnya tadi saat disalahkan seorang ibu tadi. Tapi kali ini tonjokkan sang kakak bukan main dan membuat beberapa apel keluar dari tasnya ataupun hancur karena di tekan kuat.

"Mau apa kau huh! Jangan harap kau mau kembali pulang. Kenapa kau bisa disini Sehun!" Suho nampak murka dan tangannya mengepal siap menghantam dengan kuat. Sehun seperti meminta ampun dari suara lirih yang mendayu, malangnya ini adalah kamar VIP makanya jarang orang lewat disini. Hanya dokter yang mendapat tugas dan jadwa memeriksa saja.

"Aku tidak tahu kalau hiksss..  Suho Hyung jangan pukul aku mohon..." Tangan itu bergerak memohon apalagi dia melihat bahwa kakaknya seperti ingin membunuhnya. Kenapa sang kakak begitu membencinya apakah nasibnya begitu malang. Hingga Sehun tak dapat kesempatan hanya untuk bertemu kakaknya, dalam pemikirannya dia selalu bertanya apa salahnya?

Padahal Sehun tidak pernah nakal dan memukul tapi kenapa kakaknya tega memukul dia berkali-kali hingga sakit dan lebam.

Bahkan menangis saja percuma karena kakaknya tak anggap dia kasihan justru lebih beringas dari sebelumnya. Sehun seakan tak mendapatkan kesempatan untuk menangis atau meminta tolong karena suaranya sudah habis.

Tapi yang ada kakaknya berkata kasar dan memakinya seperti sekarang. 

"Aku akan menghajarmu sialan!"

"Ampun hikksss jangan pukul aku Suho Hyung." Cicitnya memalingkan wajah dan dengan cepat sebuah teriakan memanggil nama itu hingga Suho memalingkan wajahnya.

"LEPASKAN ADIKKU SIALAN!" Teriaknya dengan bogeman yang sukses membuat Suho jatuh terhuyung apalagi dia langsung menarik kerah bajunya dan menghajar dengan keras. Sehun melihat Kyungsoo datang seperti pahlawan untuknya. Kyungsoo cukup keras untuk menjatuhkan Suho hingga Sehun bisa melihat bahwa bogeman itu bisa meruntuhkan tubuh kakaknya.

"Aku akan menghajarmu sialan! Jangan ganggu adikku!"

Kyungsoo dia serius akan menghabisinya jika dia ingin.

.

"Eomma kenapa diam disini ada apa eomma."  Suara Chanyeol membuyarkan sang ibu, bukan hanya itu saja dia kaget melihat sang suami pulang dengan mendorong kursi rodanya.  Ibunya sempat melamun dengan gurat sedih apalagi dia baru saja kecewa dengan apa yang dia dapat. Tahu bahwa ibunya sedih Chanyeol berusaha mencari tahu apa yang terjadi.

"Eomma kenapa sedih?" Ucapnya dengan khawatir begitu pula dengan sang suami yang mendekati istrinya dan mencoba memberikan ketenangan dengan usapan lembut di bahunya. "Maafkan eomma tapi aku pikir aku melihat Sehun ternyata bukan. Aku tadi hikkss... Aku salah lihat oh astaga maafkan aku..." Ibunya mendadak sedih dan menangis hal itu membuat kedua orang disana menatap khawatir dan panik. Bukan hanya itu saja Chanyeol hampir kehilangan keseimbangan saat dia bergerak refleks mencoba untuk membantu ibunya yang limbung.

Tapi ayahnya sudah bergerak dahulu dan membuat Chanyeol urung dia lupa bahwa kakinya mati rasa.

"Istriku jangan seperti ini, aku yakin kau salah melihat tadi." Suaminya mencoba menenangkannya akan tetapi sang istri seakan tidak menghentikan air matanya. Chanyeol sedih jika harus melihat ibunya menangis.

Tapi, bagaimana bisa ibunya salah melihat. Apakah karena beliau sangat rindu pada adiknya itu? Tapi bagaimana kalau itu benar Sehun sementara dia juga merasakan bahwa sang adik berada di sekitar sini. Itu firasat yang dia miliki. Hanya saja dia tahu bahwa ini rumah sakit mana mungkin adiknya tahu. Tapi...

Kejadian waktu itu dia juga tidak mungkin salah menebak bukan? Tapi orang tuanya bilang mungkin saja itu sebuah mimpi atau firasat seperti pesan karena terlalu merindukan adiknya.

Pada akhirnya semua itu akan dianggap halusinasi saja. Chanyeol pada akhirnya meragu bahwa firasatnya benar tapi semakin dia menolak rasa penasaran keberadaan sang adik semakin besar.

"Eomma tak apa, aku yakin eomma tadi hanya salah lihat. Mana mungkin Sehun ada disini, mungkin eomma belum sarapan, nde eomma... Chan temani ya, aku tahu eomma tidak bisa makan tanpa anak eomma berkumpul."

Meski ragu tapi dia tidak tahu apa yang akan dia lakukan, hanya sebuah senyuman palsu yang dia lakukan hanya untuk membuat sang ibu tenang. Akan tetapi di dalam hatinya seakan menjerit memanggil sang adik. Jika benar dia ada disini Chanyeol janji akan memeluknya dan mengatakan bahwa dia akan selalu bertahan.

Makin hari dirinya makin buruk di tambah lagi punggung tangan yang mengkerut karena kekurangan gizi. Meski cairan infus masih masuk ke dalam tubuhnya dengan menggunakan selang.

"Sehun kenapa Hyung merasa kau benar ada disini?"

Apakah batin berbohong?

.

Kyungsoo hampir kalap jika saja beberapa dokter tidak membantunya, Sehun menangis makin keras ketika dia melihat kakaknya Suho berdarah pada hidung dan sudut bibirnya. Apalagi Kyungsoo juga berdarah di keningnya ketika dia mendapatkan bogeman keras nan mentah itu.

"Kyungsoo tenanglah jangan buat kegaduhan, jika kau memukulnya dia akan tewas." Salah satu teman magangnya yang baru saja masuk ke sini beberapa hari menariknya ke bekalang, dengan bantuan salah seorang perawat juga yang kebetulan ikut untuk sarapan. Hanya saja disana Sehun menolong kakaknya untuk bangun tapi masih di dorong hingga dia jatuh. Membuat dokter muda itu murka.

"Jika kau benci adikmu jangan kau dorong juga!" Kyungsoo hampir saja melepaskan cekalan dari dua tangannya, dikugatnya begitu jelas bagaimana kedua mata bulatnya mempunyai emosi yang besar. Seperti belum puas saja untuk membuat namja dengan marga Park nya itu kapok.

"Suho Hyung, aku hanya ingin membantu." Rengek Sehun dengan wajah sedihnya, dia juga ikut bonyok walau tidak separah kakaknya. Karena tak tahan emosi Suho meludah tepat di samping Sehun jatuh terduduk. Kyungsoo masih berusaha melepaskan cekalan dari kedua temannya walaupun gagal.

"Kyung, jangan lakukan hal bodoh tenanglah!" Rasanya temannya sudah frustasi saja dia yang tidak memukul kenapa dia yang merasa pusing. Bahkan disini dokter muda itu berteriak keras guna melepaskan seluruh kekesalannya. Sampai penjaga keamanan datang dan membuat Suho menyerah. Ada tatapan kesal yang dia tujukan pada adik malangnya itu.

"HIKKSSSS.... SUHO HYUNG, JANGAN BAWA DIA KE POLISI." Sehun menganggap bahwa kakaknya akan di penjara ketika dia melihat seragam keamanan rumah sakit yang mirip dengan polisi dia sering lihat. "Tenang ya, dia tidak akan dipenjara hanya saja dia akan dikeluarkan dari kawasan karena sudah membuat kegaduhan." Salah satu orang yang bergerak menahan tubuh Kyungsoo itu pun mendekat. Dia memenangkan Sehun yang menatap sedih punggung kakaknya sembari menangis.

Dia lelah jika harus menangis tapi kenapa air matanya tetap saja jatuh, apalagi luka kemarin juga belum sembuh lalu kenapa dia harus mendapatkannya lagi. Sangat mending jika dia dipukul orang asing atau preman tapi ini dia dipukul oleh kakaknya.

Bukankah ini sangat jahat jika di bayangkan?

Padahal niat baiknya hanya untuk bertemu sang kakak dan memberikan dia buah kesukaannya. Bagaimana bisa susu coklat hidup tanpa buah apel. Bukankah rasanya akan kurang manis?

Sama seperti Sehun yang selalu ingin menempel pada kakaknya hanya saja dia seakan dan selalu kehilangan kesempatan. Bahkan dekat dengan kakak pertamanya saja itu tidak mungkin.

Dia menoleh ke belakang, wajah polos Sehun tertunduk saat dia melihat wajah Kyungsoo yang menatap marah, kesal dan juga emosi berlebih padanya. Sudah ada aura berbeda yang membuat dia menjadi meringkuk takut.

"Sehun ikut Hyung, aku ingin bicara padamu." Kyungsoo berjalan mendekatinya tapi tatapan matanya seakan berbeda dari biasanya. Dia tidak akan menyangka jika Kyungsoo yang biasanya ramah kini terlalu tajam menurutnya. Hingga Sehun merasa dia diintimidasi.

Ketika dirinya seakan sesak tak bisa bernafas dia bisa melihat bagaimana tangan sang kakak terluka akibat kepalan tangannya sempat memukul tembok dengan keras. Pasti sakit itu yang dia pikirkan saat ini, semua dalam dirinya terlalu polos bagi jiwa bocahnya.

Park Sehun dia tidak suka tatapan intimidasi.

"Jangan diam saja Hun, katakan padaku kenapa kau pergi tanpa ijin dariku."

Suara itu....

Jujur Sehun takut dia tidak suka, kenapa kakaknya menjadi seperti sangat tajam.

Dalam diamnya dia meminta tolong pada kakaknya, memanggil namanya.

.......

TBC...

Hai semua apa kabar, apakah kalian baik saja dan selalu bahagia. Jangan lupa dengan apresiasinya semoga kalian sehat selalu dan bahagia.

Oh ya jangan lupa buat ibadah dan juga jaga kesehatan. Semoga pandemi segera berakhir dan pergi dari bumi Indonesia.

Gomawo and saranghae...

#ell

10/09/2020









Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro