Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Angel vs Devil (42)

"Orang bilang kalau malaikat itu musuhnya iblis dan tak pernah sekali pun mereka damai. Pertanyaan besar dalam benak manusia kenapa Tuhan menciptakan malaikat dan iblis. Sepertinya simpel, mungkin guna menunjukkan bahwa jika ada kejahatan maka ada juga kebaikan."

(Author **** POV)

Gerimis...

Sehun sudah pulas dia kelelahan karena terlalu banyak bermain monopoli dengan kakaknya. Selimut sudah mengukung tubuhnya agar tetap hangat, bukan berarti Sehun akan selalu aman disana jika saja jendela itu tak di tutup.

Chanyeol bergerak menuju jendela terbuka itu, cukup beruntung karena kamar sang adik berada di lantai bawah. Sementara dia sendiri jujur cukup kesusahan dengan kursi roda jika dia harus melewati tangga.

Kedua matanya melihat langkah kaki dari luar itu, sang kakak dengan earphone di telinga nya juga sikap masa bodohnya yang tidak membawa payung dengan bermodalkan jaket saja. Dalam diamnya juga Chanyeol mendesah dengan perlahan dan mengatakan bahwa semua ini urusannya kali ini. Bergerak menuju di depan rumah dan melakukan suatu hal.

"Kau sudah pulang, sudah berapa lama kau pergi. Apakah begitu banyak tugas, sampai kau mengabaikan pesan keluargamu sendiri."

Itu Park Chanyeol, tak sampai sang kakak masuk terlalu dalam di rumahnya tapi ucapan menohok itu sudah menusuk ulu hatinya. Ini bukan hal pertama kali dia lakukan hal itu, malahan sudah banyak dan beberapa kali. Tapi tetap saja semua percuma, hingga Suho bisa melihat bahwa seseorang dengan kursi rodanya itu menghalangi jalannya.

Dia bisa berdecih dengan wajah santai, seakan mengatakan bahwa adiknya adalah pengganggu juga penghalang. "Kenapa kau pulang, apakah orang penyakitan sepertimu  boleh pulang?" Nada menyindir begitu kentara mungkin jika orang yang belum biasa akan merasa sakit hati. Tapi tidak bagi Chanyeol dia akan memutuskan bahwa ucapan sang kakak adalah basi.

"Lalu kenapa kau pulang, bukankah kau muak untuk ke rumah. Aku harap kau tidak membuat adikku lebih menderita Hyung!" Chanyeol tak ingin mempertahankan kesabaran yang dia miliki. Dia ingin melepaskannya agar dia bisa mengenalkan bagaimana sisi tegasnya di depan sang kakak. Melirik ke belakang dan melihat Sehun terlelap dalam tidur.

Tubuh terbalut dalam selimut dengan nyaman ia mengulas senyum lembut di lengkungan kurva bibirnya. "Aku tidak tahu bahwa kau nekat pulang hanya karena permintaan idiot itu. Kau ingin cepat mati huh?!" Suho melihat bagaimana adiknya itu bodoh, dia juga tidak mau mengerti keadaan tubuhnya yang sekarat.  Cukup sarkatik karena dia menatap tak suka dengan adiknya yang damai dalam lelap, tapi tidak berlangsung lama karena pada akhirnya dari kejauhan tubuhnya itu ditutup pandangannya dengan telapak tangan kanan namja di depannya.

"Jika tidak keberatan jauhkan pasanganmu dari adikku, atau aku akan membuatmu buta." Ancaman besar dan kasar dia tidak takut ataupun peduli dengan rasa sakit di kepalanya. Sepertinya Suho harus mempertegas siapa yang paling berkuasa dalam kawasan seorang anak dalam keluarga ini.

"Kau mengancam kakakmu, aku lebih tua darimu tapi kau sudah sangat berani. Belajar dari mana apakah kau tidak ingat siapa kau dan apa itu tata Krama?" Wajahnya sangat serius kali ini dia bisa memukul adiknya walau dia sakit, dirinya sudah mantap membuang apa itu peduli.

"Itu kenyataan, bahwa kau memang jahanam. Siapa yang akan aku hormati bahkan kau tidak menghargai, aku tidak sekedar mengancam tapi aku akan melakukannya jika memang harus. Apakah aku terdengar bercanda, tapi jika kau lakukan hal buruk pada Sehun aku adalah orang yang akan membuatmu hancur." Suara gemerutuk gigi itu terdengar Chanyeol merasa batinnya sakit, dia tahu bahwa adiknya yang dihina tapi seperti sebuah ikatan kuat dia merasakannya.

Tersenyum miris dan membuat kesan bahwa pria di depannya adalah bajingan. Ini sama halnya dengan dia menantang bahwa ikatan saudara itu tidak selamanya akur. "Aku salut dengan kegigihan mu sejak dulu karena kau memang bodoh. Apa aku peduli terserah kau saja tapi sejak kecil aku tidak pernah peduli dengan namja itu."

"Kau membuatku marah setiap hari, aku cukup sabar dan jangan harap aku akan melakukannya lagi." Dia mendekat akan tetapi dia tahan dan hanya tangan itu mengepal. "Oh kau mau melawanku ya lakukan saja aku bahkan tidak akan membalas karena aku tahu kau sudah lemah. Apa kau tahu kau nampak mengerikan seperti monster, lalu apakah Sehun tahu bahwa kau sekarat?" Bagaimana bisa jiwa jahat itu merasuk dalam tubuh kakaknya. Ucapannya mengandung tempramental yang memancing hingga seorang Chanyeol bicara kasar dalam hati.

"Aku akan mengatakannya jika waktu tepat, apa kau peduli kurasa tidak bukankah kau termasuk pria apatis. Jangan sampai kau berani mengusiknya, aku tidak akan membiarkan hal itu." Suho tersenyum mendengar ucapan adiknya dia diam tapi dengan seribu pemikiran dalam otaknya. "Aku tahu kau akan melakukannya dan jangan khawatir meski aku membenci kalian berdua aku tidak mau membuka rahasia orang ini bukan aku. Tapi, jika aku mempunyai niat membuang Sehun aku bisa melakukan hal lebih."

Chanyeol sudah bisa menebak bagaimana kakaknya punya ambisi mengerikan. Iblis dalam hatinya sudah membuat pengaruh buruk tak bisa dihalangi dengan nasihat dan juga pencerahan. Tatapan tajam itu masih ke adiknya hanya saja Suho mencoba mendekat ke sana dan Chanyeol menghalanginya. "Sudah kubilang jangan dekati adikku kalau tidak mau aku congkel matamu. Apa kau lupa dengan janjimu ketika masih kecil, jangan sentuh adikku Suho Hyung!" Intimidasi itu ada kepekaan seorang kakak untuk menjaga, Suho tidak memiliki tabiat itu dia hanya memikirkan bahwa apa yang dia lakukan adalah hal benar.

"Tidak mungkin aku lupa, hanya saja aku heran adikmu bisa pulang dengan selamat. Kau jangan senang dulu ingat bagaimana keadaanmu yang begitu buruk." Bisik nya dengan tajam
lihatlah bagaimana Suho mengulas senyum hingga giginya nampak. Itu mengerikan hingga Chanyeol tajam membalasnya meski begitu tak ayal jika rasa benci akan semakin besar.
"Aku akan menunggumu di neraka!" Ancaman bukan permainan dia mengatakan itu dengan mantab seolah dia akan pergi dan menunggu kakaknya masuk dalam kubangan api.

Suho tak bisa bicara tapi cengkraman kuat ada di bahunya. Adiknya memang berani dan dia tak bisa menolak itu, hanya saja dia merasa bahwa adiknya pantas mendapatkan sakit itu. "Ya, karena kau akan segera mati."

Pergi melenggang begitu saja dia meninggalkan Chanyeol dalam keadaan diam dan otak berfikir keras.

"Jika aku melihatmu di neraka aku bisa lega karena Tuhan membantuku membalaskan rasa sakit adik kita."

Kita, Sehun memang adik kedua kakak Park. Seperti tidak lelah mengingatkan, dia sudah tak nampak melihat bayang kakaknya yang hilang ke atas. Tak adil bagi Sehun tapi adil jika kakaknya masuk ke dalam neraka karena sifat buruknya. Kembali menatap sang adik masih tenggelam dalam mimpinya, Chanyeol dia meringis menahan sakit di kepalanya.

Pandangannya buram dan sakit seperti di tusuk itu semakin kuat. "ARRRGGHHHHH SAKIT! AAAKHH!"
Dia menekan kedua kepalanya dengan kuat, kedua tangan itu merasa sangat terguncang. Dia ingin mengambil obat dari sakunya tapi obat itu jatuh dan tumpah, dengan tangan gemetar tangan itu mencoba meraihnya namun gagal karena tersenggol.

"Sakit arrghhhhh tolong aku, eomma... Appa shhhh sakit tolong aku aarggggghhh." Chanyeol mendesis tapi dia juga megaduh dengan berteriak pelan diantara dia sakit karena otaknya berdenyut di satu sisi dia tidak mau membangunkan adiknya. Sedikit beruntung karena pintu tertutup dengan meninggalkan celah sedikit hingga cahaya lampu dari dalam keluar.

Kursi roda ambruk bersama dengan orang yang menaikinya bukan hanya itu saja Chanyeol tak berhenti merintih tangannya juga menekan suaranya dengan telapak tangan. Dia tidak takut dengan rasa sakitnya, dalam hati kecilnya dia berharap tolong semoga Sehun tak mendengar nya. Dia juga menggigit bibir bawahnya hingga berdarah tak peduli lecet dan perih tapi dia melakukannya untuk Sehun.

Sampai darah itu juga keluar dari jemarinya, Chanyeol menggigitnya sangat kuat dominan rasa sakit sangat besar. Merintih dengan nafas tersenggal dia seperti bertarung dengan malaikat maut. "Eomma... Appa... Hikksss tolong aku... Argghhh..." Pandangannya mengabur bahkan semua di matanya buram hanya jemarinya yang hampir mati rasa mencoba menggapai.

Lambat laun tubuhnya lemas dan siapapun tak tahu akan kesusahannya sampai seorang wanita keluar dari sebuah ruangan. Ibunya membola dengan tubuh syok dan menjatuhkan gelas ditangannya. "CHANYEOL ANAKKU KAU KENAPA ASTAGA!"

Ibunya cukup keras berteriak hingga namja kesakitan itu memohon dengan tertatih agar ibunya tidak berteriak dengan keras. "Eomma Se-sehun dia sedang tidur, ku-kumohon jangan membuat dia ba-bangun."

Dia tidak bisa bangun tapi tangan nya cukup kencang menahan tubuh sang ibu agar tidak pergi. Derai air mata jatuh bersamaan dengan dua mata sembabnya. Memang lancang jika dia meminta pada ibunya tapi dia tidak bisa begitu saja melihat Sehun menangis sementara dirinya juga menangis. "Chanyeol maafkan eomma tapi adikmu juga harus tahu bagaimana jika dia tidak suka dan-"

"Kumohon eomma hikkss... Ini sakit eomma..." Ibunya segera mengambil obat itu dan menyerahkannya pada sang anak. Dalam satu telan cepat tanpa ada air membasahi kerongkongannya. Rasa pahit yang sangat hingga dia terbatuk dan Chanyeol langsung memeluk pada sang ibu menyandar dengan nyaman agar kepalanya tidak sakit. Tubuhnya bergetar dan kedua kakinya sekarang mati rasa matanya sangat buram bahkan dia menangis, bibirnya bergetar.

Lima menit dia bersandar di sana, Chanyeol masih menitikkan air mata ditambah badannya menggigil karena angin malam. Ini bukan salahnya kenapa dia tidak menuruti ucapan dokter dia cukup mendapatkan dukungan apalagi kemoterapi seakan memberikan efek besar. Seperti kebotakan, kulit rusak dan muntah terus menerus. Chanyeol setiap hari mengalami nya gejala berat pagi penderita kanker stadium akhir bahkan operasi pun gagal.

"Kenapa kau bisa terkena kanker sayang, apakah eomma mengabaikan gizi dan kesehatanmu hikkss... Oh Tuhan melihat keadaanmu seperti ini membuat aku tidak tega." Bibir bergetar dengan kesedihan penuh sesal. "Aku tidak tahu eomma tapi aku ingin sembuh. Aku tidak ingin meninggalkan kalian hikkss... Bagaimana nasib adikku jika aku pergi. Aku tidak mau pergi jauh hikkss..." Isakan makin kuat, wajahnya tenggelam dalam pelukan ibunya.

Anaknya hancur dalam sekejap, anaknya tak bisa mengatakan hal lain lagi selain dia ingin sembuh dia ingin baik. Dia ingin menjalani hidupnya, di bawah naungan rumah sakit bukan keinginannya. Kanker menyebalkan sudah merubah kehidupan juga kesehatannya.

Ibu dan anak itu kini menangis bersama, semua terasa menyedihkan bahkan bagi seorang ayah yang baru pulang dari dia belanja. Anaknya sudah di atas lantai dan istrinya menangis dengan memeluk anaknya.

Kapan ini semua berakhir?

Bahkan seorang Park Suho sekalipun tak peduli dengan semua yang terjadi, ini dia anggap sebagai hal tak berguna.

Entahlah iblis tetap iblis...

.

"Kau yakin nak mau tidur disini, apakah kau tidak takut kalau Sehun bangun dan curiga. Eomma lihat wajahmu sangat pucat."

Kedua orang tua disana cukup khawatir ketika melihat anaknya membaringkan kepala dan tubuhnya di atas kasur dan bantal milik si bungsu. Dia begitu menikmati momen kebersamaan bersama sang adik walau pun tidur bersama dalam satu kamar. Sadar atau tidak Sehun membalikkan posisi miringnya dengan tangan mengerat dan memeluk tubuh sang kakak yang dia anggap sebagai guling sepertinya.

Chanyeol mengangguk pelan dia ulas senyumnya walau tidak menjawab kedua orang tuanya paham. Anaknya tidak masalah dan menikmati hal itu, ketiganya juga tertawa kecil ketika melihat Sehun yang bergumam. Sepertinya si bungsu mimpi bertemu iron man hingga Sehun sangat senang.

"Kau mimpi indah ya Saeng, astaga imut sekali. Kau membuat Hyung lupa rasa sakitku." Celotehnya dengan mencoel hidung di depannya. Sehun melakukan gerakan kecil dengan mengusap hidung atau menggaruknya dia kita nyamuk yang mengganggunya tapi berterima kasihlah pada kakaknya yang menjadi nyamuk besar. "Sehun sudah sebesar ini kita tak sadar bahwa dulunya dia adalah bayi munggil kesayangan kita." Ayahnya merangkul istrinya dia sendiri terpukau dengan betapa tampannya kedua sang anak. Jika di lihat semua memang menurun dari garis wajahnya dia juga memiliki istri yang cantik hingga mendukung bentuk wajahnya.

"Tentu saja tampan seperti ayahnya apa kau tahu aku juga suka mengidam melihat pria tampan itu lah mengapa semua anakku tampan." Ibunya membanggakan diri dia juga mencolek perut sang suami sekedar menggodanya kecil. "Ah pantas saja kau selalu pergi keluar meski masih subuh apakah kau suka melihat penjaga toko yang tampan itu. Dia dulu idola para pelanggan yang datang."

"Astaga kau masih ingat, kau begitu karena cemburu atau memang kau memata-matai ku saat hamil anakku?" Ibunya sedikit mengingat memori masa lalu, tapi suaminya berdehem dan mengatakan suatu hal. "Maksut mu anak kita, ya ampun istriku kenapa kau selalu menguji kesabaran ku Hem. Chanyeol lihatlah kenapa aku begitu jatuh cinta dengan ibumu dia adalah wanita cantik penuh dengan selera humor. Appa suka dengannya dan menjadi kan dia istri. Sungguh pengalaman indah dan perjuangan besar mendapatkan ibumu ini." Ayahnya tersenyum senang sejenak lupa akan kesedihannya.

Chanyeol dia tak luput dari tawa membalas pelukan sang adik dan mendengar bagaimana kedua orang tuanya begitu mesra, dia senang dan bahagia memiliki kedua orang tua yang masih akur. Jika dia ingat akan cerita temannya yang kebanyakan orang tuanya sudah bercerai, entahlah Chanyeol tak bisa membayangkannya. Hingga pada akhirnya dia memejamkan mata karena mengantuk. Obat sudah membuat dia tak sakit dan kini merasa bahwa dia ingin tidur.

"Istriku kau sudah hebat, kau bisa menahan kesedihanmu." Suaminya menepuk pundak wanita di sampingnya, dia juga tak bisa membendung kedua air matanya. Mereka menangis ketika Chanyeol benar terlelap. Mereka menangis saat ingatan mengenai bagaimana anak ke duanya kambuh dan nampak hancur. Berharap bahwa penyakit itu menyerah dan pergi jauh dari tubuh anaknya, tapi kenyataannya tubuh itu semakin mengurus saja dan kemoterapi seakan memberikan efek menyiksa.

Bohong jika anak kedua mereka tegar, mereka juga tahu bahwa setiap malam Chanyeol menangis dan mengeluh sakit dalam kesendiriannya. Anak mereka sengaja menutupi hingga dia berfikir bahwa kedua orang tuanya tak terlalu memikirkan sakitnya. Ikatan antara orang tua dan anak kuat.

"Kita berjuang demi anak kita, ayo semangat jangan biarkan semangat anak kita luntur."

Berharap pagi tidak berlaku agar sisa waktu tidak akan tipis.

.

Pagi menjelang matahari melakukan tugasnya dia bangun lebih pagi dari pada manusia dan dibangunkan oleh kokokkan ayam jago yang sudah berdiri di atas tangga. Hanya beberapa orang yang memiliki peliharaan unggas itu, tapi masih ada sama cepatnya dengan ayam unggas di sana ketika bangun. Ya... Dia adalah Park Sehun yang kini menaruh sebuah pohon kecil di halaman dekat rumahnya.

Dia menemukannya tergeletak begitu saja di buang tetangga. Karena kasihan dia mengambilnya, Sehun mendapatkan ajaran menyayangi sesama termasuk pada hewan dan tumbuhan. "Aku harap hujan turun nanti kalau aku lupa langit yang akan menyirami. Cepat besar ya biar besok Hunie bisa duduk di bawah mu." Senyum manis dengan kedua tangan kotor akan tanah karena gundukkan kecil pohon disana.

Sehun senang melakukannya hingga dia tidak sadar bahwa tingkahnya sudah membuat seseorang tersenyum simpul. "Kau baik sekali Saeng, lihatlah Tuhan pasti akan membuka tangannya dan memberikan anugerah untuk mu." Chanyeol datang dengan kursi rodanya dia sudah lega kini setelah kebingungan mencari di dalam. Adiknya bangun cepat dan dia belum mandi, bau Pesing khas sungguh Chanyeol rasa dia akan merindukan hal itu juga.

"Iya dong Chan Hyung, aku mendapatkan nasihatmu. Kalau aku sayang semua, banyak yang sayang aku. Besok kalau pohon ini besar kita duduk bersama ya Hyung." Minta Sehun pada sang kakak dan berharap bahwa tidak harus lama dia menunggu kesayangannya sekarang bisa membesar. Kakaknya diam, rasanya sangat sulit mengatakan hal buntu. Mendadak Chanyeol bodoh dengan ucapan sederhana adiknya.

'Apa yang harus aku lakukan, mungkinkah masih ada banyak waktu aku punya. Sedangkan aku sendiri merasa sangat lemah, akankah aku bisa mengatakan ya. Tapi seakan kau memintaku mengatakan tidak karena keadaan. Tuhan lidahku Kelu kerongkongan ku kering. Bisakah kau buat waktu berhenti sejenak, memikirkan jawaban antara hidup dan mati ini membuatku bungkam.'

Tak bisa dipungkiri kalau manusia yang menyimpan perasaannya hanya bisa tersenyum palsu atau melakukan alasan lain. "Ayo kita sarapan, eomma memasak makanan kesukaanmu." Sang kakak tidak ingin membahas yang menyangkut dirinya dia menjadi lemah memang. "Kenapa eomma tidak memanggilku aku ingin membuat jus jeruk tadi, ummm... Apakah aku terlalu lama di sini. Oh iya tadi aku melihat kupu-kupu cantik sekali." Ucapnya riang, ada senyum di mana dia senang ada di sini.

Berbeda saat di rumah Kyungsoo dia tidak secerah dan semangat seperti ini. "Oh ya, seperti apa warnanya Hyung ingin tahu tapi kau tidak mengganggunya kan. Jangan di tangkap ya biar dia bebas di alam." Chanyeol kini berada di samping sang adik jika dia duduk dengan kursi rodanya maka Sehun dengan bangku taman buatan ayahnya. Si bungsu menundukkan kepala memikirkan maksut sang kakak, dia lemah dalam menangkap maksut orang lain.

"Kenapa kalau aku tangkap, banyak sekali teman-teman ku yang menangkapnya dan memasukkannya dalam toples."

Teman yang dimaksud oleh Sehun adalah anak kecil yang suka bermain di sekitar rumahnya. Sehun juga rindu pada mereka, tapi terkadang banyak tatapan aneh menatap ke arahnya. "Kenapa ya... Emmm, karena jika kau menjadi kupu-kupu apa kau mau dikurung?"

Sehun menggeleng dia juga tidak suka jika harus dikurung terlebih lagi tidak bisa melakukan kebebasan seperti dia mau. Mendadak dia ingat dengan Kyungsoo Hyung, bukan karena dia di kekang akan tetapi dia ingat bagaimana Kyungsoo begitu kesepian.
Sepertinya dia merasa iba, entahlah di dalam Sehun rasanya sangat bolong di sini.

"Chan Hyung, aku sepertinya merindukan Kyungsoo Hyung." Lirih tapi sedikit takut dia menatap sang kakak dengan tatapan dagunya. Tidak ada ekspresi akan tetapi tak berani bertanya juga karena kakaknya bisa menebak suatu hal. "Aku tahu kau menyayanginya aku senang kalau kau punya banyak teman. Tapi apa dia pernah menyakitimu?" Chanyeol akan meminta penjelasan dengan sang adik.

"Tidak Hyung, dia sangat baik. Bahkan dia sama sepertimu hanya saja dia sangat sibuk sampai menitipkanku di sekolah disana aku dapat teman banyak sekali. Kalau malam dia belikan aku makanan manis dan mainan."

Chanyeol tak tahu hal ini, dia baru saja mengerti begitu ada orang perhatian pada adiknya. Meski hanya sekedar penjelasan singkat akan tetapi dia sudah cukup pintar untuk memahaminya. "Lalu apa lagi saat Sehun di sana apa dia tidak marah padamu?" Sekali lagi dia memastikan, bagaimana kalau ada harapan kecil untuk menghadapi masalah besarnya besok.

"Dia marah tapi karena Sehun tidak sengaja menjatuhkan tepung dan bermain di dapur dengan tepung itu. Semua ruangan putih bahkan rambut Hunie juga hehehehe... Cuma marahnya Kyungsoo Hyung tidak sampai memukul." Entah kenapa menceritakan hal ini membuat Sehun tertawa girang dia juga tidak menyangka kalau sudah ada hal menyenangkan walau itu bukan dari kakaknya sendiri. Membuat dia yakin bahwa tidak sepenuhnya orang membencinya.

Sang kakak melihatnya, dia melihat senyum Sehun yang berbeda dari sebelumnya. Dengan perlahan dia menyentuh dada sang adik dan memejamkan matanya sebentar seperti merasakan sesuatu. Sehun melihatnya dan membuat wajah bingung itu ada dengan memperhatikan kakaknya yang diam juga mengabaikan panggilan lirihnya.

"Chanyeol Hyung apa yang kau lakukan. Apa Hyung baik-baik saja?"

Sang kakak melihat itu dan dia membalas dengan senyuman, "apakah disini masih sakit Saeng? Kalau iya katakan saja jangan bohongi kakak." Suara serak itu begitu pula dengan sang adik yang menatap dengan bingung, dalam diamnya dia memperhatikan tangan sang kakak yang masih di atas dadanya. Sembari memikirkan sesuatu dan dia menggeleng kemudian.

Chanyeol menampilkan ekspresi tanyanya, "sekarang tidak sakit. Apa tidak sesak lagi saeng?"

Adiknya menggeleng dia memang tidak merasakan hal itu sekarang yang ada hanyalah hatinya yang lega dan dia seperti terlepas dari beban berat. Seperti Chanyeol duga bahwa adiknya sudah tidak kesusahan, dia semakin yakin dengan keputusannya juga memikirkan hal itu.

"Sehun bisa kau tunjukkan dimana rumah dokter itu besok, aku ingin bertemu dengannya."

Satu permintaan mengubah mimik wajah Sehun terkaget, dia kemarin melihat kakaknya marah dan sekarang dia seperti melupakan masalah itu. "Nde Hyung Hunie akan bawa kau ketemu Kyungsoo Hyung."

Akankah ada perubahan hari ini.

.

PLAAAKKK!!

Begitu keras tamparan itu ada dan begitu besar murka seorang ayah pada anaknya. Park Suho sudah diberikan kesempatan tapi dia tidak bisa menggunakan dengan baik. Bagaimana bisa dia berubah kalau tabiatnya saja tidak dia hilangkan. Dia menantang segalanya termasuk nasihat kedua orang tuanya.

"Memangnya berapa usiamu, kenapa kau tidak pernah mengerti dan tak mau tahu. Dari mana sifat buruk mu itu, Sehun adikmu kenapa kau kunci dia di kamar mandi hanya karena dia meminjam pensil padamu. KAU BODOH ATAU KEJAM!"

Semua terdiam apalagi melihat kakaknya yang kini di sidang sang ayah di depan semua, Chanyeol dia ada di sana dan disampingnya sang ibu yang memeluk bungsu yang menangis itu. Demi apapun Sehun memiliki phobia gelap dan takut sendiri di tempat sempit, kamar mandi adalah salah satu tempat mengerikan untuknya jika di matikan lampu. Tapi sang kakak terlalu kejam dan membuat Sehun sampai bergetar dan menangis tak berhenti. Jika bukan sang ibu yang menyelamatkannya bisa saja Sehun pingsan di dalam sana.

"Terus lakukan appa, lakukan saja sampai kau puas. Hanya bisa menyalahkan aku saja." Suho merasa dia tidak melakukan kesalahan dia bahkan tidak tahu mengapa Sehun bisa disana dia hanya mengelak bahwa dia hanya membentak namja muda itu dan tidak menguncinya.

"Kenapa aku bisa menyalahkan mu karena memang aku salah. Lihat adikmu dia bahkan menangis dan takut kenapa kau bisa lakukan hal konyol itu. Cepat minta maaf Suho!"

Dia menimpuk kepalanya hingga tertunduk, rasa nyeri dan sakit itu ada bukan main pukulan sang ayah. Ibunya hanya bisa melihat dia dengan tatapan menyalahkan, Suho benci dengan hal ini.

Bukan maaf dia berikan tapi tatapan tajam dia tujukan pada sang adik. Chanyeol tidak suka hingga dia membentak sang kakak. "APA KAU TIDAK DENGAR KATA APPA CEPAT MINTA MAAF HYUNG, SEMUA MEMANG JELAS KALAU KAU SALAH KAU JUGA YANG MEMBUAT SEHUN KABUR DARI RUMAH. MAU MENGELAK APA LAGI!"

Seperti lupa dengan sakitnya, Chanyeol sudah tidak memiliki kewarasan dan kesabaran dia tidak bisa menerima hal ini. Sang ibu tahu bahwa tontonan seperti ini tidak baik untuk mental anak ketiganya. Dengan perlahan dia merangkul dan mendekap Sehun. "Ayo nak kita ke kamarmu, biarkan appa menyelesaikannya. Chanyeol apa kau mau ikut nak?" Ibunya menawarkan pada anak ke duanya juga dia tahu bahwa kondisi sang anak belum baik.

Chanyeol menggeleng sebagai tanda menolak dia mau keadilan untuk adiknya, sampai sekarang dia tidak tahu mengapa dan apa penyebab kakaknya tak peduli begitu. Kini Suho merasa bahwa dua orang disana begitu menganggap dia penjahat atau lebih seperti setan.

Ya, manusia kelakuan setan.

"Aku sudah bilang aku tidak tahu apapun mengenai Sehun, kenapa dia di sana juga aku tidak tahu." Entah dia berkata jujur atau tidak tapi nada Suho nampak sangat serius dia bahkan memukul meja di sampingnya sebagai pelampiasan kesal.  Mendadak kepalanya pening tapi itu tidak di pedulikan oleh kedua orang disana.

"Berhenti mengelak Hyung apa kau tidak kasihan dengan Sehun dia percaya dan sayang padamu, dia bahkan tidak mengatakan kau bersalah tapi aku tahu kalau kau bersalah. Sampai kapan kau mengelak Hyung." Kekesalan itu ada jengkel itu nyata bahkan susah hanya untuk menelan air ludah saja.

Tatapan ketidakpercayaan dengan gelengan kepala sementara sang ayah seakan berambisi memaksa dia untuk mengaku. "Aku bahkan tidak tahu apa kesalahanku, aku sudah bilang tidak menguncinya. Kenapa kau salahkan aku, aku memang benci idiot itu tapi aku tidak punya ide melakukan hal bodoh! Kalau aku punya rencana menyingkirkannya pun aku akan lakukan lebih baik dari ini. Kenapa harus aku yang disalahkan apa kalian punya bukti!"

PLAKKKK!!

"Karena di rumah ini kau biang masalah apa kau tidak ingat begitu banyak kesalahanmu dan sekarang melawan. Sadar atau tidak aku akan membuatmu mengakui!" Ayahnya baru saja menampar dia tak akan segan untuk menarik baju sang anak dan memukulnya. Chanyeol melihat kakaknya tidak melawan dia terus mengelak dan diam seakan dia memang benar tak melakukan kesalahan.

Lalu, kenapa dia yakin begitu kalau kakaknya tidak salah. Di rasa Chanyeol seperti nya tak waras dan dia diam dengan spekulasi banyak hari ini.

Suara marah sang ayah pun belum selesai. Makin lama dilihat Chanyeol makin kasihan dengan sang kakak. Dia tahu jika sang kakak tidak salah dia akan kekeh dan tetap memperjuangkan bahwa tidak. "Appa kurasa Suho Hyung tidak melakukannya." Ayahnya menatap ke arahnya, dia melihat bahwa Chanyeol seperti meminta dia untuk percaya. Suho melihatnya tapi dengan pandangan aku tidak suka.

Sebenarnya gak ada niat untuk Chanyeol membantu kakaknya hanya saja ketika dia tidak melihat kesalahan dia tidak akan kasar. Apalagi jika memang Suho bulan pelakunya jadi ...

"Appa pintu ini tidak engselnya." Engsel itu lepas dan Chanyeol mengambilnya dari bawah lantai dengan perlahan. Ini bukan hal baru memang kelihatannya pernah rusak dan berkarat pada bautnya. Diberikannya pada sang ayah dan disana sang anak pertama memutar bola matanya malas. Mendadak dia malas untuk makan dan memilih langsung keluar begitu saja. Dia masih sempat menyentuh bekas tamparan ayahnya, ketika melihat punggung putra pertamanya menjauh maka sang ayah nampak lemas dan terjatuh.

"Appa kau tidak apa?" Chanyeol dengan dorongan kecil untuk mendekat dan sang ayah yang menatap kosong di depan pintu sana. Kebodohannya adalah dia malah memarahi sang anak meski dia jujur dan bodoh kedua adalah sang ayah lupa bahwa dia pernah membetulkan pintu kamar mandi jadi ada alasannya kenapa Sehun terkunci dan itu karena kesalahan dia yang tidak perhatikan fasilitas rumah.

"Appa memang salah...". Pikiran kosong tapi mulut bicara.

Chanyeol sedih sang ayah menyalahkan dirinya sendiri. Lalu Suho dia tidak mengatakan sepatah kata apapun.

....

TBC

Hai semua apa kabat dengan kalian, maaf kalau chapnya agar susah gampang di baca semoga kalian suka ya.

Salam cinta dan sayang untuk kalian...

Gomawo and saranghae

#ell

17/09/2020



Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro